News  

Terapkan One Gate System, Begini Harapan Lalu Lintas Kota Yogyakarta ke Depan

BERNASNEWS.COM — Kota Yogyakarta saat ini telah menerapkan one gate system dimana angkutan pariwisata yang akan masuk kota diwajibkan masuk Terminal Giwangan. Dalam skema, nantinya bus yang datang dilakukan pemeriksaan di terminal tersebut sebelum melanjutkan tujuan ke tempat khusus parkir, objek wisata, maupun hotel.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, bahwa sejauh ini yang diterapkan terbilang efektif. Dimana hal ini juga berdampak pada penguraian penumpukan wisatawan dan juga pemeriksaan yang lebih ketat mengingat Kota Yogyakarta sendiri sekarang berada di PPKM Level 2.

“Efektif, menurut saya message yang perlu kita kirimkan adalah kalau mau wisata ke Jogja harus menyiapakan perangkat kesehatan yakni vaksin maupun antigen. Sekarang orang mau nggak mau harus patuh,” kata Heroe saat menerima audiensi Pemimpin Redaksi Bernasnews.com dan Media Komunitas Nagari, Senin (1/11/2021).

Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi. (Foto: Brigitta Feva)

Ia mengatakan dari sekitar 200an kendaraan bus yang datang di hari Sabtu dan Minggu akhir pekan kemarin, ada sebanyak 6 kendaraan yang ditolak untuk masuk. Pasalnya, hampir separuh dari penumpang bus tersebut belum divaksinasi. Berangkat dari kekhawatiran itu, maka salah satu alasan one gate system itu diterapkan.

Dalam hal ini selain membawa dampak pada pengawasan wisatawan selama pandemi, Heroe Poerwadi juga menyebut bahwa penerapan ini juga akan mempermudah bagi para wisatawan yang datang dan juga mengurai kemacetan lalu lintas dalam kota.

“Orang atau bus atau kendaraan besar yang masuk ke kota akan lebih aman ke Giwangan dulu karena pasti dapat tempat parkir. Kalau sebelum ini, bus masuk ke parkiran Abu Bakar Ali nggak dapat parkir terus muter ke Serangan, di situ nggak dapat larinya ke BI. Itu yang membuat macet karena mereka mubeng-mubeng,” katanya.

Meski saat ini masih diatur secara manual, namun sejuah ini pihaknya menilai sistem ini bekerja dengan baik. Tentu saja ke depannya, ia mengatakan bahwa perlu ada integrasi secara aplikasi dimana bus-bus yang datang akan tahu di mana saja tempat parkir yang tersedia.

“Sekarang begitu masuk ke Giwangan, kita sudah tentukan kamu parkirnya di sini. Secara aplikasi, besok akan otomatis. Sementara belum ada, kita masih kooordinasi manual. Paling tidak di samping memastikan siap untuk kegiatan, kita juga mengatasi kemacetan lalu lintas,” terang mantan wartawan itu.

Di satu sisi, Heroe Poerwadi menilik pada yang diterapkan di Jakarta saat ini. Dengan penerapan one gate system misalnya, nanti diharapkan adan ada semacam sistem yang saling terintegrasi dimana wisatawan tak lagi bingung saat akan mengakses transportasi. Sekaligus cara ini menjadi salah satu pertimbangan mengurangi kemacetan di Jogja yang padat di tiap akhir pekan dan liburan.

Pemimpin Redaksi Bernasnews.com dan Media Komunitas Nagari Philipus Jehamun (Kiri) saat memaparkan perkembangan media yang diasuhnya. (Foto: Brigitta Feva)

“Kayak Jakarta, normative semua sudah terhubung. Kalau mau menggunakan kereta sudah ada, nanti ada bus yang mengantar. Itu lebih rapi. Kita nanti juga akan seperti itu juga. Bus semua masuk ke Terminal Giwangan, masuk kota tidak lagi pakai bus. Saya menyebutnya transwisata. Jalurnya hanya jalur wisata dan muter terus. Bahkan sekali tiket itu sehari ra mbayar asal naik. Jadi efisen,” katanya.

Sementara itu, dalam kesempatan audiensi tersebut Pemimpin Redaksi Bernasnews.com Philipus Jehamun menyampaikan perkembangan media yang dikelolanya, termasuk koran Media Komunitas Nagari metamorfosa dari rubrik Komunitas Jogja, yang pernah ada di Harian Bernas yang berhenti terbit, pada tanggal 1 Maret 2018.

“Segmen pembaca Nagari adalah komunitas, terbit bulanan dan telah memasuki usianya yang ke 4 tahun. Konten atau rubrikasinya bersifat timeless, seperti pariwisata, seni dan budaya, kuliner. Juga kegiatan-kegiatan dari komunitas apapun, termasuk komunitas hobi,” ujar Philipus setengah berpromosi. (Feva)