BERNASNEWS.COM — Pada era tahun 1970-80an membuat lotis secara bersama-sama atau sering disebut lotisan, adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan sebagai pengisi liburan sekolah bagi anak-anak remaja. Kegiatan lotisan untuk menjalin keakraban, terkadang juga dilakukan sambil mengerjakan tugas-tugas sekolah secara kelompok.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), lotis adalah makanan terdiri atas buah-buahan (mentah), diirs-iris agar besar dimakan dengan sambal manis, terbuat dari gula jawa (gula kelapa), cabai, garam, sedikit terasi dan kencur. Lotis adalah makanan khas dari Jawa Tengah dan DIY. Acara atau kegiatan lotisan kini pun sudah terkikis jaman, jarang dilakukan oleh generasi kekinian yang lebih suka mentelengi gadget di kamar daripada bermain bersama teman.
Lotis terkadang ada juga yang menyebut sebagai rujak, meskipun berbahan sama namun secara spesifik penyajiannya berbeda. Rujak buahnya diiris tipis-tipis atau mempergunakan serutan lantas sambal dicampurkan langsung dan caranya makannya disendok. Sementara lotis antara irisan buah dan sambal disajikan dengan tempat yang berbeda (sambal tetap berada di cobek). Cara makannya buah dicolekan pada sambal.
Kegiatan lotisan bersama ternyata juga ada di daerah lain, salah satunya adalah di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. “Kalau di Jogja disebut lotisan, di sini (Lamandau) disebutnya mencak,” terang G Satria Hutama, warga Jogja yang menjadi perantauan di Kalimantan.
Hanya bedanya mencak atau lotisan ala Lamandau ini sambalnya bukan berbahan dari gula kelapa (gula Jawa), lanjut G Satria Hutama, melainkan sambal dibuat dari kecap, cabe dan bumbu masak instan. Buahnya hanya nanas, mangga dan mentimun, serta terkadang ada satar buah yang rasanya asem dari pohon yang adanya di hutan Kalimantan. (ted)