bernasnews – Rumah Sejarah Djiauw Kie Song yang terletak di Dusun Kalijaya 1, Desa Rengasdengklok Utara, Karawang, Jawa Barat menjadi tujuan napak tilas selanjutnya yang dilakukan oleh Komisi A DPRD DIY.
Maksud dan tujuan kedatangan DPRD DIY bersama rombongan ini ingin mengetahui lengkap bagaimana latar sejarah bangsa Indonesia, khususnya Bung Karno sebagai bagian penyempurnaan lahirnya Perda Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang dirancang di DIY.
Selain itu, Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengatakan napak tilas ini juga untuk menguri-uri sejarah serta membawa semangat juang para tokoh pahlawan yang berjuang memerdekakan Republik Indonesia yang dalam hal ini Bung Karno untuk dicontoh oleh generasi muda saat ini.
Meski Bung Karno berasa di Rengasdengklok kurang dari 24 jam, namun peristiwa yang terjadi disana menjadi sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia.
“Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Sukarni rela hati tanpa mempertimbangkan keselamatan diri berjuang untuk bangsa. Bagaimana kehendak untuk merdeka, memperkuat kehendak yang didukung anak-anak muda, menunjukkan bagaimana kepahlawanan lahir dari niat dan kehendak memerdekakan Indonesia, tanpa mempertimbangkan keselamatan diri dan keluarga. Bagaimana menjaga Indonesia, itu juga sangat penting,” kata Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto.
Ajak Generasi Muda Maknai Perjuangan Menjadi Pemimpin
Banyak pesan yang bisa diambil dari kunjungan itu. Selain mengerti tentang sejarah, rombongan juga tahu betapa besarnya dedikasi pengorbanan, semangat dalam merebut kemerdekaan. Hal yang tidak kalah penting, kata Eko, menjadi seorang pemimpin itu tidak bisa instan. Melainkan harus dilewati dengan perjuangan yang tidak mudah.
Dia juga mengingatkan pada generasi muda bahwa uapaya menjadi pemimpin harus dilakukan dengan hati bersih agar mampu meraih kepercayaan masyarakat.
“Kami juga ingatkan pemimpin lahir tidak instan, tidak tiba-tiba. Penting bagi generasi muda untuk memahami hal ini, perjuangan dilakukan dengan hati bersih, meraih kepercayaan masyarakat. Tak boleh dengan cara instan,” tegasnya.
“Inilah yang penting untuk dikhidmati oleh generasi muda bahwa kepentingan bangsa jauh di atas segalanya. Hari ini anak-anak muda dihadapkan digitalisasi dan globalisasi harus belajar betul pada tokoh-tokoh perjuangan bangsa,” lanjutnya.
Ajak Pemda DIY Lestarikan Museum Bersejarah
Dalam kesempatan ini, Eko juga kembali mengajak Pemda DIY untuk selalu menjaga dan melestarikan museum-museum bersejarah di DIY. Bersama Gubernur DIY, lanjut dia, DPRD DIY punya tugas besar tidak semata-mata menyusun APBD dan Perda tetapi juga punya tanggung jawab sejarah nguri-uri semangat pendiri bangsa.
“Yogyakarta memiliki banyak tempat dan tokoh sejarah yang ikut memperjuangan kemerdekaan Indonesia. Ada enam orang anggota BPUPKI dari Yogyakarta, ketuanya Dokter Radjiman Wedyodiningrat dari Sleman,” jelasnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Ummarudin Masdar mengaku terkesan dengan napak tilas yang secara konsisten menelusuri jejak sejarah berdirinya Indonesia termasuk di Rengasdengklok tersebut.
“Ini penting, karena tanpa sejarah itu kita tidak bisa menjadi bangsa seperti saat ini. Kita bisa belajar bagaimana pendiri bangsa menyatukan bangsa di rumah ini,” imbuh Ummarudin.
Sementara Janto Djoewari, cucu dari Djiauw Kie Siong mengakui bangunan rumah bersejarah yang sekarang ditempatinya itu lokasinya sudah bergeser sekitar 50 meter dari tempat aslinya. Bangunan aslinya semula di dekat sungai.
Bagi dia, mengunjungi rumah bersejarah itu berarti pula menghargai jasa kakeknya yang turut andil dalam kemerdekaan Indonesia. Babah Djiauw dalam wasiatnya memesankan kepada pewarisnya untuk rela menunggui rumah itu dan memberi layanan terbaik bagi pengunjung yang ingin melihat langsung rumah bersejarah Rengasdengklok tersebut.
Jika dilihat latar belakangnya, Djiauw Kie Siong yang lahir 1880 dan wafat 1964 merupakan seorang petani keturunan Tionghoa yang bergabung dalam tentara Pembela Tanah Air (Peta). Rumah tersebut menjadi tempat Bung Karno dan Bung Hatta diamankan oleh golongan muda sebelum memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Pengamanan tersebut dilakukan oleh sejumlah pemuda, antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh. (lan)