BERNASNEWS.COM — Dalam rangka menambah pengetahuan tentang media massa bagi para pendamping atau fasilitator program Jaga Warga, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) jurnalistik, di ruang rapat Gedung Badan Kesbangpol DIY, Jalan Tentara Rakyat Mataram Yogyakarta, Selasa (10/12/2019).
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 12 pendamping Jaga Warga yang bertugas di Kabupaten/ Kota se DIY, dipandu oleh Kepala Subbidang Kewaspadaan Nasional Yasrizal, SSos, MSi, menghadirkan narasumber tunggal Pemimpin Redaksi Bernasnews.com dan Media Komunitas Nagari Drs Philipus Jehamun.
“Kegiatan bimtek jurnalistik ini guna menambah pengetahuan atau wawasan tentang media massa bagi para pendamping kegiatan Jaga Warga. Sehingga ke depan dalam pembuatan laporan kegiatan yang disusun oleh para pendamping akan lebih baik lagi, serta dapat menjadi bahan berita bagi media massa,” terang Rizal- panggilan akrab Yasrizal.
Dalam kesempatan tersebut, Philipus Jehamun berpandapat bahwa laporan kegiatan Jaga Warga yang disusun oleh para pendamping sudah banyak yang sesuai dengan kaidah jurnalistik. “Hanya perlu sedikit penyempurnaan terutama dalam kelengkapan nama dan jabatan seseorang, serta kelengkapan tempat peristiwa atau kegiatan,” ungkapnya.
Pria asal Manggarai, NTT yang telah berpengalaman puluhan
tahun sebagai jurnalis di Surat Kabar Harian Bernas (tahun 1993 – 2018) memaparkan tentang
sejarah media, dari media bentuk cetak, elektronik radio dan televisi, hingga
tren media kekinian, yakni media online
dan tivi streaming, dengan
mencontohkan Tugu TV yang dapat dinikmati melalui youtube. Juga tips-tips cara
menulis pers release dan pengambilan
foto-foto kegiatan Jaga Warga.
“Banyak pakar media yang mengatakan bahwa media cetak terutama yang terbit harian akan semakin terbenam. Prakiraan atau ramalan ini ada benarnya dikarenakan tiras atau oplah media cetak harian (koran) semakin turun, pendapatan dari penjualan koran dan iklan semakin berkurang. Karena tersaingi adanya media online maupun media sosial yang dapat dibaca melalui gawai (gadget),” ujarnya.
Sementara itu, Melki selaku Pendamping Kegiatan Jaga Warga juga sebagai wakil dari teman-temannya para pendamping, mengatakan, merasa kebingungan ketika awal pertama dilibatkan dalam penerbitan Media Jaga Warga. “Kami para pendamping merasa bingung, setiap dikerjar-kejar oleh Pak Philip soal kegiatan Jaga Warga dari materi narasi dan foto-fotonya. Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan hingga penyusunan laporan dan pembuatan Laporan Pertanggungan Jawab (LPJ) kami lakukan sendiri,” kata Melki.
Penerbitan Media Jaga Warga, Philip menambahkan, adalah media sebagai sarana sosialisasi kegiatan Jaga Warga, terbit setiap tiga bulan. Hasil kerja sama antara Dinas Badan Kesbangpol DIY dan koran Media Komunitas Nagari. “Kami mohon maaf apabila merepotkan teman-teman para pendamping Jaga Warga. Karena dalam penerbitan media ada ketentuan yang harus dipatuhi yaitu deadline. Sebab kata bak mantra sakti ini sangat berpengaruh pada hulu hilir bisnis Nagari itu sendiri. Semoga dengan konsep baru yang telah kami ajukan, penerbitan Media Jaga Warga dapat lebih mandiri,” imbuhnya. (ted)