bernasnews — Suasana dan nuansa lingkungan Kantor Kelurahan Panembahan, yang berada di kawasan Jalan Langenastran Lor, Kota Yogyakarta, bisa disebut layaknya sebuah acara perhelatan pernikahan budaya Jawa.
Pasalnya ada acara penyambutan rombongan Tim Verifkasi Lapangan Evaluasi Perkembangan Kelurahan Tingkat Kota Yogyakarta Tahun 2025, di Pendapa Mandira Loka, Kantor Kelurahan Panembahan, Rabu (23/4/2025).
Penyambutan Tim Verifikasi, dikawal oleh kesatuan bregada prajurit dan disambut dengan tari beksan serta penampilan musik biola, dengan lagu “Yogyakarta”, lagu lawas yang dipopulerkan oleh penyanyi Jatu Parmawati dan Band Geronemo, tahun 70an, dan lagu “Koyo Jogja Istimewa”, Ndarboy Genk.
Harumnya wewangian yang membahana menambah sakralnya penampilan 6 wanita berkebaya merah yang menarikan beksan “Tari Pujiastuti”, yang penuh makna filosofis Jawa saat menyambut kedatangan Rombongan Tim Verikasi dipimpin oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta Subarjilan, SIP, M.Si.
Gelaran budaya itu benar-benar menggugah rasa rindu dan nostalgi masa lalu, bagi warga Jogja khususnya yang pernah singgah di wilayah nJeron Beteng Kraton Yogyakarta, terlebih di kawasan Kelurahan Panembahan, yang menyatu dengan cepuri istana Kraton Yogyakarta, yang juga merupakan bagian dari sirip Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Berikut paparan makna dari gerakan tari dan makna filosofi dari beksan “Tari Pujiastuti”, yang dijabarkan oleh Ketua Komunitas Langen Beksan Adjeng Mithayani, yang sekaligus juga sebagai pelatih tari tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa latihan untuk persiapan tampil dalam perhelatan tersebut hanya dilakukan dua hari.
“Tarian Pujiastuti, tarian yang menggambarkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang diungkapkan dalam kegembiraan terutama dalam bentuk tarian untuk penyambutan. Tarian ini menggambarkan seorang gadis remaja dan sudah beranjak dewasa,” kata Adjeng.
“Tarian diringi dengan gending Ladrang Mugi Rahayu dan Ladarang Srikaton, yang mengandung puji pujian dan harapan akan keselamatan serta kebahagiaan. Gerakan yang lembut, tenang, serta anggun merupakan ekspresi pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,” lanjut ibu, aktifis Seni dan Budaya itu. (ted)