bernasnews – Masjid Sunan Gunung Jati (Garmini) Kota Cirebon menjadi salah satu lokasi bersejarah yang juga menyimpan cerita perjalanan Presiden Soekarno Hatta atau Bung Karno semasa hidupnya.
Sebagaimana diketahui, masjid Sunan Gunung Jati ini merupakan masjid yang dulu sering didatangi oleh Bung Karno. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto. Eko menyebut jejak sejarah Presiden Soekarno yang sering salat Tahajud di Masjid Sunan Gunung Jati terabadikan dengan cukup baik.
“Ada yang luar biasa, kalau menengok kembali apa yang dilakukan oleh Presiden Sukarno di Cirebon. Kita bisa telusuri warisan beliau, bagaimana meghadirkan Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan latar sejarah nya perlu kita gali bersama. Alhamdulillah tadi berkesempatan laksanakan shalat ashar berjamaah di Masjid Gunungjati,” kata Eko Suwanto.
Salah satu penggal sejarah itu menjadi obyek wisata berharga bagi Kota Cirebon. Bahkan warga kota tersebut sangat bangga nama Masjid Sunan Gunung Jati diberikan langsung oleh Soekarno pasca diwakafkan pemilik lahan, Siti Garmini Soroji Binti Muchalar Surjaatmadja pada 1960.
Meski tidak mewah, masjid tersebut cukup bersih dan ramai dmanfaatkan untuk ibadah. Satu komplek ada pula ruang belajar mengaji bagi anak-anak. Lengkap sudah hal-hal baik yang diharapkan tumbuh dari masjid yang punya hubungan erat dengan proklamator kemerdekaan Indonesia itu.
Dari napal tilas ini, Eko menyampaikan bahwa ada pelajaran yang penting yang bisa diambil dari Kota Cirebon ini, dimana pemerintah memberi perhatian pada aspek ilmu pengetahuan harus diikuti dengan riset.
Selain itu juga pentingnya pembangunan museum serta referensi bagi kaum muda, bisa buku atau film.
Ada hal yang strategis dan penting dalam proses pendidikan kebangsaan yaitu meneguhkan karakter bagi semua warga termasuk kaum muda.
“Ilmu pengetahuan harus diikuti dengan riset agar naskahnya otentik. Kedua, soal pentingnya pembangunan museum. Ketiga, perlu dibuat film atau buku yang dipublikasikan,” ujarnya.
Menurut dia, Pemda DIY ke depan perlu menguatkan kerjasama dengan banyak pihak guna merealisasikan sinau Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Dia menambahkan, upaya pembatinan rasa cinta tanah air bisa dijalankan dengan memberikan pemahaman sejarah budaya bangsa Indonesia lewat berkunjung ke museum dan situs-situs bersejarah.
“Kalau di Yogyakarta ada Masjid Syuhada. Bung Karno memiliki catatan sejarah besar bagi budaya dan sejarah. Inilah nilai penghormatan dan memperkokoh bagaimana Islam berdampingan dengan yang lain. Ke depan Pemda DIY perlu mengembangkan museum untuk menyampaikan pendidikan kepada penerus bangsa,” ungkapnya.
Umaruddin Masdar menambahkan keberadaan Masjid Sunan Gunung Djati yang pernah dipakai beribadah oleh Bung Karno menjadi pesan penting menyatunya agama, nasionalisme dan budaya.
Cirebon, lanjut dia, dipilih sebagai lokasi kunjungan karena memiliki histori yang kuat kaitannya dengan nilai-nilai kebangsaan sekaligus menguatkan fondasi kebangsaan di tengah gempuran nilai-nilai budaya dari luar yang begitu masif. Umar sepakat DPRD DIY perlu terus berkomunikasi dengan Dinas Kebudayaan DIY untuk merawat dan memfasilitasi kaum muda agar belajar sejarah.
“Bung Karno dengan nasionalisme menyatukan agama dan kebudayaan. Tempat-tempat bersejarah ini termasuk di Yogyakarta perlu dilestarikan,” tambahnya.
Sejarah Masjid Sunan Gunung Jati
Sementara Budayawan sekaligus sejarawan Cirebon, Jajat Sudrajat, menjelaskan seputar sejarah berdirinya Masjid Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu kebanggaan masyarakat di kota itu.
Jajat mengungkapkan pada tahun 1960 Presiden Soekarno saat di Cirebon pernah berdialog dengan masyarakat, kemudian memberi nama Masjid Sunan Gunung Djati sebagai penghormatan didirikannya masjid yang tanahnya merupakan wakaf R Hj Siti Garmini Sarojo. Pada masjid itu pula terpasang prasasti yang menerangkan pemberian nama masjid tersebut oleh presiden pertama Republik Indonesia.
Dia menjelaskan pada 17 Agustus 1960 Garmini sebagai tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU) yang juga istri dari Sultan Hasanuddin keempat dari Keraton Kanoman Cirebon mewakafkan lahan sekitar 500 meter persegi untuk pembangunan masjid.
Masjid itu menyimpan kisah yang menggambarkan sisi religiusitas Soekarno. lahan tempat berdirinya masjid tersebut merupakan area persawahan. Dia pun mengingatkan catatan sejarah dan budaya jangan dilupakan oleh generasi hari ini sebab Presiden Soekarno telah memberikan perhatian terhadap sejarah, budaya dan agama.
“Catatan terkait sejarah dan budaya jangan sampai dilupakan generasi hari ini, seiring berjalan waktu ini membuktikan bahwa perhatian sejarah, budaya dan agama dari Bung Karno.,” tandasnya. (lan)