bernasnews – Singkong atau juga disebut ketela pohon (Manihot esculenta) salah satu bahan makanan yang banyak dikonsumsi setelah beras oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan singkong selain untuk pengolahan tepung (pati kanji), masih banyak manfaat lain berupa gaplek, tepung mocaf, dan olahan singkong menjadi makanan ringan.
Sementara olahan singkong menjadi makanan ringan dalam khazanah dunia kuliner pemanfaat singkong kurang bervariasi sehingga permintaan pasar yang tidak begitu tinggi, membuat banyak petani hanya menanam singkong untuk selingan, bukan sebagai tanaman penghasil utama. Makanan tradisional berbahan singkong selain gethuk, yang keberadaannya hampir di seluruh penjuru daerah Indonesia.
Ada satu makanan tradisional berbahan singkong yang sudah cukup langka ditemui Bernama Sawut. Makanan Sawut sendiri merupakan olahan singkong yang diparut menggunakan parutan khusus, kemudian dikukus bersama gula, disajikan dengan taburan parutan kelapa yang telah diberi garam.
Lantaran langka dan jarang ditemui, Sawut bagi generasi kekinian tentu dipandang sebagai makanan yang sudah ketinggalan zaman dan kurang berkelas. Hal inilah yang menjadi perhatian seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Ima Salisa Rodiyah. Mahasiswa program Studi D4 Tata Boga Fakultas Vokasi UNY tersebut menyulap Sawut menjadi makanan kekinian berupa Schotel.
“Inovasi ini sekaligus pengembangan fusion food dengan salah satu makanan western yaitu macaroni schotel, menggabungkan dua unsur makanan menjadi satu hidangan baru yang digemari masyarakat,” terang Ima, saat ditemui di Kampus UNY.
Menurut dia, hasil inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi masyarakat dalam pemanfaat singkong menjadi produk-produk baru yang lebih digemari karena singkong mengandung sumber mineral yang cukup banyak seperti kalsium, fosfor, mangan, zat besi, dan kalium.
Mineral ini diperlukan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan menjalankan fungsi jaringan tubuh. Kalsium diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. “Zat besi membantu dalam pembentukan protein (hemoglobin dan myoglobin) yang membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan kalium diperlukan untuk sintesis protein dan membantu dalam pemecahan karbohidrat,” papar Irma.
Berikut cara mengubah Sawut menjadi Schotel, bahan yang dibutuhkan adalah 1 kilogram singkong, kornet 200 gram, telur 6 butir, susu 400 mililiter, lada, garam, sosis/smoked beef dan keju. Cara membuatnya, kupas dan cuci bersih singkong, lalu rendam selama kurang lebih satu jam. Parut menggunakan parutan sawut/serut dan tambahkan sedikit garam.
Kemudian Kukus selama kurang lebih 10 menit. Untuk adonan filling, campurkan telur dengan kornet, susu dan sosis/smoked beef, tambahkan lada garam, aduk hingga tercampur rata. Apabila sudah matang, angkat singkong yang sudah dikukus, lalu masukkan dalam pinggan tahan panas atau alumunium cup. Tuang filling hingga singkong terendam, taburi dengan keju parut dan oregano sebagai bahan opsional kemudian panggang hingga kecoklatan.
“Dengan olahan schotel sawut ini kalangan muda diharapkan lebih mengenal makanan-makanan tradisional yang menggunakan singkong sebagai bahan dasar pembuatannya. Selain itu, tentu akan membantu meningkatkan hasil panen bagi petani sehingga singkong dapat menjadi tanaman utama hasil panen,” ujar Irma. (*/ ted)