News  

Pertijaya Wadahnya Profesi Teknisi Jam di Yogyakarta

BERNASNEWS.COM —  Manusia tidak bisa lepas dari waktu dalam kehidupannya, penunjuk waktu berbentuk jam atau arloji sudah menjadi kebutuhan. Jam sebagai penunjuk waktu yang  terus menerus berputar tentunya  perlu service dan perbaikan dengan dibawa ke teknisi jam. Seperti halnya profesi dokter yang punya organisasi bernama IDI, ternyata para teknisi jam ini  juga mempunyai organisasi yang disebut Pertijaya singkatan atau akronim dari Persatuan Teknisi Jam Yogyakarta.

Sesepuh Pertijaya dan pengurus (berseragam dari kiri) Ketua Pertijaya Pujilan, Bendahara Suyoto, dan Pembimbing H. Budiono. (Tedy Kartyadi/ Bernasnews.com)

“Mungkin masyarakat belum banyak yang tahu, kami para teknisi jam yang membuka jasa pelayanan service dan perbaikan jam juga mempunyai persatuan atau semacam asosiasi,” terang Seno, selaku anggota Pertijaya kepada Bernasnews.com di sela-sela acara pertemuan rutin arisan, Minggu (15/12/2019), di Rumah Makan Pondok Ndeso, Jalan Imogiri Timur, Yogyakarta.

Seno yang  lebih dari dua puluh tahun berprofesi sebagai teknisi jam ini, menambahkan, bahwa teknisi jam itu meliputi pelayanan perbaikan jam, juga arloji yang dipakai oleh orang sebagai bentuk perhiasan penunjuk waktu, serta jam dalam bentuk besar sebagai pajangan hiasan rumah.

Sementara itu Ketua Pertijaya Pujilan didampingi oleh Pembimbing H. Budiono dan Bendahara Suyoto, memaparkan sejarah Persatuan Teknisi Jam Yogyakarta (Pertijaya) yang awal berdirinya pada tahun 1990, kemudian beberapa tahun pernah terjadi kevakuman pengurus maupun kegiatan.

Suasana pertemuan rutin Pertijaya dengan agenda utama silturahmi dan arisan. (Tedy Kartyadi/ Bernasnews.com)

“Baru pada tahun 1998 Pertijaya kami giatkan kembali hingga kini. Untuk kepengurusan telah berganti tiga periode dan jumlah anggota aktif sekitar 35 orang yang sebelumnya keanggotaannya pernah mencapai 60 orang,” papar Ketua Pertijaya Pujilan yang usaha servicenya berada di Pasar Bantul Kota ini.

Meskipun akronim Pertijaya terdapat kata Yogyakarta, Pujilan menjelaskan bahwa keberadaan anggota Pertijaya tidak hanya dalam wilayah DIY saja, melainkan tersebar di Klaten, Magelang, Temanggung, dan kota lainnya di Jawa Tengah.

“Bisnis penjualan arloji beberapa tahun lalu pernah lesu tapi alhamdulillah bisnis jasa layanan service dan perbaikan tidak terpengaruh,” imbuh Suyoto selaku Bendahara Pertijaya, juga pengusaha grosir jam.

Meskipun ada handphone (hp) yang dapat menujukkan waktu, menurut Suyoto, usaha atau berprofesi sebagai teknisi jam ini tetap akan dibutuhkan oleh masyarakat alias tidak terpengaruh kemajuan IT. Sebab memakai arloji sudah termasuk bagian dari gaya hidup, fesyen atau mode.

“Mengenakan arloji dengan merek tertentu itulah gaya hidup yang dapat menunjukkan prestise seseorang. Bahkan ada orang yang memakai arloji meskipun kondisinya mati atau rusak dikarenakan indahnya arloji sebagai perhiasan,” ujarnya.

Dalam organisasi Pertijaya jalinan keakraban tidak sebatas pada anggota melainkan juga pada keluarganya. (Tedy Kartyadi/ Bernsnews.com)

Sebagai organisasi Pertijaya bisa dikatakan cukup unik, ikatan para anggotanya cukup solid. Para anggota selain suka berbagi ilmu dan pengalaman dalam bidang jam, baik secara teknik maupun pengadaan sparepart khususnya untuk jam atau arloji antik dan langka. Pertijaya juga ada kegiatan sosial bagi para anggotanya, serta program memberikan bantuan kepada anak yatim.

“Teknisi jam itu nggak ada sekolahnya, rata-rata anggota Pertijaya belajar secara otodidak. Sehingga bergabung dalam persatuan ini banyak manfaatnya, banyak saudara banyak rejeki,” kata Pujilan.

Dalam kesempatan itu, Pujilan dan Suyoto juga memberikan tips cara menjaga arloji dan jam dinding agar awet. Jam dinding sebelum dipasang hendaknya diberi kapur anti semut, karena semut senang sekali membuat sarang di baliknya.

“Untuk arloji ketika menyimpan jangan dekat barang-barang yang ada magnetnya. Jika arloji dibuka karena ganti batre atau service jangan sampai terkena air atau hujan seminggu setelahnya,”punkas Suyoto. (ted)