bernasnews — Berbagai sumber menyebut soto merupakan kuliner asli Indonesia, meskipun kata soto sendiri juga banyak penyebutannya seperti sroto, sauto mapun coto. Namun ada pula yang menyebut bahwa merupakan hasil akulturasi dan midofikasi kuliner dari negeri China, menginat kata soto serapan dari kata Cau Do atau Jau To, yang berati jeroan (sejenis daging) berempah atau berkuah.
Soto termasuk kuliner yang ramah bagi siapa pun juga ramah di saku, keberadan soto merambah di mana-mana dan varian atau jenisnya dari penyebutannya juga macam-macam meskipun berbahan sama secara umum dari daging sapi dan daging ayam. Sebagai sebuah kekhasan atau pembeda juga ada yang menyebutkan asalnya. Misal, Soto Madura, Soto Lamongan, dan sebagainya.
Juga ada penyebutan dari tempat wadah soto itu sendiri, seperti Soto Bathok (Tempurung Kelapa), Soto Bumbung atau potongan bambu yang berdiameter lumayan besar. Kekinian ada satu lagi soto dengan kekhasan dari wadahnya yakni “Soto Gerabah An Nur”, yang berlokasi di Dusun Bantulkarang, Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, DIY.
“Usaha soto yang merupakan bagian dari Panti Asuhan Yatim Putra Islam An Nur Bantul ini berdiri baru bulan September 2024, jadi belum lama baru empat bulanan. Usaha ini adalah ajang latihan bagi anak-anak panti sebab kalau mereka diberi santunan “ikan” akan habis namun kalau santunannya berupa “pancing (kail)” mereka kan bisa mancing atau berikhtiar,” terang Hj. Eny Haryanti, kepada bernasnews, Minggu (15/12/2024).
Lanjut Hj. Eny mengatakan, bahwa usaha kuliner Soto Gerabah An Nur ini berharap anak-anak asuh selepas dari panti bisa berkarya atau bekerja. Ia tidak menepis bahwa hidupnya panti asuhan itu lantaran diparingi (donasi) namun Panti Asuhan Yatim Putra Islam An Nur Bantul juga ingin berikhtiar secara mandiri meskipun hasilnya wallahu allam sebab rejeki itu milik Allah SWT.
“Meskipun tetap aja kalau ada yang maringi syukur alhamdulillah karena mengasuh 40 anak jelas tidak bisa hanya dari jualan soto namun juga tidak semata-mata mengandalkan belas kasihan. Oleh karena itu, kami juga mengelola Studio Tani “Agro Edu Sosio Relegi”, di mana sebagai ajang latihan bagi anak-anak untuk berkebun sayur-sayuran dan beternak ikan lele serta ikan nila. Nandur sing dipangan mangan sing ditandur (menanam yang dimakan, makan yang ditanam),” ujar Ustadzah, yang cukup terkenal di Jogja.
Kenapa kita milih gerabah, imbuh Hj. Eny menjelaskan bahwa gerabah itu adalah produk kearifan lokal bertujuan untuk sama-sama mengangkat perekonomian tetangga. Kedua, ingin tampil beda atau sebagai pembeda dengan soto-soto lainnya yang telah ada.
“Kuah soto juga buthek (keruh) lantaran kaya akan rempah, selain tampil beda rasanya juga beda. Pasalnya tamu yang berkunjung tidak semuanya suka soto maka kami pun juga menyediakan menu-menu lainnya seperti mangut lele asap, ayam dan lele serta ikan goreng yang semuanya kami sajikan secara fresh dimasak sesuai pesanan,” beber Hj. Eny.
Resto Soto Gerabah An Nur ini berasitektur tradisional rumah adat Jawa bentuk limasan, dengan halaman yang berhiaskan perkebunan sayur dengan sistem pertanian moderen memakai pipa pralon. Juga budidaya ikan dan lele dengan kolam bentuk silinder, dengan kiri kanan resto masih berupa hamparan sawah.
Untuk diketahui Panti Asuhan Yatim Putra Islam An Nur Bantul, telah berusia 17 tahun berdiri sejak 29 Agustus 2007, mempunyai anak asuh baik yatim maupun yatim piatu sejumlah 40 anak. Juga mempunyai anak asuh luar (di luar panti) yang secara periode tertentu diberikan santunan, berkisar 30 anak.
Perjalanan berkuliner ke Soto Gerabah An Nur Bantul cukup mudah, dari perempatan Masjid Agung Bantul ke barat terus hingga belokan ke selatan terus, sampai lampu bangjo yang ketiga hingga sampai ada penunjuk jalan masuk ke timur arah menuju panti asuhan tersebut. Hari Senin tutup libur tidak buka. (ted)