Pameran Upakarya Semarang #2, Bentuk Kerja sama Kebudayaan Kota Semarang dan Kota Yogyakarta

Seremonial pembukaan Pameran ke-2 Upakarya Semarang dengan pemukulan kenthongan. (Nuning Harginingsih/ bernasnews)

bernasnews — Industri gula di Jogja memiliki peranan yang penting untuk kebutuhan ekspor antara tahun 1870 sampai 1930, yang setidaknya terdapat 19 pabrik gula yang tersebar di Jogja. Adapun gula diperdagangkan di pasar global melalui perusahaan ekspor impor yang berkantor di Oudesstad atau kawasa Kota Lama Semarang.

Termasuk salah satunya Oei Tiong Ham Concern (OTHC), perusahaan milik Raja Gula di Semarang. Dengan moda transportasi Kereta Api, gula diangkut menuju pelabuhan Semarang untuk selanjutnya  dimuat dalam kapal guna dibawa ke benua Eropa.

Jalur gula antara Semarang dan Yogyakarta jadi kisah pembuka dalam Pameran ke-2 Upakarya Semarang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, berlangsung di Teman Lama, Kota Baru Yogyakarta, pada tanggal  5 – 9 Agustus 2025.

Pameran ini bertujuan untuk melihat kembali memori tentang Semarang tempo dulu dari kartu pos, arsip dan suratnya, serta mempromosikan budaya dan pariwisata. Juga memperkenalkan produk  industri budaya Kota Semarang, terutama bagi generasi mudanya.

Acara pembukaan Pameran Upakarya Semarang dilakukan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang R. Wing Wiyarso Poespojoedho, S. Sos.,M.S dan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti  Martanti,S.Sos.,MM, dengan pemukulan kenthongan sebagai simbol untuk memanggil masyarakat  berbondong-bondong melihat pameran ini.

Juga tampak hadir dari perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang, serta beberapa komunitas kebudayaan dari Semarang maupun Kota Yogyakarta.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti dalam sambutannya mengemukakan, bahwa pameran ini merupakan hal yang luar biasa karena persahabatan antara dua kota yaitu Yogyakarta dan Semarang, yang mempunyai latar belakang  sejarah budaya yang sama.

Menurut Yetti, pameran ini sebagai pengingat dan penanda keduanya bertemu dan berkolaborasi dalam kerja – kerja yang akan membawa ke perkembangan dan perubahan yang lebih baik lagi.

“Pameran ini merupakan salah satu media dan bentuk promosi yang dilakukan oleh Semarang dalam rangka menghidupkan kembali story telling, yang berkaitan dengan budaya Semarang yang dulunya punya keterkaitan dengan Kota Yogyakarta,” jelasnya.

Yetti menyambut baik pameran ini karena mempunyai sejarah yang sama di kawasan cagar budaya yaitu Kota Baru, yang dulu menjadi tempat tinggal para pejabat pabrik gula pada zamannya. Pameran ini juga dalam rangka pelestarian budaya Yogyakarta dan Semarang, yang bisa untuk menghidupi  dan menghidupkan.

“Tidak hanya dalam hal pelestarian tapi bisa kita kembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat,” harap Yetti.

Suasana Pameran ke-2 Upakarya Semarang, bertempat di Teman Lama, Kota Baru Yogyakarta. (Nuning Harginingsih/ bernasnews)

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Semarang R. Wing Poespojoedho mengucapkan banyak terimakasih bahwa kegiatannya sudah diterima di Yogyakarta. Hal ini merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap sejarah kebudayaan antara Kota Yogyakarta dan Semarang.

“Dari zaman dulu kala dan berawal  pada Abad 18 merupakan masa jaya – kayanya pabrik gula yang ada di pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah yang di kelola oleh Kraton Yogyakarta dan KratonSolo,” ungkap Wing.

Terbatasnya tranportasi dan teknologi pada zaman itu, gula yang dibawa dari Yogyakarta ke Semarang hanya menggunakan gerobak sapi yang dalam perjalananannya terlalu banyak resiko sehingga pemerintahan Hindia Belanda akhirnya membuat rel Kereta Api.

“Dari Yogyakarta ke Magelang dan Ambarawa serta melalui Solo untuk mengangkut gula dan hal tersebut menjadi salah satu kekuatan sejarah antara Yogyakarta dan Semarang,” beber Wing.

Kini pihaknya hadir kembali di Kota Yogyakarta, dengan membawa karya Semarang sekaligus untuk ramaikan pameran ini. Kita akan angkat sejarah Kota Semarang dan Kota Yogyakarta pada masa lalu yang membuat kedekatan kedua kota ini  sampai sekarang masih berlanjut.

“Semarang ada kota lama dan Yogyakarta ada kota baru. Kami juga berterimakasih kepada  masyarakat Jogja lantaran kehadiran dalam pameran ini merupakan salah satu  barometer untuk meningkatkan dan memperkenalkan Kebudayaan Kota Semarang,” pungkas Wing. (nun)