BERNASNEWS.COM — Himpunan mahasiswa penerima Beasiswa Sarjana Muamalat Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar webinar BMM Talk UGM, dengan tema “Membangun Indonesia Dari Desa: Implementasi Metode G2R Tetrapreneur”, Minggu (23/8/2020).
Diskusi keilmuan ini mendapat respon yang sangat besar mengingat peserta yang mendaftar mencapai ±2.000 peserta dari seluruh wilayah di Indonesia, meliputi mahasiswa dan akademisi dari berbagai universitas hingga masyarakat umum dan organisasi seperti LPP PB NU di Kalimantan Barat.
“Terbatasnya peserta yang dapat difasilitasi dengan aplikasi diskusi daring, maka diskusi ini juga ditayangkan secara langsung (live) pada kanal berbagi Youtube ‘Baitulmaal Muamalat’,” jelas Rika Fatimah PL, ST, MSc, PhD, selaku nara sumber webinar melalui rilis yang dikirim, Selasa (25/8/2020).
Diskusi keilmuan ini terselenggara karena keprihatinan mahasiswa sebagai kaum muda melihat penurunan kesejahteraan masyarakat disekitar mereka akibat pandemi Covid-19. Lanjut Rika Fatimah, selama masa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai diterapkan oleh pemerintah daerah, di beberapa wilayah sejak Februari 2020 lalu terutama di kota pusat pendidikan dan merubah sistem pendidikan dari offline ke online.
Hal tersebut menyebabkan banyak mahasiswa yang kembali ke wilayah asal masing-masing, dengan kata lain, banyak mahasiswa yang mulai berkegiatan di wilayah tempat tinggalnya. “Para generasi kaum muda (termasuk milenial) yang kembali ke wilayahnya masing-masing ini ternyata pada umumnya menyoroti hal yang sama, yaitu kesejahteraan masyarakat desa yang menurun setelah diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru (AKB),” ungkap Rika.
Menurut Rika, hal ini dikarenakan AKB menggeser kebiasaan masyarakat terutama dalam kegiatan ekonomi konvensional yang selama ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan.
Melalui diskusi ini, diharapkan masyarakat, khususnya kaum muda sebagai penggerak dan penerus bangsa diharapkan dapat menciptakan dan/atau mendorong ekosistem produktif di wilayahnya masing-masing melalui potensi yang terdapat di wilayahnya untuk selanjutnya dikembangkan menjadi penggerak ekonomi desa. Salah satu kunci dari pembangunan nasional berawal dari akar rumput (grass root). Salah satu konsep yang diperkenalkan kepada para generasi muda ini adalah model pemberdayaan ekonomi masyarakat Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur yang dikembangkan oleh Rika Fatimah PL, ST, MSc, PhD, tenaga ahli dan konseptor G2R Tetrapreneur.
Dalam kesempatan tersebut, Rika Fatimah menyampaikan, bahwa terdapat tiga (3) hikmah dari pandemi Covid-19 ini. Hikmah pertama yaitu kembalinya fitrah bisnis yang memanusiakan manusia, karena sebelum adanya PSBB, masyarakat cenderung mengabaikan usaha kecil disekitar mereka.
Adanya PSBB, masyarakat mulai “sadar” akan usaha-usaha kecil disekitar mereka dan berpindah dari toko retail atau toko besar ke para pengusaha kecil disekitar mereka. Hikmah kedua, adalah kesadaran potensi hakikinya sebuah bangsa. Kesadaran potensi ini muncul karena mulai dibatasinya ruang gerak masyarakat. Potensi wilayah atau potensi desa yang awalnya tidak ‘terlihat’, mulai ‘ditemukan’ oleh masyarakat yang kembali ke wilayah asalnya setelah diberlakukannya PSBB di beberapa wilayah.
Hikmah
ketiga adalah pergerakan kearifan bangsa. “Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya gerakan-gerakkan peduli baik untuk para tenaga medis maupun
masyarakat yang terdampak langsung terutama disektor ekonomi,” ujarnya.
Lanjut Rika, hikmah tersebut telah terbaca sebelum adanya pandemic dalam pergerakan G2R Tetrapreneur, dua diantaranya yaitu, (1) bersatu bergerak besar, mempersatukan masyarakat akar rumput untuk bergerak bersama untuk mengusung produk-produk nasional ke tingkat global, (2) penciptaan ikonik bangsa, menjadikan produk-poduk nasional berkearifan lokal untuk menjadi ikon nasional dan diterima oleh pasar internasional (global).
Sementara terdapat 3 filosofi dalam implementasi G2R Tetrapreneur. Filosofi yang pertama adalah ‘berpikir’, dengan berpikir maka akan terdapat berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk dapat memulai melakukan suatu usaha. Filosofi kedua yaitu,‘manusia’. Manusia merupakan sumber daya atau human capital (modal manusia) yang terus berkembang. “Filosofi yang ketiga adalah ‘sistem’, dimana produk yang dihasilkan oleh Unit G2R Tetrapreneur telah didampingi oleh mitra siap untuk berkompetisi dengan produk komersil lainnya (competition market based),” tegas Rika. (ted)