bernasnews — Dalam rangka penanaman nilai seni dan budaya kepada siswa melalui pagelaran wayang kulit, SD Kanisius Jetis Depok bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman menggelar pementasan wayang kulit, Sabtu (11/11/2023). Gelaran wayang kulit dengan lakon ‘Bima Bothok’ oleh Dhalang Ki Juan Baptist Satya Pradipta, dilaksanakan di halaman sekolah setempat, di Jetis Depok, Desa Sendangsari, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman, DIY.
Acara ini dihadiri oleh Kabid Warisan Budaya Esti Listyowati, S.E, M.M. dan Kasi Warisan Budaya Tak Benda Decky Nugroho, S.E, M.Ec.Dev, Novian Hananto Alexander selaku perwakilan dari Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta. Juga tampak hadir Pengawas SD Korwil Minggir Eny Farida, S.Pd.M.Pd., Pengawas SD KSK Sleman Barat Martinus Wartoyo, S.Pd., Lurah Kalurahan Sendangsari Afan Nur Hisan, Dukuh Padukuhan Jetis Depok Romualdus Igousta Widyanaka, Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir Ch. Kusumastuti, S.Pd., Babinsa, Bhabinkamtibmas, Komite Sekolah Agung Widodo, SS., Orangtua dan Keluarga Ananda Juan Baptist Satya Pradipta, Paguyuban Orangtua Murid dan Guru SD Kanisius Jetis Depok serta Ketua RW dan Ketua RT setempat.
Kepala SD Kanisius Jetis Depok Thomas Heri Supriyono menjelaskan, bahwa Dhalang Ki Juan Baptist Satya Pradipta merupakan siswa kelas 5 SD Kanisius Jetis Depok, putera dari pasutri Bapak Hari Prasetyo dan Ibu Zita Adventarika. Menurut Heri, meskipun kategori dhalang cilik namun jam pementasan bisa dikatakan telah belasan kali. “Di antaranya pernah pentas atau ikut dalam Festival Dalang Anak Sleman Tahun 2022 dan 2023, Pentas 104 tahun Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, di Sangggar Cipta Nuraga. Juga pentas di beberapa dusun serta di acara Ulang Tahun Paroki Gamping,” ujar dia.
Lebih lanjut Heri menjelaskan, pementasan wayang kulit ini diiringi oleh pengrawit dan sinden dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, di bawah bimbingan Bapak Jasminto. “Lakon ‘Bima Bothok’ sendiri mengisahkan kegagahan Bima yang juga disebut Werkudara saat menumpas Prabu Boko seorang raja yang suka memakan manusia dari Kerajaan Ekocokro. Berkat bantuan Pandawa akhirnya Prabu Boko mati dan negara kembali menjadi aman,” ungkap dia.
Sementara itu, Swasana salah satu orang tua murid SD Kanisius Jetis Depok menyampaikan apresiasi atas gelaran wayang kulit dengan dalang cilik yang juga teman sekelas dari puteranya itu. “Harapan saya pagelaran tersebut dapat menjadi agenda rutin sekolahan. Selain untuk melestarikan budaya, dengan wayang juga bisa untuk pendidikan dalam membangun karakter siswa,” kata Swasana, saat ditemui bernasnews di sela-sela pementasan. (ted)