News  

Jelang HBKN Idul Fitri 2024, TPID DIY Siapkan Strategi Antisipasi Inflasi

TPDI DIY gelar High Level Meeting (HLM) guna membahas kesiapan pemerintah daerah DYI dalam menyambut bulan Ramadhan dan HBKN Idul Fitri 2024. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Realisasi laju inflasi di dua wilayah, Indeks Harga Konsumen (HK) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada awal tahun 2024 masih terjaga pada rentang sasaran nasional sebesar 2,5÷1% (yoy). 

Hal ini menjadi sinyal positif dalam mengawal inflasi DIY ke depan. Namun potensi risiko tetap harus diwaspadai apalagi menjelang momen Ramadhan dan HBKN Idul Fitri serta mundurnya masa panen raya padi akibat dampak El Nino yang masih terasa.

Supaya upaya pun mulai dipersiapkan oleh, TPDI DIY termasuk menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) guna membahas kesiapan pemerintah daerah DYI dalam menyambut bulan Ramadhan dan HBKN Idul Fitri 2024. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati memaparkan data dari kedua wilayah yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul. Dari data tersebut, ia tak menepis bakal ada beberapa komoditas yang akan mengalami kenaikan harga di momen tersebut.

“Perlu dipahami juga memang ada event-event atau waktu-waktu di mana DIY itu yang mengkonsumsi sebagian komoditas adalah banyak orang dari luar misalnya saat hari raya. Persiapan ini juga harus memperhitungkan orang luar yang mudik masuk ke DIY, komoditas dengan bobot terbesar dari survei,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati, mengawali sesi High Level Meeting (HLM) TPID DIY.

Herum memaparkan inflasi gabungan dua kota IHK di DIY menurut hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 utamanya disumbang dari komoditas bensin dan beras, dengan bobot masing- masing sebesar 5,55% dan 5,18%. 

Oleh karena itu, jumlah kunjungan wisatawan ke DIY yang diproyeksikan meningkat seiring peningkatan aktivitas pariwisata dan tradisi mudik pada momen HBKN Idul Fitri perlu diwaspadai menjadi risiko pemic tingginya tekanan inflasi dari sisi permintaan. 

“Angkutan udara menjadi sangat dominan ketika menjelang Idul Fitri memberikan andil inflasi 0,07 persen kemudian rokok kretek, emas, perhiasan, tarif kereta api, komoditas pangan sedangkan yang menghambat ini tahun lalu ada cabe rawit, telur ayam ras justru April turun,” kata dia.

Herum juga menyikapi sentimen terhadap kenaikan harga beras yang saat ini masih melambung tinggi. Dari data historis BPS menunjukkan jika kenaikan harga beras yang terjadi saat ini diringi dengan peningkatan harga Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) yang diterima petani sehingga diharapkan kesejahteraan petani mash terjaga.

Sementara Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY menyebut harus ada upaya yang akan dilakukan oleh instansi TPID di DIY untuk mengantisipasi tekanan inflasi diantaranya lewat operasi pasar secara merata di seluruh wilayah DIY, penyaluran beras SPHP, dan kerjasama penambahan pasokan dari daerah sekitar DIY.

“Hampir sama bahwa pola historis di masing-masing season Ramadhan itu memang semakin meningkat tetapi kalau kita lihat hipotensi resiko, memang betul El Nino akan semakin berkurang di tengah itu berarti setengah potensi kekeringannya semakin berkurang bahkan membaik. Tetapi curah hujan ini yang malah apa ya secara tiba-tiba cukup besar dan ini bisa mengganggu kesuksesan panen,” kata Ibrahim.

Ada beberapa rekomendasi mitigasi seasonal yang dapat dilakukan dalam rangka menghadapi HBKN Idul Fitri 2024. Rekomendasi tersebut antara lain  meningkatkan efektivitas pelaksanaan pasar murah/operasi pasar, memperkuat data dan informasi terkait pasokan, dan mendorong komunikasi efektif untuk belanja bijak.

“Diharapkan melalui kegiatan ini, sinergi dan kolaborasi yang telah terjalin baik dalam kerangka TPID dapat terus diperkuat demi mengawal tercapainya inflasi DIY yang sesai dengan rentang sasaran inflasi nasional,” ucap dia.

Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X yang juga hadir dalam kegiatan itu memberikan arahannya kepada masing-masing pemerintah di Kabupaten dan Kota se-DIY.

Pengendalian terhadap inflasi tidak melulu soal bagaimana menurunkan harga komoditas, tetapi juga mempertimbangkan harga yang diterima oleh petani, serta margin di tingkat distribusi dalam batas yang wajar.

“Ketersediaan pasokan yang cukup dan kelancaran distribusi pangan, merupakan faktor penting dalam menjaga stabilitas harga dan mencegah inflasi. Proses ini membutuhkan kerjasama erat antara pemerintah, produsen, dan distributor, untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi, khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Ramadhan dan Idul Fitri,” tutur Paku Alam X.

Untuk mencapai stabilitas ekonomi jelang Ramadhan dan Idul Fitri, Paku Alam X menuturkan harus lakukan beberapa kegiatan. Salah satunya melaksanakan kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan upaya mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Ini bukan sekadar pernyataan, melainkan sebuah prinsip yang harus menjadi pemandu dalam setiap keputusan dan tindakan. Untuk itu, mari kita bersama-sama membangun komitmen. Dengan setiap langkah yang kita ambil untuk mengendalikan inflasi, dan bahwasanya di balik deretan angka statistik, terdapat kehidupan dan harapan rakyat yang kita layani,” tandasnya. (lan)