News  

Teater Royal House Siap Menggelar “Calonarang” di Bali

Lakon Calonarang saat pentas di TB Jawa Tengah, di Solo beberapa waktu yang lalu. (Foto : Dokumentasi).

bernasnews – Teater Royal House pimpinan MH. Irawan siap menggelar karya pertunjukan di Panggung Seni Ksirarnawa, Taman Werdhy Budaya, Jalan Nusa Indah, No. 1, Denpasar, Bali, Senin (12/5/2025) pukul 19.30 – 21.30 WITA. Pentas yang dibawakan adalah naskah klasik legendaris “Calonarang” dalam konsep teater modern berlatar budaya Jawa. 

“Pertunjukan ini merupakan bagian dari tour Royal House Cultural Activities setelah sukses mementaskan lakon ini di sejumlah kota pada tahun 2024. Antara lain Yogyakarta di Concert Hall TBY dan Omah Pakem, kemudian di kota Inramayu, dan kota Solo,” kata pegiat seni Anastasia Purwoputranto kepada bernasnews, Jumat (9/5). 

Menurut dia, pementasan yang merupakan bentuk kolaborasi lintas budaya teater, tari, tembang, dan musik gamelan ini mengusung format teater modern, namun tetap berakar kuat pada estetika pemanggungan Jawa yang penuh filosofi dan simbolik. 

“|Dengan pendekatan artistik yang berbeda dari pementasan Calonarang yang selama ini lekat dengan ritual formal di Bali, pertunjukan ini menawarkan pengalaman baru yang edukatif, terbuka untuk publik, dan tanpa unsur ritual sakral,” kata dia.

Versi yang ditampilkan teater ini adalah kisah Calonarang yang tidak menyoroti sebagai cerita mistik, tetapi sebagai bentuk refleksi sosial tentang ketidakadilan gender dan kekuasaan patriarki. Tokoh Dyah Nateng Dirah, yang kelak dikenal sebagai Calonarang, ditafsir ulang sebagai figur perempuan yang menjadi korban sistem sosial yang timpang. Transformasi dirinya menjadi “penyihir” bukan semata pilihan pribadi, melainkan akibat dari perlakuan tidak adil yang diterimanya dari masyarakat dan negara.

Konsep ini telah dikonsultasikan dan mendapatkan dukungan dari sejumlah tokoh budaya dan seniman Bali, yang memahami urgensi narasi-narasi baru dalam panggung seni Bali yang semakin terbuka dan dinamis. Dengan pendekatan edukatif, pertunjukan ini juga membawa pesan moral tentang pentingnya kesetaraan gender, penghentian perundungan, dan ajakan untuk tidak menjadikan pihak lain sebagai tumbal dalam mencapai ambisi pribadi maupun kolektif.

Anastasia mengemukakan, pertunjukan ini menampilkan para aktor lansia seperti Mbah Darmo, Oka Swastika Mahendra, Jamil An., Rina Nikandaru dan Amini Munas. Juga menampilkan aktor-aktor muda berbakat seperti Cynthia Dharma, Zora Zuraida, Alis Fadhlika, Amat Kartelo, Alexander Deska, dan Farhan Khumaini.

Sebanyak 51 personil terlibat dalam produksi ini, baik sebagai aktor, penari, pemusik, penyanyi, dan crew yang sebagian besar adalah para generasi Z. Musik gamelan Jawa yang dinamis kreasi dari Cici Baktiyus dan kawan-kawan, serta tarian Jawa arahan dari Latifa yang dibawakan oleh sembilan orang penari. 

Anastasia cantrik angkatan tua dari Teater Alam dipercaya sebagai sutradara dengan didukung Marco Dinarta alumnus Asdrafi sebagai Astrada. Koordinator latihan dan Stage Manager diserahkan kepada Naufal Hakiim dan Ajiz Mustofa anak-anak muda generasi Z yang energik.

Kehadiran Griselda Jenahara Irawan sebagai Ratna Manggali kecil juga akan menambah semarak pertunjukan, menyuguhkan sentuhan kelembutan gerak tari anak yang berpadu dengan elemen klasik.

“Gelar karya dengan pimpinan produksi Drs. Satriya Wibawa M.Un. ini dapat disaksikan secara gratis oleh masyarakat umum dan pencinta seni pertunjukan di Bali, sebagai bagian dari kontribusi Royal House untuk memperkaya khazanah budaya Nusantara,” kata Anastasia. (*/mar)