Inspiratif: Memanfaatkan Podcast sebagai Media Pembelajaran Daring

BERNASNEWS.COM — Penerapan pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19 memunculkan banyak metode dikalangan para dosen di berbagai Perguruan Tinggi (PT). Beragam metode pembelajaran yang kemudian diterapkan oleh masing-masing dosen pada mahasiswanya, ada yang melalui google classroom, whatsapp grup, google meet, video conference zoom, dan lain-lain.

Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Universitas Widya Mataram (UWM) Shulbi Muthi Sabila SP, SI Kom, MI Kom, menuturkan, pengalamannya ketika menjadi penyiar radio (announcer) di salah satu stasiun radio di Bandung. Pengalaman tersebut menjadi inspirasi baginya dalam pembelajaran online berbasis audio yang asik bagi mahasiswa, mengingat saat ini tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh karena jenuh dengan materi tekstual yang disampaikan secara monoton.

“Saya mencoba memberikan terobosan mengajar lewat media alternatif podcast sebagai metode pembelajaran yang asik bagi mahasiswa. Pembawaan yang menarik dan santai ini tentunya memberikan dampak positif bagi mahasiswa untuk semangat mengikuti perkuliahan,” tutur Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang akrab disapa Shulbi, Rabu (3/6/2020).

Shulbi menjelaskan, podcast secara sederhana merupakan materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable, baik secara gratis maupun berlangganan. Eksistensi podcast di Indonesia ini menjadi peluang bagi para pengembang konten audio termasuk para pengelola radio siaran konvensional di Indonesia.

Menurutnya, potensi podcast ini terletak pada keunggulannya, karena dapat diakses secara otomatis, penggunaan mudah dan kontrol ada di tangan pengguna atau pendengar. Selain itu, podcast dapat dibawa dan didengar kapanpun dan di manapun, serta konten ini akan selalu tersedia di wadah platform yang digunakan oleh pemilik konten.

“Sejauh ini diskusi mengenai perkembangan pemanfaatan podcast di Indonesia belum begitu marak. Para peneliti media di tanah air pun belum begitu banyak melakukan kajian mengenai podcast audio ini,” ungkap Shulbi.

Dengan latar belakang musik yang disajikan di telinga pendengar layaknya radio konvensional, membuat materi yang semula bersifat kaku terkesan lebih santai dan mudah dipahami. Tentunya langkah pemanfaatan ini membutuhkan wawasan yang memadai sebagai referensi dan alat-alat perekam yang menunjang.

Meski begitu, lanjut Shulbi, tidak ada yang sulit dalam menyiapkan alat-alat pendukung, cukup dengan alat rekam sederhana seperti earphone, mic recorder, atau clip on serta  memahami platform apa yang akan digunakan sebagai penyalur podcast. Pengaplikasiannya juga cukup mudah dan gratis bagi mahasiswa, terlebih Shulbi menyalurkan kontennya lewat media platform musik masa kini seperti Spotify yang sudah banyak diakses oleh penikmat musik mancanegara.

Tidak hanya itu, Shulbi menambahkan, dalam pembelajarannya juga menyisipkan sedikit guyonan, sehingga mahasiswa juga akan terbawa suasana yang santai dan menyenangkan. Sisi psikologis mahasiswa juga harus diperhatikan, mengingat perkuliahan online hingga saat ini masih dilakukan, ditambah dengan banyaknya tugas yang jika dilihat dari sudut pandang mahasiswa, ini akan menjadi sebuah beban tersendiri bagi mereka.

“Sekiranya kreativitas dan inovasi sangatlah penting dalam kondisi seperti ini guna mempertahankan dan meningkatkan semangat dan kemauan belajar mahasiswa. Semoga hal ini dapat menjadi inspirasi pula bagi kalangan pengajar lainnya di dunia pendidikan Indonesia,” harapnya. (nun/ ted)