Begini! Limbah Tongkol Jagung, Oleh Mahasiswa UNY Disulap Menjadi Smart Eco Wall Decor

Penampakan karya Smart Eco Wall Decor berbahan limbah tongkol jagung karya dari Kelompok Mahasiswa UNY. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Tongkol jagung merupakan batang tempat bulir jagung menempel, setelah proses pemipilan biasanya tongkol jagung hanya kan dibuang menjadi limbah sampah atau dijadikan bahan bakar di tungku dapur tradisional pedesaan.

Namun tongkol jagung yang tadinya hanya sebatas limbah ini, ditangan kelumpok Mahasiswa Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY) disulap menjadi hiasan dinding yang ramah lingkungan dan multi fungsi. Mereka adalah Ade Kurniawan, Audy Rizky Utami. Finandy Arkan Ramadhan, Putri Tria Permata dan Fadlilatul Nur Aini Wardayani.

Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Ditjen Diktiristek Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang PKMK tahun 2023.

Ade Kurniawan selaku Ketua Kelompok mengemukakan, bahwa membuat karya tersebut berdasar keprihatinan akan limbah tongkol jagung yang belum banyak dimanfaatkan. “Oleh karena itu CIP Janggel direalisasikan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah tongkol jagung supaya lebih optimal dengan penerapan teknologi,” kata Ade, di Kampus UNY, Selasa (15/8/2023).

Dikatakan, produk kerajinan yang dihasilkan dari limbah tongkol jagung ini dinamai Smart Eco Wall Décor. Produk kerajinan hiasan dinding ini memanfaatkan adanya penggunaan teknologi berupa inovasi lampu dengan berbagai pilihan warna dan intensitas cahaya yang dapat diatur menggunakan remote control.

“Produk kerajinan hiasan dinding ini juga memanfaatkan penggunaan aroma terapi yang memiliki fungsi relaksasi,” ungkap Ade Kurniawan.

Audy Rizky Utami menambahkan, bahwa Smart Eco Wall Décor ini menampung limbah tongkol jagung yang jarang dimanfaatkan dan lebih banyak dibakar sehingga menimbulkan polusi. “Padahal tongkol jagung dapat memberikan keuntungan jika diolah dengan bijak, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi,” terang dia.

Sementara itu, Finandy Arkan Ramadhan menjelaskan, alat yang digunakan adalah mesin pengamplas, mesin pemotong, lem tembak, gunting, kompresor, penggaris, kuas, pensil 2B, kompor, baskom, dan plastik. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah limbah tongkol jagung, karung goni, pewarna rotan, isi lem tembak, triplek 5 ml, serta amplas grit ukuran 60, 120 dan 220.

Lanjut Arkan menjelaskan, proses pembuatan Smart Eco Wall Decor ini terdiri dari tiga langkah, yaitu tahap persiapan, pembuatan produk dan penyelesaian. “Tahap persiapan  meliputi penyiapan alat dan bahan terutama tongkol jagung yang diambil dari Kulon Progo, Sleman, dan Gunung Kidul,”bebernya.

Tahap pembuatan produk terdiri dari pengamplasan tongkol jagung dan memotongnya dengan ukuran 1 cm. Kemudian masukkan kedalam baskom bersama warna yang diinginkan dan merebusnya selama 4 jam. Selanjutnya tongkol jagung tersebut dikeringkan dalam solar dryer dome selama satu hari dan didesain pada triplek. Langkah terakhir adalah pemasangan lampu LED dan aromaterapi.

Tahap penyelesaian terdiri dari pengujian produk berupa uji ketahanan baik dari jamur maupun rengat dan terbukti bisa bertahan hingga 5 tahun. Pada tahap ini juga dilakukan uji kelayakan ekspor dengan memasukkan  kerajinan dalam tong besi yang ditutup rapat selama 30 hari ibaratkan pengiriman menggunakan container. “Produk Smart Eco Wall Décor dikemas menggunakan kardus khusus guna menjaga keamanan pengiriman,” pungkas Arkan. (*/ ted)