News  

Kunjungan Polda DIY di Panti Lansia: Polisi Tak Hanya Menjaga, tapi Juga Menyayangi

Kunjungan Polda DIY di Panti Lansia
Kunjungan Polda DIY di Panti Lansia

bernasnews – Suara tawa pecah di sudut-sudut Panti Wreda HANNA, Mergangsan, Yogyakarta, Kamis (19/6/2025) pagi. Bukan karena pertunjukan hiburan, bukan pula karena kedatangan selebritas.

Para lansia tertawa lepas saat puluhan anggota Direktorat Lalu Lintas Polda DIY memasuki halaman panti dengan senyum lebar dan tangan penuh oleh-oleh kemanusiaan. Kehadiran mereka bukan formalitas biasa. Para polisi itu datang membawa lebih dari sekadar sembako.

Kunjungan Polda DIY di Panti Lansia

Mereka membawa perhatian, ketulusan, dan rasa hormat yang begitu nyata terhadap para orang tua yang sering kali terlupakan dalam gemuruh kehidupan kota. Dirlantas Polda DIY, Kombes Pol Yuswanto Ardi, S.H., S.I.K., M.Si., memimpin langsung rombongan tersebut.

Ia menyalami satu per satu penghuni panti, berbincang, dan sesekali menepuk pundak dengan lembut, seolah berkata, “Kami tak melupakan kalian.”

Polda DIY menggelar kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Bhayangkara ke-79. Namun, atmosfer yang tercipta jauh dari kesan seremonial.

Para lansia menyambut polisi bukan dengan kaku, tapi dengan pelukan, candaan, dan air mata haru. Polda DIY menyerahkan bantuan secara langsung. Para petugas membawa beras, minyak goreng, gula, susu, telur, biskuit, dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.

Barang-barang itu bukan sekadar logistik, tapi wujud nyata dari rasa peduli dan kehadiran negara melalui institusi kepolisian.

Seorang lansia bernama Ibu Sarmi (78) mencium tangan salah satu polisi dan berkata lirih,

“Jarang ada yang ingat kami. Tapi hari ini, hati saya hangat.” Kalimat sederhana itu menggema lebih kuat daripada pidato panjang.

Momen Kebersamaan

Kabidhumas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan, S.I.K., menguatkan pesan moral dari kegiatan tersebut. Ia menegaskan bahwa kehadiran Polri harus menyentuh sisi kemanusiaan.

“Kami tak ingin masyarakat melihat polisi hanya sebagai penegak hukum. Kami adalah bagian dari masyarakat, dari kehidupan yang utuh. Ketika kami datang ke panti lansia ini, kami ingin membuktikan bahwa polisi bisa menyapa, mendengar, dan hadir dengan kasih,” tegasnya.

Kegiatan berlangsung hangat. Para polisi duduk berdampingan dengan para lansia, membantu mereka makan siang, bahkan menghibur dengan lagu-lagu nostalgia.

Dalam momen itu, tak ada sekat pangkat, tak ada batas usia—yang tersisa hanya kemanusiaan yang menyatu dalam senyapnya doa dan senyum penuh syukur.

Polda DIY secara konsisten membangun citra baru Polri yang humanis. Dalam momen menjelang Hari Bhayangkara ke-79, mereka memilih untuk tidak berpesta di gedung mewah. Mereka memilih hadir di tengah rapuh, menyentuh sunyi, dan menguatkan yang hampir terlupakan.

Hari itu, bukan polisi paling bersinar. Namun, para lansia kembali merasa berarti, kembali merasa dihargai, dan kembali merasa tidak sendirian di dunia yang terus berubah.

Melalui misi kecil ini, Polda DIY memperlihatkan bahwa kekuatan Polri tak selalu terletak pada kendaraan taktis atau garis polisi.

Kadang, kekuatan itu justru muncul saat mereka duduk di samping seorang nenek, memegang tangannya, dan berkata, “Kami datang bukan hanya untuk menjaga, tapi untuk menyayangi.”

Hari Bhayangkara tahun ini bukan hanya peringatan—tapi pengingat. Kepedulian tak bisa ditunda, dan kehadiran tak bisa digantikan. Karena bagi mereka yang tua dan menanti, satu kunjungan penuh empati bisa menjadi cahaya di penghujung usia. (ef linangkung)