BERNASNEWS.COM – Berangkat dari keprihatinan melihat lahan subur di tengah hutan yang berubah menjadi lubang raksasa yang menganga di sana-sini akibat galian pasir, warga Dusun Bulaksalak, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan di bawah koordinasi Ekowiyarta mencoba mengubah kondisi tersebut menjadi lahan produktif bernilai ekonomi tinggi tanpa harus merusak alam dan lingkungan yang ada.
Dengan dukungan Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai (BPDAS), warga beramai-ramai menanam bambu untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai hutan bambu. Dan kini, Bulaksalak bukan lagi tempat galian tambang golongan C yang merusak alam dan lingkungan, tapi sudah menjadi hutan bambu yang rindang, bersih, indah dan nyaman.

“Dusun Bulaksalak kini dikenal sebagai obyek wisata berbasis bambu. Karena di sini menjadi hutan bambu, bahkan ada pasar bambu di mana setiap Minggu Pahing diadakan pasar yang menjajakan aneka hasil pertanian warga, kuliner khas ndeso dan sebagainya. Dan setiap pasaran selalu ramai karena para penjual dan pembeli bertemu di tengah hutan bambu yang bersih dan sejuk,” kata Ekowiyarta, Ketua Kelompok Tani Bambu Lestari yang juga Ketua Desa Wisata Bambu Lestari Bulaksalak dan Ketua Asosiasi Bambu Sleman pada acara peringatan Hari Tanah se-Dunia di lokasi Pasar Bambu Bulaksalak, Kamis (5/12/2019).
Menurut Ekowiyarta, hutan wisata bambu Bulaksalak dirintis sejak tahun 2016. Hal ini diinisiasi karena berangkat dari keprihatinan adanya bekas tambang pasir yang terbengkelai begitu aja. Warga pun berusaha mengonservasi tanah dengan menanam bambu dan menata lahan, seperti dilakukan pada peringatan Hari Tanah se-Dunia, yang diinisiasi Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (Ipkindo) DIY, Kamis (5/12/2019).
Dan seiring dengan perjalanan waktu, warga menemukan inovasi baru yaitu membuat arboretum bambu sebagai wahana untuk belajar mengenai bambu. Dan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat setempat, Kelompok Tani Bambu Lestari menghadirkan Pasar Bambu Bulaksalak yang menyajikan jajanan kuliner ndeso dan aneka hasil pertanian warga setempat.
“Ke depan kami juga akan menhadirkan produk- produk bambu sederhana. Dan Bulaksalak kami jadikan sebagai pusat belajar mengenai hal ikwal bambu, mulai dari menanam hingga memasarkan produk-produk dari bambu,” kata Ekowiyarta yang mengaku sempat belajar dan melakukan studi banding hingga ke Bandung.
Dari pengamatan Bernasnews.com, Kamis (5/12/2019), obyek wisata hutan bambu Bulaksalak cukup nyaman, indah dan sejuk. Jalan menuju Pasar Bambu sudah dibangun dengan konstruksi corbeton sehingga kendaran roda dua maupun empat bisa lewat dengan nyaman tanpa harus takut jalan rusak atau longsor. Selain itu, tersedia fasilitas umum seperti belasan kamar mandi dengan air yang mengalir lancar dan bersih. Pasar Bambu Bulaksalak terletak persis di tepi Kali Opak yang kini kering tanpa sedikit pun air mengalir akibat kemarau panjang. (lip)