BERNASNEWS.COM — Kebayang nggak warga Indonesia yang hidup menetap di luar negeri, pada sebuah negara yang benar-benar berbeda dengan kultur maupun kondisi dari daerah asalnya, apabila dilanda rasa kangen dengan kuliner atau masakan dari daerah asalnya atau masakan Nusantara?
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, memang sudah ada pengusaha resto dengan menu kuliner Indonesia atau Nusantara yang merambah ke negara-negara tertentu. Hanya masih sedikit dan cukup sulit dijangkau, apalagi dari sisi harganya pun juga lumayan mahal dibanding makanan dari negara tersebut di mana berada.
Ada pengalaman yang menarik diceritakan oleh Yan Suryoputri
warga asli Jogja, yang telah puluhan tahun menjadi warga negara Belanda kala dirinya
merasa kangen kuliner atau masakan tradisional Jawa, salah satunya penganan
Lemper.
,Lemper merupakan penganan yang terkenal di Indonesia. Penganan berbahan ketan yang bagian dalamnya berisi cincangan daging ayam atau lembu dan dibungkus dengan daun pisang ini, sering dijadikan menu favorit di antara kue-kue tradisional lainnya di dalam suatu hajatan.
“Kebetulan saya punya hobi masak apabila kangen masakan Jawa atau penganan Jogja ya bikin sendiri. Seperti bikin Lemper, saya harus bisa mengkreasi sebab bahan-bahannya tidak mudah tersedia di sini (Belanda), khususnya daun pisang,” ungkap Yan Suryoputri melalui whatsapp (WA) kepada Bernasnews.com, beberapa waktu lalu.
Menurut ibu yang bersuamikan warga Belanda ini, harga perbiji Lemper 2.50 Euro atau berkisar Rp 40.000 di sebuat depot makanan khas Indonesia di Den Haag, yang lumayan jauh dari tempat tinggal dan harus naik kereta beberapa jam. Lemper yang dijual pembungkusnya plastik, tekstur agak basah dan kecil.
“Meski suami asli Belanda namun karena tugas di Indonesia,
khususnya Jogja cukup lama sehingga dia pun juga suka dengan beberapa kuliner
Jawa. Seperti Lemper yang diterjemahkan dalam bahsa Belanda menjadi, Kleefrist gekookt in kokos gevuld met
gekruide kip yang artinya nasi ketan dimasak dengan santan diisi ayam
berbumbu,” terang ibu berputra dua yang masih fasih berbahasa Jawa Krama ini.
Cara bikin Lemper sebenarnya cukup mudah, lanjut Yan Suryoputri, hanya daun pisang yang sulit didapatkan di Belanda, kalau adapun dalam bentuk beku dan harganya juga mahal di supermarket. “Daun pisang untuk pembungkus Lemper juga tidak sembarangan, dulu jaman ibu atau eyang putri selalu mencari daun pisang kluthuk (pisang biji) yang bikin cita rasa Lemper tambah harum,” ujarnya.
Dikatakan Yan Suryoputri, sebagai pengganti daun pisang dia menggantikan dengan daun bambu yang ditali semacam tali mendong banyak dijual di supermarket, di negeri Kincir Angin itu. Sementara untuk santan kelapa dan bahan lainnya harus pandai memilih yang berkualitas. Dimasak seperti lazimnya masak Lemper yaitu dikukus.
“Sebelum digunakan daun bambu beli kemasan itu harus direndam terlebih dahulu agar segar kembali. Cita rasa nggak kalah dengan Lemper yang dibungkus daun pisang, orang Belanda bilang lekker (lezat, red),” tutup Alumnus UGM itu. (ted)