News  

Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng, Diperlukan Budaya Sadar Bencana dan Mobilisasi Tenaga Ahli

BERNASNEWS.COM — Persoalan mobilisasi semua sumberdaya merupakan unsur penting dalam aspek manajemen bencana, termasuk tenaga-tenaga ahli dan terampil dalam banyak bidang. Perguruan Tinggi dalam batas-batas tertentu dapat berbuat banyak untuk segera membantu korban bencana. Demikian disampaikan Prof Dr Edy Suandi Hamid M.E,c Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, sebagai Narasumber dalam acara UII Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng”, yang diadakan lembaga Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana Universitas Islam Indonesia (SPKMB-UII) secara virtual, Rabu, (26/05/2021), melalui aplikasi zoom.

Webinar juga menghadirkan narasumber lain yaitu, Prof Ir Sarwidi, Ph.D. A-Utama selaku Dosen UII, Pengarah BNPB RI, Inventor & Inovator BARRATAGA (R) & SIMUTAGA (R) dan Kepala BPBD Bantul Drs. Dwi Daryanto, MSi.

“Kasus gempa bumi di DIY dan Jawa Tengah yang menelan korban sekitar 6000 orang juga diawali penanganan yang dinilai lamban dengan koordinasi yang lemah, terutama dari Pemerintah Pusat. Untuk Pemerintah Daerah yang bersangkutan, khususnya daerah bencana seperti Kabupaten Bantul untuk DIY nyaris tidak bisa berbuat banyak karena hampir semua menjadi korban, dan membuat daerah itu lumpuh,” ungkap Prof Edy, Rektor UII Periode 2006-2010 dan 2010-2014 itu.

Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta sebagai Narasumber dalam acara “UII Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng”, Rabu (26/5/2021). Foto: Kiriman Jerri Irgo

Dalam acara kilas balik 15 Tahun gempa DIY-Jateng itu Prof Edy menjelaskan, UII pada saat menjelang gempa, sebenarnya sedang menyiapkan konsep yang dikaitkan dengan  upaya untuk membantu korban dan ancaman Gunung Merapi. Namun, belum usai konsep terumuskan, justru bencana gempa tektonik yang datang sehingga konsep yang belum sepenuhnya matang itu pun langsung diterapkan. Semua fakultas yang ada diupayakan terjun untuk membantu korban sesuai dengan bidang masing-masing, sehingga upaya bantuan betul-betul terintegrasi dan profesional. Posko yang ada diupayakan menyediakan jasa-jasa atau tenaga sesuai keahlian yang dibutuhkan

Tentang peran UII secara keseluruhan, Prof Edy menyebutkan, sebuah media terbesar di tanah air dalam laporan di medianya menyebutkan UII sebagai salah satu perguruan tinggi yang menyalurkan bantuan yang tepat pada sasarannya. UII juga menyediakan jasa  konsultasi untuk fasilitas sosial yang mengalami  kerusakan.

“Di tengah derita yang dialami UII sendiri, UII tetap tidak melupakan tugas kemanusiaannya, membantu korban di luar UII. Ini selalu dilakukan, seperti membantu bencana di Aceh, Sumatera Barat, Lampung, dan sebagainya. Ini sejalan dengan visi UII untuk menjadikan kampus ini sebagai kampus rahmatan lil alamin,” tegas Prof Edy.

Sementara itu Dwi Daryanto mengatakan, banyaknya korban jiwa sebagai akibat dari gempa 27 Mei 2006 menunjukkan waktu itu baik masyarakat maupun pemerintah Bantul belum siap dan tangguh dalam menghadapi bencana. Budaya Sadar bencana belum dimiliki dan diwariskan. “Bencana alam terjadi di luar kendali kita, dan yang ada di dalam kendali kita hanyalah sikap untuk menghadapi bencana tersebut,” ungkap Kepala BPBD Kabupaten Bantul itu.

Disisi lain, pemulihan pasca bencana di Bantul dikatakan relatif cepat karena kearifan lokal dan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Di samping itu faktor regulasi tentang penanganan bencana dan komitmen pemerintah juga terlihat sehingga pemulihan dapat tercapat sesuai target. (nun/ ted)