Memaknai Gema Pejuangan RA. Kartini

BERNASNEWS.COM — GEMA perjuangan RA Kartini di tahun 2021 ini nampak berbeda dengan dua tahun sebelumnya, yang  masih ada sebagian merayakan secara bertatap muka dan berkelompok. Tetapi karena saat ini masih dalam kodisi pandemi Covid-19 kegiatan yang bersifat tatap muka sangat dibatasi, bahkan kegiatan seminar yang mengupas tentang Kartinipun dilakukan dengan “online”

Kita mengakui saat zamanya banyak orang kagum dengan sosok bernama Kartini, sebab wanita yang satu ini memang memiliki banyak pandangan baru terhadap peran wanita pada masa kolonial. Maka sepantasnya kita tetap mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini yang lahir di Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879 dan meninggal dunia 17 September 1904.

Memang Kartini bukan wanita biasa pada umumnya, tetapi Kartini termasuk wanita istimewa. Istimewa karena Kartini diperbolehkan masuk sekolah dasar Belanda (Europeesche Lagere School) yang ada di Jepara. Di sekolah tersebut Kartini mendapat banyak teman anak Belanda dan berkenalan dengan alam pikiran dan alam hidup barat. Tidak dapat dipungkiri,  Kartini tergolong wanita yang sangat cerdas, sehingga seusai tamat SD berkeinginan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi di Semarang atau Batavia atau Negeri Belanda, namun ditentang oleh ayahnya.

Kini 107 tahun sudah Kartini meninggalkan kita untuk selamanya, namun jasa besarnya tidak dapat kita lupakan bahwa Kartini adalah seorang perempuan patriot, perintis kamajuan, pembangkit rasa dan semangat kebangsaan, pejuang martabat bangsa, khususnya kaum wanita Indonesia. Semangat Kartini yang tanpa mengenal lelah untuk terus memperjuangkan kemajuan kaum perempuan, ternyata Tuhan menghendaki lain. Kurang lebih satu tahun setelah menikah dan lima hari sesudah melahirkan putranya yang pertama, Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904.

Akan tetapi karya tulis Kartini terbingkai dalam buku berjudul “Door duisternis tot licht” (1911) oleh Balai Pustaka diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” tentu kita semua tidak dapat melupakan jasa Kartini (Ensiklopedi Umum, 1986). Kini, Kartini telah meninggalkan dunia fana dalam usia remaja, yakni 25 tahun. Namun di saat usia yang masih muda itu, pada 2 Mei 1964 RA Kartini telah ditetapkan sebagai perempuan pertama Indonesia yang mendapat gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Ini berarti bahwa RA Kartini telah memperoleh pengakuan atas kiprahnya yang begitu besar bagi kaum perempuan Indonesia.

Mengingat perjuangan RA Kartini yang begitu besar terhadap kaumnya, maka setiap hari kelahirannya yang bertepatan dengan 21 April selalu masih dikenang dan diperingati sampai saat ini, walaupun tidak semarak seperti dahulu. Hanya saja wujud dan rasa kebanggaan dalam rangka memperingati hari lahirnya RA. Kartini masa lalu dengan saat ini sangatlah berbeda. Di saat kita masih kecil, kita dapat menyaksikan perayaan Kartini dengan suasana hingar bingar, lucu dan ceria dari anak-anak perempuan khususnya yang berjalan kaki dengan berbaris, naik sepeda, naik becak atau kereta kuda dengan hiasan warna-warni yang meriah. Para ibu-ibu pun tidak ketinggalan. Mereka semua dengan rela dan bangga berpartispasi sambil menggunakan pakaian adat dari bermacam-macam propinsi yang ada di Indonesia, serta alunan lagu “Ibu Kartini” pun mengalun merdu di setiap sekolah, lembaga pemerintah maupun lembaga swasta.

Mengingat begitu besar jasa dan nilai-nilai perjuangan Kartini yang telah dipersembahkan bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum wanita yang tidak hanya bekerja di dapur, tetapi harus mempunyai ilmu, pengetahuan yang sejajar dengan kaum pria, namun mengapa saat ini nampaknya gema untuk semakin antusias (Jawa:greget) dalam menyongsong peringatan 21 April relatif kurang disadari keberadaanya. Bahkan para remaja perempuan ada kecenderungan tidak lagi merasa ada kebanggaan dengan melaksanakan hari peringatan Kartini.  Menurut hemat saya, mungkin karena suasana zaman dahulu dan sekarang telah berubah secara dinamis, karena adanya kekuatan pengaruh budaya lain yang lebih membawa suasana kebanggaan.

Memperingati Hari Kartini, Rabu (21/4/2021). Foto: Ayu/ Bernasnews.com

Oleh karena itu, peringatan Hari Kartini ke-142 tahun 2021 ini, kita perlu memaknainya secara lebih dan lebih esensial bila kita mampu memfokuskan pada peningkatan motivasi diri, mampu menujukkan adanya disiplin diri yang semakin baik dan mau menjalankan habitus baru dengan sepenuh hati di segala aspek kehidupan dan bekerja dengan lebih tekun atau bekerja secara cerdas dan yang utama bekerja dengan kemampuan daya saing yang tinggi dan memiliki nilai kejujuran yang tinggi.

Perjuangan panjang yang telah dilakukan oleh Kartini menunjukkan bahwa konsep daya juang yang unggul, tinggi dan motivasi tiada henti yang dimiliki kaum perempuan ternyata teruji mampu mempertahankan kehidupan. Cita-cita perjuangan Kartini pun telah terwujud, antara lain dapat kita lihat dari semakin bertambahnya kaum perempuan yang mampu meraih jenjang pendidikan dan kedudukan yang sederajat dengan kaum laki-laki dalam pemerintahan.

Misalnya, pernah ada wanita yang menjadi Presiden, cukup banyak Menteri wanita Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Kepala Desa atau Lurah, Kepala Sekolah dan Pimpinan Perguruan Tinggi (Rektor, Ketua, Direktur). Kiranya melalui pemikiran Kartini yang luas dan mendalam serta kemampuan memiliki visi ke depan itulah yang membuat Kartini dijuluki “Kartini te vroeg geboren,” yang maknanya terlahir mendahului zamannya.

Beberapa penghargaan yang telah diterima Kartini antara lain: Pahlawan Kemerdekaan yang ditetapkan pada tanggal 2 Mei 1964. Dan tanggal 21 April merupakan tanggal untuk memperingati hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini, RA Kartini mendapat penghargaan dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan di beberapa kota di Belanda. Sebut saja, di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem.

Melalui kekuatan roh perjuangan untuk memerangi kebodohan dengan penuh disiplin diri, bekerja dengan jujur, tekun dan bekerja secara cerdas, serta berjuang pantang menyerah dalam memajukan bangsanya, khususnya kaum wanita dan dengan visi yang jelas seperti yang telah diperjuangkan oleh RA. Kartini itulah yang harus kita refleksikan, sehingga terwujudnya sumber daya manusia Indonesia baru yang memilki daya saing yang tangguh dan  unggul serta berintegritas tinggi. (Z. Bambang Darmadi, Lektor Kepala/ Dosen ASMI Santa Maria Yogyakarta)