bernasnews — Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memastikan bahwa situasi COVID-19 di wilayahnya berada dalam kondisi aman dan terkendali. Meskipun ditemukan satu kasus positif pada akhir Mei 2025, seluruh sistem pengawasan dan respons cepat yang telah dibangun menunjukkan hasil positif dalam mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg. Emma Rahmi Aryani, menyampaikan bahwa hingga Minggu ke-24 tahun 2025, tidak ditemukan kasus baru COVID-19 di Kota Yogyakarta. Berkat koordinasi yang baik, pihaknya bisa segera menindaklanjuti temuan dengan cepat.
“Kami bersyukur karena sistem kewaspadaan dini dan respons yang diterapkan berhasil mendeteksi dan menindaklanjuti kasus dengan cepat dan tepat,” ujarnya.
Temuan Kasus dan Tindak Lanjut Tracing
Hingga minggu ke-21 (18–24 Mei), tidak ditemukan kasus COVID-19 di Kota Yogyakarta melalui sistem Surveilans Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) di Puskesmas dan rumah sakit.
Namun, pada 26 Mei 2025, Puskesmas Danurejan I, sebagai bagian dari Surveilans Sentinel untuk Influenza Like Illness (ILI), mendeteksi satu pasien suspek yang kemudian dikonfirmasi positif melalui RT-PCR.
Dinas Kesehatan segera melakukan tracing dan identifikasi kontak erat. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa pasien, anak berusia 5 tahun bernama OSA, berdomisili di Kabupaten Sleman namun terdaftar dalam Kartu Keluarga kakek-neneknya di Kota Yogyakarta.
Seluruh anggota keluarga yang berada di Yogyakarta dipastikan tidak mengalami gejala klinis COVID-19.
Puskesmas melakukan pemantauan ketat terhadap kontak erat selama dua kali masa inkubasi (14 hari). Hingga 2 Juni 2025, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi lanjutan.
Selain itu, keluarga pasien menerima edukasi langsung mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), pembatasan interaksi, serta cuci tangan rutin.
Imunitas Tinggi dan Koordinasi Lintas Sektor
Keberhasilan pengendalian COVID-19 di Kota Yogyakarta tidak lepas dari upaya vaksinasi dan imunitas kolektif. Vaksinasi di kota ini telah dilakukan secara menyeluruh, dengan capaian dua dosis mencapai lebih dari 100%.
Selain itu, berdasarkan Serosurvey Nasional ke-4 tahun 2023, sebanyak 99,06% penduduk Kota Yogyakarta memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Survei ini dilakukan dengan metode stratified multi-stage sampling terhadap 171 warga dari 11 kelurahan dan hasilnya mewakili seluruh populasi kota.
drg. Emma menambahkan bahwa varian MB.1.1 yang ditemukan saat ini tidak tergolong Variant of Interest (VOI) maupun Variant Under Monitoring (VUM) menurut WHO. Gejalanya pun tergolong ringan dan serupa dengan varian sebelumnya seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, pusing, mual, dan nyeri sendi.
Untuk menjaga situasi tetap aman, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengadakan koordinasi kewaspadaan pada 5 Juni 2025 dengan melibatkan lintas sektor, termasuk Puskesmas, rumah sakit, PSC 119, dan instansi terkait lainnya. Langkah-langkah yang telah ditetapkan antara lain:
- Penguatan SKDR di semua fasilitas kesehatan
- Penyelidikan epidemiologi menyeluruh pada setiap kasus konfirmasi
- Promosi kesehatan melalui berbagai media seperti infografis, media sosial (Instagram, TikTok, Facebook), dan edukasi langsung ke masyarakat
- Penanganan darurat dan sistem rujukan melalui PSC 119
- Kesiapan rumah sakit rujukan COVID-19
- Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, termasuk penyediaan APD, reagen, obat-obatan, dan pemeriksaan laboratorium
- Penyusunan alur pelayanan dan kesiapan fasilitas penunjang di Puskesmas
Dengan sistem surveilans yang solid, tingkat imunitas penduduk yang tinggi, serta koordinasi lintas sektor yang aktif, Kota Yogyakarta tetap menjadi salah satu wilayah yang siap dan tangguh dalam menghadapi COVID-19.
Komitmen untuk melindungi warganya terus ditunjukkan oleh Dinas Kesehatan, yang tidak hanya fokus pada penanganan kasus tetapi juga pada pencegahan dan edukasi publik.
“Ke depan, kami tetap mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala. Dengan kolaborasi semua pihak, kita bisa menjaga Yogyakarta tetap sehat dan produktif,” tutup drg. Emma Rahmi Aryani.