News  

Gelaran PBTY 2024 Berkonsep Beda: Lebih pada Edukasi dan Sejarah Tionghoa Mataram

Suasana lapak-lapak kuliner dalam gelaran Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) di Bintaran Wetan, Kota Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) kembali diselenggarakan, hanya saja untuk tahun 2024 ini pelaksanaannya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Venue bukan lagi di Ketandan, Kawasan Malioboro melainkan di Hoo Hap Hwee atau Perkumpulan Budi Abadi, Jalan Bintaran Wetan, Yogyakarta.

Dengan mengusung tema ‘Lestari Budaya Bagi Negeri’, PBTY yang telah menjadi agenda budaya dan pariwisata Kota Yogyakarta, berlangsung selama seminggu, dari tanggal 4 Maret hingga 10 Maret 2024.

Ketua Panitia PBTY 2024 Ernest Lianggar Kurniawan mengemukakan, bahwa gelaran kali ini lebih mengedepankan edukasi budaya Tionghoa Mataram, yang belum banyak dikenal masyarakat. Menurutnya, ai mana ada ruangan yang dibuat seperti museum dan ruang pameran yang disajkan.

“Kalau di tahun-tahun sebelumnya PBTY berlangsung di Kawasan Ketandan, Malioboro yang lebih banyak mengedepankan pertunjukan kesenian. Kali ini bergeser ke Perkumpulan Budi Abadi, dengan mengutamakan edukasi tentang budaya Tionghoa,” terang Linggar, dikutip dari Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta.

“Tentunya budaya Tionghoa yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, yang diantaranya seperti barongsai dari masa ke masa, meja sembahyang beserta isinya, serta pernak pernik budaya lainnya,” imbuh dia.

Sementara Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo memberikan apresiasi atas konsistensi PBTY, yang selama 19 tahun menjadi even tahunan dan selalu ditunggu-tunggu masyarakat juga wisatawan. 

“Ini menjadi karya yang cantik dan menarik, untuk dinikmati masyarakat dengan sajian khas PBTY. Dari pertunjukan budaya hingga bazar kulinernya. Melalui tema tahun ini menghadirkan satu hal yang berbeda yaitu lebih kental dengan edukasi dan sejarah melalui sajian pameran,” kata Singgih, saat acara pembukaan PBTY 2024, Senin malam (4/3/2024).

Menurut Singgih, PBTY menjadi sebuah even yang bisa memberikan gambaran juga edukasi kepada masyarakat luas, bagaimana budaya Tionghoa di Kota Yogyakarta dapat berakulturasi dengan budaya Jawa.

“Melalui pameran yang ada di PBTY tentunya akan memberikan wawasan juga pengetahuan bagi masyarakat. Kemudian dengan atraksi yang disajikan, akan semakin menarik perthatian pengunjung untuk datang. PBTY juga menjadi penggerak even ekonomi kreatif dan pariwisata di Kota Yogyakarta,” tandasnya

Orang nomor satu di Pemkot Yogyakarta ini juga mengajak kepada pengunjung untuk ikut serta mempromosikan dan mengajak masyarakat luas, mengunggah event tahunan itu melalui media sosial agar semakin banyak yang datang ke PBTY yang akan berlangsung selama tujuh hari. (ted)