Diskusi ISEI Yogyakarta: UMKM Go Digital dan Go Export

BERNASNEWS.COM — Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta menggelar diskusi terbatas, Sabtu (30/11/2019), di sebuah warung makan sembari makan siang. Sebagai narasumber utama Budi Hanoto (Kepala Departemen UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia). Narasumber pendamping Y. Sri Susilo (Dosen FBE UAJY/Atma Jogja dan Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta), sedangkan moderator Amiluhur Soeroso (Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta). Demikian disampaikan Y. Sri Susilo selaku Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta kepada Bernasnews.com melalui keterangan teertulisnya.

Kepala Departemen UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Budi Hanoto pada awal diskusi menyampaikan, salah satu hasil Rapat Dewan Gubernur BI (20-21 November 2019) telah memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,00%. “Pemangkasan suku bunga acuan BI yang cukup signifikan tersebut belum diikuti oleh suku bunga kredit perbankan,”ungkap Budi.

Kepala Departemen UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Budi Hanoto sebagai narasumber diskusi terbatas. (Foto: Istimewa)

Belum menurunnya suku bunga kredit perbankan, menurutnya terkait juga dengan likuditas perbankan. Di tengah likuiditas perbankan yang sedang seret seperti saat ini, sudah pasti perbankan tak mau ambil risiko dengan langsung menurunkan bunga kredit.

Sementara itu, pengembangan UMKM yang dilakukan oleh BI, dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir dengan pendekatan klaster, wirausaha atau pendekatan Local Economic Development (LED). Dalam mendorong pengembangan UMKM, BI menggunakan pendekatan end to end atau dari hulu ke hilir.

Dari sektor hulu, BI bukan hanya melakukan pendampingan dan pembinaan saja melainkan memperbaiki manajemen administrasi dan tata kelola serta melatih kewirausahaan. “|Di sektor hilir, BI juga memberikan akses pembiayaan dan akses pasar menggunakan digital hopefully sehingga masuk ke pasar yang lebih prospektif (go digital),” jelas Budi Hanoto.

Agar terwujud akselerasi kapasitas usaha dan perluasan pasar produk UMKM, termasuk pasar ekspor (go export), lebih lanjut Budi Hanoto menambahkan, maka BI memberikan fasilitas temu bisnis (business matching) dan konsultasi bisnis (business coaching). Temu bisnis bertujuan untuk memberikan apresiasi dan menggalang komitmen dalam rangka pengembangan UMKM. Kegiatan konsultasi bisnis untuk menyediakan informasi dan konsultasi kepada pelaku UMKM maupun calon pelaku bisnis.

Sementara sebagai nara sumber pendamping, Y. Sri Susilo mengatakan, upaya BI untuk melakukan go digital and go export dalam pengembangan UMKM wajib didukung oleh pemangku kepentingan (stakeholders). Pengembangan UMKM diperlukan perlindungan dalam bentuk regulasi dan kebijakan. ”Di samping itu “keberpihakan” juga diperlukan. Upaya BI dalam program go digital and go export merupakan wujud nyata “keberpihakan” tersebut,” tandasnya. (ted)