BERNASNEWS.COM — Memang benar pesan bijak yang mengatakan, bahwa hidup itu pilihan termasuk memilih dari sesuatu yang nyaman dan mapan lantas berpikir out the box untuk pilih pindah ke zona yang tidak nyaman demi aktualisasi diri. Seperti yang dilakukan oleh Ir. Nizarudin MS, Sarjana Pertanian lulusan Universitas Wangsa Manggala (Universitas Mercu Buana) Yogyakarta.
Ayah berputra tiga ini setelah puluhan tahun melalang daerah berkecimpung menjadi karyawan di perusahaan swasta agro bisnis yang menangani terkait produk-produk pertanian itu, delapan tahun lalu Nizar pilih resign keluar dan memantapkan diri menjadi petani Jambu Kristal (Psidium Guava sp).

Di rumahnya Bernasnews.com berkesempatan ngobrol soal Jambu Kristal yang kini menjadi peluang bisnis yang lagi viral, Nizar didampingi Santi sang istri menjelaskan, bahwa bertani Jambu Kristal prospeknya bagus nilai ekonominya tinggi harganya lebih stabil dibanding buah jenis jambu lainnya, jambu merah misalnya.
“Selain itu, pohonnya untuk berbuah umurnya cukup pendek, usia produktifnya untuk pengembangan dari hasil cangkokan bisa 5-6 tahun sedangkan hasil okulasi usia produktif bisa 8 tahun. Akan jauh lebih mahal apabila Jambu Krital telah menjadi olahan seperti rujak, salad, asinan dan kripik,” ungkap Nizar, di kediamannya, Minggu (29/8/2021).
Petani pemilik ratusan pohon Jambu Kristal ini menjelaskan,
bahwa sebelum pandemi setiap minggunya bisa memanen antara 4-5 kwintal atau
sebulannya bisa hampir 2 ton. “Menurun produksinya bukan karena kesulitan
pemasaran, namun awal-awal terjadi pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada buah,
buah di pohon meski telah dibungkus menjadi mudah busuk. Sungguh di luar nalar,”
ujarnya.
Jambu Kristal (Psidium Guava sp) merupakan buah lokal hasil silangan Jambu Bangkok dan Jambu Sukun, istimewanya rasanya lebih ‘krispi’ atau renyah, serta nilai gizi lebih tinggi. Jenis tanah untuk menanam dari tanah dataran rendah hingga dataran tinggi bisa hidup, bedanya untuk dataran rendah buah jambu yang dihasilkan rasanya lebih manis, sedangkan di dataran tinggi buah bisa lebih besar.
“Indonesia itu kaya akan produk buah-buahan, banyak sekali buah ‘eksotik’ dibanding buah impor. Supaya bisa bersaing produk pertanian kita apa saja tidak hanya buah harus perhatikan kualitas, kuntinyuitas ini yang kurang, baru kuantitas. Tentunya juga dukungan regulasi dari pemerintah,” terang Nizar.
Suami istri sarjana pertanian dari perguruan tinggi yang juga sama ini, di rumahnya bilangan Perum Griya Kencana Permai, Argorejo, Sedayu, Bantul selain menjual langsung buah Jambu Kristal dari kebun juga menjual bibit Jambu Kristal, bibit tanaman buah-buahan, pupuk cair organik, serta menjadi konsultan dalam bidang pertanian. (ted)