News  

Dhaup Ageng Pakualaman 2024: GKBRAA Paku Alam Ciptakan 11 Varian Motif Batik ‘Indra Widagda’ Salah Satunya Berlapis Emas

GKBRAA. Paku Alam saat memaparkan 11 varian motif batik 'Indra Widagda' hasil ciptaannya, kepada wartawan, di Ruang Donoworo, Pura Pakualaman, Jumat (5/1/2023). Foto: Tedy Kartyadi/ bernasnews.

bernasnews — Pura Kadipaten Pakualaman Yogyakarta akan menggelar upacara adat Dhaup Ageng, dengan tema ‘Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra, bertempat lingkungan istana setempat, Jalan Sultan Agung, Yogyakarta, tanggal 7 – 11 Januari 2023.

Dhaup Ageng merupakan perhelatan pernikahan BPH. Kusumo Kuntonugroho, S.P., M.Eng (RM. Bhismo Srenggoro Kunto Nugoho), putera ke-2 KGPAA. Paku Alam X dan GKBRAA. Paku Alam dengan dr. Laily Annisa Kusumastuti, puteri dr. Tri Prabowo, M.Kes., Sp. PD, FINASIM dan (Alm) dr. Wijayatun Handrimastuti.

Prosesi dari gelaran ini mengikuti tradisi kerajaan yang tidak dapat disaksikan setiap saat oleh masyarakat, dengan mengikuti tata cara yang berlaku di istana Pakualaman. Acara puncak dari gelaran Dhaup Ageng sendiri akan berlangsung di Kagungan Dalem Bangsal Sewatama.

Sementara tema ‘Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra’ sendiri menggambarkan karakter utama Bathara Indra berupa sifat kecendekiawananya, yaitu gemar belajar dan selalu termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Perwujudan kecerdasan Bathara Indra direpresentasikan dalam sebuah wastra batik dengan motif ‘Indra Widagda’, Indra yang pandai, yang bersumber dari teks Asthabrata dalam naskah kuno Sestradisuhul (1847).

GKBRAA. Paku Alam  mengemukakan, bahwa untuk panghargyan kali ini semua batik yang dikenakan merupakan motif baru, dan semua itu merupakan ciptaanya. Menurutnya, mungkin tidak seluruh motif karena juga mengacu pada batik-batik yang ada di Jogja.

“Terutama adalah pada kampuhnya memiliki motif sendiri adalah dari motif semen kidang, yang dipadukan dengan motif ‘Indra Widagda’,” terang GKBRAA. Paku Alam, saat acara jumpa pers, di Ruang Donoworo, Pura Pakualaman, Jumat (5/1/2023).

“Karena bagaimana pun juga batik-batik yang saya ciptakan merupakan batik klasik Jogja atau ada unsur batik klasik Ngayogya Hadiningrat. Kampuh ini berbeda lantaran prosesi untuk membikin kampuh (batik) ada semacam wilujengan. Sebelumnya kain diletakkan di ndalem ageng selama semalam, setelah wilujengan kemudian yang mengawali membatik adalah saya,” tuturnya.

Suasana jumpa pers paparan motif batik yang dikenakan dalam gelaran Dhaup Ageng Pakualaman 2024. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Lebih lanjut GKBRAA. Paku Alam mengungkapkan, bahwa di Pura Pakualaman ini memiliki Tim Membatik dan Tim Perpustakaan. Tim Membatik terbagi dua, yakni yang nyorek (sketsa) dan tim membatik yang menorehkan canting berisi malam atau lilin pada kain mori.

“Tim Perpustakaan mencari naskah-naskah apa yang bisa diimplementasikan dalam batik, karena tidak semua naskah bisa dibuat batik. Sebelum membatik atau iluminasi naskah untuk dibatik, saya melakukakan prosesi minta izin pada leluhur terlebih dahulu,” beber Gusti Putri.

Selain kampuh atau kain dodot yang merupakan busana utama untuk kedua mempelai saat acara puncak atau pahargyaan. Batik pada kain kampuh ini juga dihiasi dengan prada (lapisan) emas murni, sehingga kesan indah dan mewah akan benar-benar tampak ibarat menjadi raja sehari bagi pemakainya.

Berikut 11 ciptaan atau hasil karya motif batik GKBRAA. Paku Alam, yang dikenakan untuk kemeriahan Gelaran Dhaup Ageng Pakualaman 2024, yaitu Batik Indra Widagda merupakan motif pertama yang dibuat berdasarkan ilumniasi Bathara Indra dalam naskah Sestradisuhul dan Sestra Ageng Adidarma. Kain batik ini dikenakan oleh kedua mempelai saat acara ijab.

Motif Indra Widagda Jatmiko, merupakan varian motif Indra Widagda yang dipadukan dengan motif tradisional ‘nitik’. Batik ini mengandung harapan akan hadirnya ketenangan dan keharmonisan di hati kedua calon pengantin. Dikenakan usai acara siraman.

Motif Widagda Trajutresna merupakan varian motif Indra Widagda yang dipadukan dengan motif tradisional ‘gringsing’, dengan oleh kedua calaon mempelai pada acara ‘Midodareni’, yang mengandung harapan akan anugerah cinta dan kebahagian dari Yang Maha Pengasih.

Sementara, pada acara panghargyan yang pertama, kedua mempelai mengenakan kain kampuh atau dodot bermotif Indra Widagda Wariga Adi, perpaduan dari motif Semen Kidang dan motif Indra Widagda. Kain kampuh merupakan kain yang cukup panjang dan lebar untuk pengantin paes ageng.

Kemudian pada acara pahargyan ke-dua, mempelai mengenakan kain batik bermotif Parang Indra Widagda, yang mengandung harapan agar pasangan pengantin bisa memegang teguh keteladanan Bathara Indra yang memperhatikan pendidikan bagi diri dan orang lain.

Selanjutnya motif batik yang diciptakan oleh GKBRAA. Paku Alam, merupakan motif Parang Indra Palupi merupakan pengembangan motif Indra Widagda dalam bentuk motif parang. Motif ini dikenakan oleh KGPAA. Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam pada acara Ijab Qabul pengantin dan pahargyan pertama.

Motif batik yang diciptakan untuk para saudara dan kerabat Kadipaten Pakualaman adalah motif Indra Widagda Dipta Sentana. Yang mengandung harapan agar para saudara dan kerabat menjadi cahaya pelita Kadipaten Pakualaman. Batik motif ini dikenakan pada acara pahargyan dan acara adat di Kadpaten Pakualaman.

Pemaparan varian motif batik Indra Widagda, ciptaan/ karya dari GKBRAA. Paku Alam. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Sementara, bagi para pantia yang bertugas pada prosesi Dhaup Ageng pun mengenakan batik bermotif Indra Widagda Mitra Rumpaka, bermakna agar mitra kerja dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam menjalankan tugas.

Untuk sentana atau saudara dekat, diciptakan batik dengan motif Indra Widagda Sentana Puraksa, yang mengandung makna harapan agar para sentana/ kerabat ikut menjaga kelestarian budaya di Kadipaten Pakualaman.

Tidak hanya itu, keluarga dari mempelai wanita pun diciptakan motif batik tersendiri yakni motif Indra Widagda Kusumastuti. Merupakan varian motif Indra Widagda yang diciptakan untuk keluarga pengantin puteri dr. Lailu Anissa Kusumastuti.

Juga motif Indra Widagda Abdya Rumpaka, varian motif yang diciptakan untuk pada abdi dalem di Kadipaten Pakualaman. Motif ini mengandung harapan agar abdi dalem Kadipaten Pakualaman senantiasa mengembangkan kreatifitas dalam menjalankan tugasnya. Kain batik ini menjadi seragam harian dan dikenakan pada acara adat di Pura Pakualaman. (ted)