bernasnews – Tak hanya menjadi tempat pajangan benda cagar budaya dari masa prasejarah hingga sejarah, Museum juga memiliki peran penting untuk mempertahankan eksistensi perjalanan budaya yang terjadi di masa lalu. Pasalnya berbagai informasi dan koleksi mengenai peristiwa yang terjadi dimasa lalu ditampilkan disana.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi A DPRD DIY, Rany Widayati saat berkunjung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusantara Tenggara Barat (NTB) dalam Program Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat bertema Pengembangan Museum untuk Mendukung Pendidikan Pancasila.
Belajar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB yang tengah mengembangkan museum lokal di dssa-desa, Rany mendorong agar Pemerintah Daerah DIY bisa mencontohnya. Apalagi dari sisi insfratruktur, DIY saat ini telah memiliki banyak museum, sementara pengembangan nya belum begitu masif.
“Kita dorong museum lokal di desa juga ditiru oleh DIY ini. Kita harus mulai, itu adalah ide yang baik yang kita dapat dari NTB untuk diterapkan di Jogja,” ujar Sekretaris Komisi A DPRD DIY, Rany Widayati, Senin (3/6/2024).
Rany menuturkan apa yang sudah dikelola oleh Dinas NTB setempat menjadi role model untuk mengembangkan museum yang ada di Yogyakarta. Banyak yang bisa diperbaiki, mulai dari penataan, sejarah yang ditampilkan hingga pengalaman atraksi budaya yang ada di masing-masing wilayah Jogja.
Sehingga pada akhirnya mampu memperkenalkan dan mempertahankan sejarah di setiap generasi yang terus bertumbuh.
“Itu juga sekaligus menjadi upaya jemput bola agar cinta museum karena museum itu adalah sumber dari negara atau kota itu berjalan sampai saat ini. Kalau tidak seperti itu masyarakat tidak akan pernah tau bisa menikmati hidup seperti ini tetapi tidak tau sejarahnya,” kata dia.
Sementara Anggota Komisi A DPRD DIY, Yuni Satia Rahayu mengatakan DIY memiliki dana keistimewaan yang bisa dialokasikan untuk membuat museum hingga tingkat kampung. Menurut dia, museum lokal dapat disesuaikan dengan lokalitas masing-masing kampung. Apalagi di DIY memiliki desa preneur yang bisa dikolaborasikan.
Ia menilai museum lokal juga bisa mendongkrak perekonomian masyarakat. Sebab UMKM di wilayah bisa ikut terfasilitasi
“Karena kita punya dana keistimewaan. Artinya kalau setiap kampung itu memiliki museum paling tidak dana keistimewaan itu bisa langsung mengerucut ke kampung-kampung yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Nah kalau di sini (NTB) kan menggunakan dana desa,” terang Yuni.
Sementara Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Nur Alam menerangkan jumlah museum di NTB sangat terbatas. Hingga 2024 ini baru ada lima museum di NTB. Untuk itu, pemerintah menghadirkan program Kotaku Museumku, Kampungku Museumku.
Salah satu tujuan pendirian museum desa di wilayah NTB ini untuk mendorong semangat semangatnya menyelamatkan artefak-artefak. Karena disadari NTB adalah tempat persilangan budaya yang sangat kaya. Tak lepas dari keberadaan Pulau Lombok yang terpengaruh oleh tradisi Majapahit maupun Pulau Sumbawa yang disebut sebagai persemakmuran Kerajaan Gowa, kerajaan besar di Sulawesi.
“Kalau di NTB ini kan jaraknya jauh-jauh,ada yang harus menyeberang pulau juga. Kalau masing-masing kampung memiliki museum, maka siswa tidak perlu pergi jauh untuk belajar. Dan kami mendorong agar pembimbing bisa memberikan pembelajaran yang sesuai. Belajar matematika di museum bisa kok, kan di rumah adat ada bentuk segitiga, limas, dan lainnya,” kata Nur Alam.
Begitupula yang disampaikan oleh Kepala Balai Teknologi Informasi dan Data Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat, Agus Siswo Aji Utomo mengungkapkan pariwisata kini harus berbasis budaya. Saat ini, pihaknya tengah mendampingi 99 desa wisata di NTB. Tujuannya untuk menguatkan kebudayaan masing-masing daerah, agar bisa dipadukan dengan pariwisata.
“Karena kita tidak punya infrastruktur seperti daerah lain, sehingga yang bisa menjadi nilai lebih adalah kebudayaan. Untuk itu, pariwisata itu harus berbasis budaya,” ungkapnya.
Selain itu museum di NTB juga menjadi tempat belajar sekaligus menginspirasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 sebagai bagian dari proses pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka Belajar.
“Dengan berkunjung ke museum anak-anak bisa melihat peradaban. Ternyata bisa, anak belajar matematika dengan melihat rumah adat,” pungkasnya. (lan)