BERNASNEWS.COM — New normal adalah sebuah era baru yang harus disikapi sebagai sebuah ikhtiar. Masyarakat harus cepat beradaptasi dengan pola hidup baru yang lebih sehat, teratur, dan higienis. Dan new normal harus disikapi dengan ketenangan, optimisme, dan kepatuhan terhadap tatanan kehidupan yang baru. Demikian diungkapkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Selasa (2/6/2020).
Menelaah pesan yang disampaikan oleh Raja Yogyakarta tersebut, bahwa dalam menyikapi new normal bukan berarti masyarakat telah terbebaskan dari pandemi Covid-19, bahkan sebaliknya masyarakat justru harus lebih patuh terhadap protokol kesehatan untuk menjadi kebiasaan atau budaya baru. Seperti tetap lakukan jaga jarak (psychal distancing), hindari kerumunan (sosial distancing), cuci tangan dan tetap pakai masker.

Sebagaimana pernah diberitakan oleh Bernasnews.com, bahwa di masa pandemi hingga pelaksanaan new normal mendatang, bisnis masker akan menjadi sebuah peluang baru yang menguntungkan. Selain dipakai sebagai perangkat kesehatan, masker juga menjadi bagian dari fesyen/ model busana dan koleksi masker menjadikan sebuah hobi baru.
Adalah Agustar yang membuka lapak jualan masker di Jalan Gamelan, Yogyakarta
atau seputaran wisata kuliner Gudheg Wijilan saat ditemui, Rabu (3/6/2020),
mengatakan, bahwa ia berbisnis jualan masker sejak dicanangkannya protokol kesehatan
oleh pemerintah atau lebih dari sebulan lalu.
“Awal-awal jualan masker dan belum banyak saingan seperti sekarang, saya bisa laku setiap harinya antara 8 dosin sampai 10 dosin. Masker produk pabrikan ini untuk ukuran anak-anak per biji dijual Rp 10.000 dan ukuran dewasa Rp 15.000 per biji,” terang Agustar.
Pria yang berasal dari Padang ini menambahkan, bahwa produk masker buatan
pabrik terlebih yang bercorak aneka warna atau bentuk-bentuk karakter tokoh
film, binatang, serta masker bergambar mimik muka menggoda banyak diminati
banyak orang dibandingkan dengan masker kain. Masker pabrikan itu disuplai oleh
pemasok dari Bekasi dan Surabaya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bayu Norontoko yang juga berjualan masker tapi lebih mengandalkan online dan Cash on Deleveri (CoD). “Kebanyakan para pembeli masker suka atau tertarik beli karena tampilan yang lucu dan unik. Contohnya, produk masker berkarakter Joker ketika saya upload, seketika itu juga puluhan masker Joker bisa langsung terjual,” imbuh Bayu.
Sementara itu, Y. Sri Susilo seorang dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomi di
sebuah Perguruan Tinggi ternama di Yogyakarta, mengungkapkan, bahwa ia beli
masker dengan hiasan berbagai karakter tersebut hanya sebagai koleksi dan aksi swafoto
(selfie) lucu-lucuan. Juga sebagai
bentuk dukungan kepada para pelaku bisnis mikro kecil atau UMKM. “Senajan ora pantes tetep dituku (Bhs.
Indonesia: Meskipun nggak pantas tetap dibeli). Membantu tetangga yang jualan,”
ungkap Y. Sri Susilo yang dituliskan di FBnya.
Menurut Y. Sri Susilo, bahwa ia jadi ingat pesan Prof. Lincolin M. Arsyad, PhD, guru besar FEB UGM yang menyatakan, membantu usaha mikro kecil tidak hanya diungkapkan dalam perkataan dan tulisan namun dengan membeli produknya tanpa menawar. “Pesan suhu guru sewaktu kuliah dulu. Sungguh mendalam dan sangat menginspirasi hingga kini,” terang dosen yang humble ini kepada Bernasnews.com di sela-sela kegiatan di rumah saja, Rabu (3/6/2020).
Berdasar pengamatan, bisa jadi bisnis masker ini akan kian santer dan cukup lama setidaknya sampai diketemukan obat penyembuh sakit yang diakibatkan oleh virus Covid-19 atau masyarakat sudah benar-benar hidup normal berani tanpa masker. Namun sungguh sangat disayangkan dalam kebebasan berekspresi dan berkreasi ini, Bernasnews.com sempat menemukan produk masker yang sangat tidak pantas, apabila dikenakan pemakainya bisa tersandung masalah kena pasal pornografi. (ted)