BERNASNEWS.COM — Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan “Forum Dialog Akademisi”, Senin (25/11/2019), di Hotel Indigo, Seminyak, Bali. Forum tersebut dihadiri lebih dari 30 orang perwakilan akademisi dan pimpinan Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FE, FH, dan FISIP) dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (PTN/PTS) seluruh Indonesia. Demikian disampaikan Y. Sri Susilo selaku peserta Forum Dialog Akademisi melalui pesan Whats App (WA) kepada Bernasnews.com.
“Tujuan dari kegiatan tersebut adalah forum diseminasi peran, tugas, dan fungsi BI serta komunikasi kebijakan BI kepada pemangku kepentingan (stakeholders) akademisi dan pimpinan perguruan tinggi yang menonjol/terkemuka (prominent). Dari forum dialog tersebut diharapkan masukan, umpan balik, dan kritik dari akademisi terhadap efektivitas pelaksanaan peran, tugas, dan fungsi BI serta komunikasi kebijakan BI,” jelas Susilo yang juga sebagai Kepala Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.
Narasumber yang hadir dan memberikan materi adalah Onny Widjanarko selaku Kepala Departemen Komunikasi BI, M. Edhie Purnawan selaku Anggota Badan Supervisi BI, dan A. Prasetyantoko selaku Rektor/Ekonom Unika Katolik Atma Jaya Jakarta. “Onny Widjanarko mewakili BI menjelaskan, pelaksanaan peran, tugas, dan fungsi BI serta komunikasi kebijakan BI,” kata Susilo.
Sesuai dengan amanat Pasal 7 UU Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (1), tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Selanjutnya untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Pada tahun 2019 ini BI melaksanakan bauran kebijakan. “Bauran kebijakan yang telah diramu sedemikian rupa untuk memperkuat stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, serta turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” demikian penjelasan Onny Widjanarko.
M. Edhie Purnawan selaku Anggota BSBI, menjelaskan, tugas Badan Supervisi BI (BSBI) yang merupakan “tangan kanan” DPR untuk memberikan supervisi terhadap peran, tugas, dan fungsi BI. M. Edhie Purnawan yang akrab disapa MEP ini juga menjelaskan pentingnya ekonomi digital dalam perekonomian, termasuk dalam tugas dan fungsi BI.
Dalam era saat ini, peran ekonomi digital (digitalisasi) menurut MEP menjadi hal yang penting dan tuntutan dalam setiap kegiatan sektor perekonomian. “BCA dan BRI merupakan contoh perbankan yang melakukan investasi yang signifikan untuk digitalisasi,” tandasnya. Di masa mendatang BI diharapkan juga meningkatkan tingkat digitalisasi untuk mengambil keputusan dalam rangka kebijakan moneter.
Sementara itu, A. Prasetyantoko, Ekonom Unika Atma Jaya Jakarta, mendukung peran BI dalam kegiatan perekonomian daerah. “Keterlibatan BI atau Kantor Perwakilan BI dalam forum eksportir merupakan salah contoh peran dalam mendukung perekonomian di daerah,” ungkapnya. Di samping itu, juga dijelaskan mengenai “Slowbalization” dimana perekonomian dunia dalam kondisi menurun (slowdown), setidaknya dalam kurun tiga waktu terakhir.
“Kondisi tersebut tentu mempengaruhi perekonomian Indonesia, termasuk prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang sekitar 5 persen,” jelas Prasetyantoko.
Y. Sri Susilo, Kaprodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY/Atma Jogja) sebagai peserta “Forum Dialog Akademisi” mengatakan, kegiatan forum dialog yang diselenggarakan Departemen Komunikasi BI penting bagi akademisi. “Akademisi dapat berkontribusi langsung dalam memberikan saran dan pendapat terkait dengan efektivitas pelaksanaan peran, tugas, dan fungsi BI serta komunikasi kebijakan BI,” ujarnya.
Hal tersebut juga diamini oleh Suparmono Ketua STIM YKPN yang juga sebagai peserta dalam kegiatan tersebut, Suparmono menambahkan, bahwa kegiatan forum semacam ini harus dilakukan rutin dan berkesinambungan. “Forum Dialog Akedemisi yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) harus dilakukan rutin dan berkesinambungan,” imbuhnya. (ted)