Pantai Kalibuntu Pusatnya Konservasi Penyu di Kebumen

BERNASNEWS.COM — Terbentuknya Kelompok Pelestari Alam Jogosimo berawal dari kepedulian masyarakat desa Jogosimo terhadap lingkungan alam sekitar khususnya biota laut yaitu penyu, yang mulai langka dan hampir punah keberadaannya. Demikian disampaikan oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gajah Gunung, Munajat.

Kelompok Pelestari Alam (KPA) Jogosimo tepatnya berada di Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tepatnya di Dukuh Keburuhan yang berbatasan langsung dengan laut Samodera Indonesia, dengan nama pantainya ‘Kalibuntu’. KPA yang bergerak dalam konservasi penetasan anak penyu/ tukik ini telah berdiri sejak tanggal 14 Juni 2018.

Jalan yang kurang terawat menuju Pantai Kalibuntu, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. (Nuning Harginingsih/ Bernasnews.com)

“Tujuan dibentuknya KPA itu untuk penyelamatan satwa penyu yang hampir punah. Sebenarnya penyu di pesisir Desa Jogosimo sudah ada sejak nenek moyang kita, tapi semakin kesini semakin langka karena ada pencari telur penyu dengan maksud untuk dijual,” terang Munajat, Minggu (8/8/2021).

Dikatakan, telur-telur penyu itu setiap butirnya laku dengan harga Rp 1.500,- sampai Rp 5.000,-. Harga bisa menjadi mahal apabila ada pesanan khusus dari luar kota. “Kalau ini dibiarkan kita khawatir penyu di pesisir Jogosimo nantinya akan punah atau hanya tinggal nama saja, dan anak cucu kita tidak tahu secara langsung bagaimana sih bentuk penyu yang asli,” ungkap Munajat.

Seorang pengunjung Kelompok Pelestari Alam (KPA) Jogosimo terlihat sedang mencoba mengelus seekor penyu di kolam penangkaran. (Nuning Harginingsih/ Bernasnews.com)

Sementara, saat ini KPA Jogosimo sendiri memelihara 9 ekor penyu besar guna kepentingan edukasi. Pada tahun 2019 telah berhasil melepas 1.000 ekor lebih setelah menetas, dengan umur tukik berkisar satu hari hingga seminggu. Tahun 2020 jumlah tukik yang dilepas naik berkisar 1.500 ekor berhasil di lepas, dan tahun 2021 sejumlah 1.400 ekor tukik.

Dalam penangkaran tukik ini, imbuh Munajat, KPA Jogosimo mempunyai beberapa kendala yang utama adalah kolam penangkaran harus diisi air laut padahal seminggu sekali air laut diganti yang baru. “Sementara kami belum mempunyai sumur bor dan pompanya untuk menyedot air laut guna pengisian kolam penangkaran. Juga masyarakat belum sepenuhnya sadar kalo penyu itu dilindungi dan hampir punah,” kata Munajat. (nun/ ted)