BERNASNEWS.COM — Indonesia masuk 20 besar negara penghasil buah terbesar di dunia, salah satu buah di antaranya yakni buah jambu biji (Psidium guajava). Untuk menjaga kualitas jambu biji para petani berusaha memberikan yang terbaik bagi para konsumen sehingga para petani mencari cara untuk dapat menghasilkan jambu biji yang berkualitas, dengan cara penyotiran sebelum pengemasan untuk dijual.
Tujuan penyortiran ini adalah jambu yang dipilih berdasarkan kematangan karena bagus dan mempunyai harga jual tinggi. Namun metode ini memiliki kelemahan jika dilakukan penyortiran secara manual. Beberapa orang memiliki persepsi tingkat kematangan buah yang berbeda-beda sehingga sering tercampur aduk antara buah yang memiliki nilai jual tinggi dengan buah yang memiliki nilai jual rendah.

Proses penyortiran buah jambu mempengaruhi kondisi buah apabila buah tersebut akan didistribusikan jauh dari tempat di mana buah itu dipanen. Dari sinilah sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari, Fardiansyah Nur Aziz dan Utami Nur Melyasari prodi Pendidikan Teknik Elektronika serta Puput Putri Witadiana prodi Pendidikan Kimia membuat inovasi rancangan alat sortir jambu otomatis menggunakan teknologi yang dapat mengenali warna seperti sensor TCS3200.
Fardiansyah Nur
Aziz melalui rilis yang dikirim ke Bernasnews.com
menjelaskan, alat
sebagai sarana untuk menyortir jambu
biji berbasis artificial
intelligence dinamakan Aisogu. “Teknologi sensor TCS3200 apabila
dikombinasikan dapat mengenali warna pada masing-masing buah jambu yang
dikontrol menggunakan Arduino Uno,” kata Fardiansyah.
Menurutnya, Arduino Uno akan
membaca warna pada kulit pada buah jambu dengan Fuzzy Logic Controller Artificial
Intelligence setelah itu dapat membuat keputusan sendiri berdasar nilai input
yang telah didapat. “Teknologi ini akan menghasilkan keluaran berupa kategori
terhadap buah jambu, yakni buah jambu yang mangkal, matang dan terlalu matang,” ujar
Fardiansyah.
Sementara itu, Puput Putri Witadiana menambahkan, keunggulan dari alat ini meliputi persepsi kematangan yang terstandarisasi. Buah jambu biji jarang tersentuh tangan sehingga tidak mudah membusuk dan lebih awet, kesamaan tingkat kematangan menjaga mutu ketika distribusi ke konsumen dan dapat diperkirakan usia layak konsumsinya serta higienis.
Untuk
membuat karya berhasil meraih dana Dikti
dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2020 ini Utami Nur Melyasari
menjelaskan, bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Aisogu adalah sensor warna
TCS3200, motor servo, DC motor conveyor, driver motor MOSFET, tombol, Arduino
UNO, sensor IR obstacle dan LCD display 16×2.
Cara kerja Aisogu yaitu, jambu dimasukkan dalam wadah penampungan dan melewati sensor TCS3200 dan sensor IR sebagai controller. Jika jambu matang maka servo 1 akan mengarahkan jambu ke wadah 1, sedangkan bila jambu terlalu matang maka servo 2 akan mengarahkan jambu ke wadah 2. Jika jambu mangkal maka servo 1 dan 2 akan diam dan jambu mengarah ke wadah 3.
“Desain rancangan produk Asiogu dapat dikembangkan lebih lanjut supaya bisa diproduksi secara massal, sehingga dapat diterapkan pada daerah penghasil jambu biji untuk membantu petani jambu biji ketika melakukan proses penyortiran,” tutup Utami. (ted)