bernasnews — Menghadapi momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Pemda DIY melakukan pemantauan terhadap ketersediaan pasokan dan harga pangan, Jumat (14/3/2025).
Pemantauan ini di lakukan di dua lokasi berbeda, yakni di Pasar Beringharjo dan Pangkalan LPG. Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan bahwa lonjakan permintaan terhadap sejumlah komoditas pangan itu kerap terjadi saat bulan suci Ramadan hingga perayaan Idul Fitri.
Oleh karenanya, pemantauan ini menjadi upaya Pemerintah untuk memastikan kecukupan stok agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga harga jualnya pun tetap terjaga.
“Kami fokus melakukan pemantauan yang sensitif mempengaruhi inflasi,” kata Hasto Wardoyo kepada wartawan di sela-sela pemantauannya, Jumat (14/3/2025).
Hasil Pantauan Komoditas Pangan di Pasar Beringharjo
Hasto menjelaskan sejumlah bahan pangan sensitif yang menyumbang inflasi menjadi sasaran pemantauannya kali ini. Diantaranya adalah cabai, daging sapi, daging ayam, minyak goreng, hingga gula pasir.
Dari hasil pantauannya, Hasto menuturkan sejumlah komoditas pangan tersebut terpantau dalam kondisi pasokan yang cukup dengan harga yang masih dalam rentang wajar.
Mulanya dia meninjau ketersediaan minyak goreng yang belakangan cukup menyita perhatian publik. Kata dia, di Pasar Beringharjo ini stok minyak goreng tersedia cukup, dengan indikator landai. Bahkan permintaannya tidak melonjak tinggi, ataupun tidak merosot tajam. Hal itu, menunjukkan bahwa harga cukup terjangkau masyarakat, tidak perlu mengeroyok toko.
Tak hanya stok dan harga minyak goreng maupun gula pasir, Hasto menambahkan harga daging sapi juga tidak mengalami lonjakan signifikan seperti harga daging sapi kualitas I Rp 130 ribu/kg, kualitas II Rp 120 ribu/kg.
Sementara yang cukup menjadi perhatian adalah harga cabai rawit yang saat ini berada di kisaran Rp70.000 hingga Rp80.000 perkilogram. Kendati begitu, Hasto memastikan stok bahan pangan secara keseluruhan cukup untuk menutup kebutuhan selama Ramadan hingga Idul Fitri.
“Indikasi stok cukup adalah harganya stabil. Stoknya turun, pasti harganya naik,” imbuhnya
Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) DIY sekaligus Ketua Pelaksana Harian TPID DIY, Beny Suharsono menyatakan ketersediaan stok dan keterjangkauan harga komoditas bahan pangan saling beriringan.
Dia memaparkan apabila stok bahan pangan berkurang dan tidak ada maka harga akan naik sehingga terjadi inflasi. Begitu pula jika ketersediaan bahan pangan ada, namun permintaan berkurang atau daya beli masyarakat tidak ada maka akan terjadi deflasi.
“Semuanya harus dijaga supaya pertumbuhan ekonomi DIY pada 2024 yang mencapai 5,03 persen (ctc) terjaga untuk dipertahankan. Apalagi menjelang lebaran dan libur panjang maka inflasi di DIY harus terjaga betul. Untuk itu, kami melakukan pemantauan ketercukupan stok dan harga barang-barang yang mempengaruhi inflasi baik bahan pangan maupun bahan bakar ke Pasar Beringharjo serta pangkalan resmi LPG bersubsidi yang ada di Kota Yogyakarta,” terangnya.
Beny juga mengungkap apabila terjadi lonjakan permintaan mendekati lebaran, pihaknya memastikan Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Yogyakarta mempunyai buffer stock atau stok pengaman yang cukup sampai pasca lebaran, sehingga masyarakat tak perlu khawatir.
“Jika harga naik pasti ada permintaan yang sangat besar. Kita punya dan siapkan agar tidak terjadi gejolak harga yang berlebihan supaya konsumen tetap tumbuh daya beli. Tugas kami ada disini supaya harga kebutuhan pokok bisa terjangkau masyarakat dan ketercukupan pasokan,” imbuhnya.
Dijumpai terpisah, salah satu penjual di Pasar Beringharjo, Ida Chabibah menuturkan harga terhadap beberapa komoditas pangan itu memang sempat mengalami lonjakan pada hari pertama hingga ketiga puasa, namun perlahan mulai menurun hingga hari ini.
“Misalnya harga cabai rawit sangat fluktuatif. Sempat dibanderol dengan harga Rp 60.000 lalu naik Rp 80.000 dan turun lagi hingga hari ini kembali naik dengan harga Rp 85.000 perkilogram. Untuk jenis cabai lainnya masih harga standar,” tandasnya. (lan)