bernasnews — Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Merti Bumi Lestari DIY beserta beberapa pengurus dan para penggiat, relawan dan pengelola persampahan mengadakan diskusi dan bincang ringan tentang persoalan sampah dan perilaku masyarakat, khususya di DIY, bertempat di sebuah resto di Pakem, Kabupaten Sleman, Minggu (21/7/2024).
Pengelola persampahan yang hadir diantaranya adalah Bank Sampah, Sedekah Sampah dan TPS3R dari seluruh Kabupaten/ Kota di DIY serta perwakilan dari DLH Kabupaten Sleman.
Ketua JPSM Merti Bumi Lestari DIY Dr. Bambang Suwerda, S.ST, M.Si mengemukakan, bahwa bukan hanya DIY saja yang mengalami masalah sampah, akan tetapi di seluruh Indonesia mengalami hal serupa. Menurut Bambang, hal tersebut dikarenakan salah satunya kurang sadarnya masyarakat dalam mengelola sampah juga faktor – faktor lain yang ada, seperti adanya produsen – produsen penghasil sampah yang tidak megelola sampah secara benar.
Acara ini dilakukan untuk membantu pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah persampahan di DIY yang tengah menghadapi masalah darurat sampah, dengan aksi – aksi nyata lewat individu atau komunitas agar sampah –sampah ini bisa terkelola mulai dari sumbernya.
“Harapan kedepan dengan acara ini akan terjadi kolaborasi dengan semua pihak, baik pihak DHLK DIY, DLH di setiap Kabupaten/ Kota di DIY bersama –sama untuk mengatasi masalah dengan pengurangan dan pengelolaan sampah secara arif dan bijaksana,” ungkap Bambang.
Bank Sampah di Indonesi berdiri pertama kali di DIY pada tahun 2008. Dalam proses setiap tahunnya DLHK menilai kinerja Bank Sampah, Bank Sampah Unit (BSU) ataupun Bank Sampah Induk (BSI) yang merupakan momentum bagi yang berada di DIY yang merupan titik lahir pertama kali adanya Bank Sampah di Indonesia.
“Agar mulai fokus dalam mengcover instrumen yang ada di Bank Sampah, yang unit ataupun induk. Sehingga tahun depan ada perwakilan dari DIY untuk ikut lomba secara nasional, bukan hanya sebatas lomba tapi merupakn upaya untuk meningkatkan kinerja dari Bank Sampah yang ada di DIY, yang diharapkan kontribusinya untuk membantu pengurangan sampah, minimal ada prestasi dari DIY di tahun 2025 menjadi Bank Sampah yang terbaik baik BSU ataupun BSI,” papar dia.
“Minimal ada prestasi dari DIY di tahun 2025 menjadi Bank Sampah yang terbaik, baik BSU ataupun BSI. Dari lomba Bank Sampah ini, secara nasional ada beberpa indikator penilaian yaitu tentang tata kelola bank sampah, pengelolaan sampahnya, manajemen, administrasinya. Juga partsipasi masyarakat d idalam Bank Sampah,” lanjut Bambang.
Selanjutnya Bambang Suwerda juga berharap mulai dari diri kita sendiri untuk mengelola sampah. “Jangan tunggu orang lain, mulailah dari yang terkecil,” tegas dia.
Arif Solichin selaku penggiat dan nara sumber, yang sudah masuk tingkat nasonal juga menyampaikan agar kita harus berpegang pada regulasi tentang pengelolaan sampah, yang diantaranya kelembagaan, progam, pembiayaan, tehnologi dan ekonomi.
Menurut Arif, dari regulasi tersebut bisa membuat kelembagaan per RT melalui Bank Sampah lantaran sampah tidak bisa diselesaikan skupnya per padukuhan tapi minimal RT, dengan konsep tanpa timbangan tanpa kantor.
“Selanjutnya dengan pendampingan berkelanjutan, memberkan pelatihan pengelolaan sampah juga tentang daur ulangyang bertanggung jawab yang diintreggasikan dengan kementrian, serta penanganan pengelolaan sampah residu skala rumah tangga,” pungkas Arif. (nun)