News  

Menulis Keistimewaan Yogya Dorong Jadi Model keIndonesiaan

Kepala Bidang Urusan Kebudayaan Paniradya Kaistimewan Nugraha Wahyu Winarna, SP., MSc. (paling kanan) foto bersama penulis, moderator, dan pembahas buku-buku keistimewaan Yogyakarta, di Antares Ballroom Hotel Royal Darmo Malioboro, Jalan Kemetiran Kidul No. 54 Yogyakarta, Rabu (31/8/2022). (Foto : Y.B. Margantoro/bernasnews.com).

bernasnews.com – Menulis tentang Keistmewaan Yogyakarta harus ditujukan untuk mendorong Yogyakarta menjadi model keIndonesiaan. Terutama bagaimana Yogyakarta mampu keluar dari hambatan budaya yang menjadi penyebab kerusakan dan keretakan relasi sosial. Masyarakat Yogyakarta secara perlahan-lahan telah mengubah dirinya dari masyarakat multikultural menjadi masyarakat yang interkultural.

Guru Besar pada Program Doktoral Kajian Budaya Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA mengemukakan hal itu sebagai pembahas buku keistimewaan Yogyakarta dalam berbagai perspektif di Hotel Royal Darmo Malioboro Yogyakarta, Rabu (31/8/2022).

Pembahasan dilaksakan setelah peluncuran lima buku keistimewaan Yogyakarta dalam berbagai perspektif ini yang diadakan oleh Paniradya Kaistimewan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Acara dibuka oleh Paniradya Pati yang diwakili oleh Kabid Urusan Kebudayaan Paniradya Keistimewan Nugraha Wahyu Winarna, SP., M.Sc.

Tampil sebagai pembahas buku Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA., dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Dr. Asri Sundari, M.Si, dengan moderator Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum.

Adapun lima buku yang diluncurkan adalah Keistimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Arkeologi karya Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum, dkk; Keisimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Mitologi karya Dr. Ratun Untoro, M.Hum., dkk;  Keistimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Arsitektur Dr. Revianto Budi Santosa, M. Arch. dkk.; Keistimewan Yogyakarta dalam Perspektif Olahraga dan Kesehatan karya Prof. Soni Nopembri, S.Pd., M.Pd., Ph.D. dkk.; dan Keistimewaan Yogyakarta dalam Perspektif Wisata Budaya karya Titik Renggani, S.E., M.M.

Lahirkan manusia istimewa

Pada bagian lain Prof. Andrik mengemukakan, sekarang kita hidup dalam relasi dunia digital dan dunia nyata. Sejak dulu sampai sekarang, Yogyakarta menyediakan lahan bagi setiap orang untuk kreatif, inovatif, adaptif dan toleran.

“Pengalaman saya tinggal di Yogyakarta selama 25 tahun, menunjukkan bahwa etos kerja di Yogyakarta dan atmosfer kehidupan di kota ini adalah sikap santun dan toleransi yang luar biasa. Atmosfer yang santun dan toleran itulah yang membuat saya menjadi manusia kreator dan innovator. Atmosfer yang toleran dan rukun serta hormat menumbuhkan keberanian dan kebebasan untuk menciptakan karya seni. Bagi saya, ini adalah modal sosial dan intelektual yang belum diungkapkan secara luas,” kata dia.

Menurut Andrik yang pernah aktif menulis cerita bersambung di Majalah Djaka Lodhang Yogyakarta, modal sosial, modal budaya dan modal intelektual ini menjadi sangat penting di masa sekarang dan ke depan. Terutama ketika Yogyakarta menyambut masyarakat milenial yang kini berada di tengah-tengah kita. Artinya, relasi masyarakat Yogyakarta sebagai pencipta dan penggagas dengan benda-benda dan relasi dengan sesama akan melahirkan manusia-manusia yang istimewa.

Dr. Asri Sundari, M.Si mengatakan, buku yang membahas keistimewan Yogyakarta dari perspektif mitologi menarik karena memuat keyakinan orang Jawa yang menjunjung mitologi di mana dalam keyakinan orang Yogyakarta pada umumnya dikenal tiga dunia yaitu dunia mayapada, madyapada dan marcapada.

Mayapada mewakili hal yang bersifat gaib. Mayapada adalah tempatnya para dewa atau gaib yang sejak semula memang sudah bersifat gaib. Kemudian madyapada adalah dunia tengah yang mewakili dunia tengah yakni tempat tinggal makhluk halus atau roh atau jiwa manusia yang telah lepas raganya. Sedangkan marcapada  adalah tempat tinggal manusia. Konsep ketiga dunia itu disebut tribuwana.

“Buku ini unik untuk dibaca karena memberi penjelasan logis tentang sisi keistimewaan kota Yogyakarta dalam sudut pandang mitologis,” kata dia. (mar)