News  

Penjual Gudeg Legendaris Mbok Lindu Meninggal, Inilah Kesaksian dari Pelanggannya

BERNASNEWS.COM — Biyem Setyo Utama atau terkenal dengan nama Mbok Lindu, penjual gudeg Jogja yang legendaris, telah dipanggil pulang keharibaanNya, Minggu (12/7/2020) pukul 17:52 WIB dalam usia 100 tahun, di rumah duka, Klebengan, Depok, Sleman. Jenasah almarhumah dimakamkan Senin (13/7/2020) pukul 11:00 WIB di pemakaman keluarga Makam Klebengan, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY.

Mbok Lindu penjual Gudeg Jogja. (Foto: Repro Int)

“Berita meninggalnya Mbok Lindu itu betul Om, kebetulan rumah saya yang di Jakal (Jalan Kaliurang) bertetanggaan dengan rumah almarhumah. Berita duka itu saya dapatkan dari lingkungan di sana dan telah saya konfirmasi tapi penulisan hari meninggal salah,” ungkap Didik yang disampaikan melalui whats app (WA), Minggu (12/7/2020) sore.

Didik yang berprofesi sebagai ojol dan istrinya juga penjual gudeg setiap pagi di perempatan Gerjen, Jalan Ngasem Yogyakarta ini menambahkan, bahwa Mbok Lindu selain sudah sepuh (tua) juga pernah dirawat di rumah sakit karena faktor usia. “Terakhir ini yang jualan gudeg digantikan oleh salah satu putrinya,” ujar Didik.

Sebagaimana diketahui, Mbok Lindu yang berjualan gudeg di Jalan Sosrowijayan, Yogyakarta ini sempat menjadi viral di media sosial (medsos) maupun berkali-kali sosoknya menjadi berita yang menghiasi media massa baik cetak maupun elektronik, media lokal dan nasional. Khususnya media sosial, ada saja dari para pelanggannya yang mengunggah foto-foto kala mengudap di lapak gudeg Mbok Lindu.

Berita Lelayu/ Berita Duka meninggalnya Mbok Lindu yang juga viral di medsos. (Foto: Repro Int)

Salah satu pelanggan Mbok Lindu yang mempunyai kenangan itu adalah, Drs. Z. Bambang Darmadi, dosen ASMI Santa Maria, Yogyakarta. Dosen humble yang juga seorang penulis buku tentang Bisnis dan Marketing ini menuliskan kisah kenangan sang penjual gudeg lejen Mbok Lindu untuk Bernasnews.com di bawah ini.

Mendengar kata Gudeg tidak bisa disangkal bahwa  makanan tersebut merupakan khas Yogyakarta. Penjual gudeg di Jogja memang banyak, ada gudeg Juminten, gudeg Bu Amad dan nasih banyak penjual gudeg lainnya termasuk yang ada di deretan Plengkung Wijilan, Kraton Yogyakarta dan di daerah Barek, utara Kampus UGM, Yogyakarta. Namun Gudeg Bu Lindu termasuk yang legendaris, karena dengan usia yang mencapai 100 tahun Bu Lindu masih berjualan.

Saya mengenal Gudeg Bu Lindu sejak tahun 1977/1978 saat saya studi di Jogja dan kost di Jalan Sosrowijayan No.17, Yogyakarta, tempat Ibu Mairin tepat di depan tempat Mbok Lindu jualan gudeg. Jadi kalau beli walau hanya nasi gudeg suwir (daging ayamnya disuwir- suwir tipis-tipis), maklum anak kost  yang harus bisa hidup sesuai kantongnya.

Dalam keseharian saya sering melihat langsung begitu ramainya para pembeli, bahkan tidak sedikit pembeli yang datang dari daerah lain. Termasuk kakak- kakak ipar saya yang sudah bermukim di Jakarta, kalau pulang ke Jogja tentu mampir sarapan gudeg tempat mbok Lindu. Saat itu sering makannya memakai alas daun pisang (Jawa: pincuk), katanya lebih enak. Setiap hari jualannya habis laris manis.

Pernah saya berkesempatan untuk bicara dengan Mbok Lindu, begini Mbok Lindu jualannya mbok ditambah lagi wong sering habis lebih awal. Mbok Lindu menjawab, rejeki  menika ingkang ngatur Gusti, sekedhik mboten menapa,  ingkang bakoh telas anggenipun mande lan dipun syukuri supados awet saget langgeng. Begitu ungkap Mbok Lindu dengan bahasa Jawa halus yang berarti, rejeki itu yang ngatur Tuhan, sedikit tidak mengapa yang penting habis jualannya dan disyukuri supaya awet bisa lestari.

Dan ternyata ungkapan yang demikian itu ada benarnya sebab hampir jarang usianya yang menginjak 100 tahun masih mampu berjualan seperti Mbok Lindu. Banyak penjual gudeg di Jogja, namun mungkin saja gudeg Mbok Lindu memang beda rasanya dari gudeg yang lain, menjadi sosok lejen bagi para pelanggannya. Selamat jalan Mbok Lindu, sosok penjual Gudeg Jogja legendaris. Semoga Tuhan memberi tempat hidup bahagia di Surga. Amin. (zbd/ ted)