News  

Ruwahan RT 37 Suryoputran: Pelestarian Tradisi Budaya Melalui Kebersamaan Warga

Ketua RT 37 Suryoputran Tri Murdani (Kanan) secara simbolis menyerahkan apem, ketan dan kolak kepada Sesepuh Warga Parman, sebagai ungkapan permohonan maaf dalam tradisi Ruwahan. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Ketua dan Jajaran Pengurus RT 37, RW 10 Suryoputran menyelenggarakan giat budaya tradisi Ruwahan, bertema “Pelestarian Tradisi Budaya Melalui Kebersamaan Warga”, bertempat di Rumah Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta, Minggu sore (16/2/2025).

Ruwahan adalah sebuah tradisi yang berkaitan dengan adat budaya Jawa merupakan sebuah kegiatan dalam rangka penghormatan kepada arwah leluhur atau keluarga yang telah meninggal dunia, bertepata di bulan Ruwah berdasar kalender perhitungan Jawa. Dalam tradisi ini disajikan kuliner khas yang kaya makna filosofis diantaranya kue apem, ketan dan kolak.

Acara ini selain dihadiri oleh puluhan Warga RT 37 juga dihadiri oleh Ketua Kampung Suryoputran H. Bandrio Utomo, Ketua RW 10 Suryoputran Suharyanto, tokoh masyarakat setempat Prof. Anas Hidayat dan perwakilan dari warga RT 35, RT 36, dan RT 38 se- RW 10 Suryoputran.

Acara Ruwahan yang diselenggarakan oleh Ketua dan Jajaran Pengurus RT 37 RW 10 Suryoputran. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Ketua RT 37 Suryoputran Tri Murdani dalam sambutannya mengemukakan, bahwa acara Ruwahan ini sebagai sarana nguri-uri (melestarikan) budaya sebagai warga masyarakat Yogyakarta. “Kita perlu bersyukur hingga kini kita masih bisa menjalankan tradisi Ruwahan dengan membuat apem yang telah diproses oleh ibu-ibu sejak pagi,” katanya.

“Oleh karena itu, kami ucapakan terima kasih kepada segenap warga RT 37, Ketua Kampung Suryoputran, Ketua RW 10 Suryoputran sehingga acara Ruwahan, dengan tema ‘Pelestarian Tradisi Budaya Melalui Kebersamaan Warga’ dapat terselenggara pada hari ini,” lanjut Tri Murdani.

Selanjutnya sambutan dari Ketua Kampung Suryoputran H. Bandrio Utomo menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan Ruwahan oleh Warga RT 37. Menurut Bandrio, RT 37 bisa disebut sebagai RT pelopor lantaran ada saja kegiatan yang diselenggarakan di wilayah ini.

“Ada jalan sehat, ada perlombaan, nanti apalagi katanya juga akan mengadakan Syawalan. Idenya banyak sekali. Sore hari ini Ruwahan, yang esensi pertama kita bisa bersilaturahmi antar warga. Kedua dengan Ruwahan seperti ini kita bisa berbagi sesama, dengan berbagi rejekinya akan berlimpah karena akan didoakan terus,” ungkap dia.

Lanjut Bandrio, dengan menyelenggarakan Ruwahan seperti ini berarti kita telah melestarikan budaya tinggalan leluhur. Ada beberapa daerah lain juga ada semacam tradisi seperti ini, hanya bentuknya berbeda yang juga merupakan kearifan lokal.

“Dengan tradisi Ruwahan ini kita juga berharap bisa mendoakan arwah leluhur, kedua orang tua kita. Momen-momen seperti itulah dalam arti Ruwahan. Makanya setiap bulan Ruwah banyak orang yang berziarah ke makam,” ujar Bandrio, yang juga sebagai Ketua Takmir Masjid Wiworojati Suyoputran.

Usai sambutan-sambutan acara berikutnya adalah penyerahan secara simbolis apem lengkap dengan ketan dan kolak oleh Ketua RT 37 Suryoputran Tri Murdani kepada Bapak Parman selaku sesepuh warga setempat.

Suasana ibu-ibu warga RT 37, RW 10 Suryoputran saat memasak apem untuk persiapan acara Ruwahan. (Foto: Istimewa)

Acara penyerahan ini mempunyai pralambang (makna) permohonan maaf warga kepada seluruh sesepuh warga setempat dalam rangkaian untuk menyambut bulan Ramadhan, dimana seluruh warga yang akan menjalankan puasa sudah dalam keadaan ikhlas dan telah saling maaf memaafkan.

Sementara itu, penjelasan makna filosofis ketan, kolak dan apem serta berbagai pernak-pernik sesaji dalam kajian budaya disampaikan oleh Ustad Zainuri Afandi. “Dalam masyarakat Jawa, bahwa apa yang ada di hadapan kita seperti ketan, kolak dan apem serta uba rampe bunga, jenis minuman kopi dan air putih ataupu rujak degan. Semuanya mengandung simbolis dan makna filosofis. Jadi ini merupakan kajian budaya dan kearifan lokal,” terangnya.

Menariknya, dalam giat budaya Ruwahan yang diselenggarakan oleh warga RT 37 Suryoputran ini benar-benar dilakukan seperti yang termaktub dalam tema. “Dari perencanaan, pengadaan bahan-bahan, memasak hingga menyajikan dan mengemas dilakukan secara guyub dan gotong royong,” ungkap Amtono Prasutanto, tokoh setempat.

“Seperti bahan-bahan untuk memasak makanan itu kita tidak beli atau belanja. Beberapa warga dengan penuh keikhlasan menyumbangnya seperti tepung, gula, ketela, pisang, dan sebagainya. Juga ada donasi dalam bentuk uang ya kita terima. Semuanya kita bikin gotong royong dan guyub,”pungkas Amtono, yang juga Ketua KTB Suryoputran. (ted)