BERNASNEWS.COM — Perguruan tinggi (PT) harus menciptakan kurikulum yang sesuai konteks dinamika jaman, dan menfasilitasi para mahasiswa yang lulus kuliah untuk memeroleh pekerjaan yang layak. Demikian pernyataan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof.Dr. Edy Suandi Hamid, MEc dalam kontekstualisasi kurikulum tersebut mendapat ruang yang memadai dalam Merdeka Belanjar Kampus Merdeka (MBKM).
Kurikulum merdeka belajar merupakan model pembelajaran di PT yang diterapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. “Konsepnya, kurikulum pengjaran PT harus mengakomodasi materi kuliah yang berorientasi pada penyiapan mahasiswa masuk dunia kerja pada masanya mereka lulus,” ungkap Prof Edy.

Kurikulum demikian, lanjut Prof Edy, berbasis pada indikator kinerja utama (IKU) seperti mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, praktisi profesional diberi kesempatan mengajar di kampus untuk berbagai pengalaman dan keahlian mereka.
“Mahasiswa juga memiliki kesempatan mengikuti kelas kolaboratif dan partisipatif,” terang Prof Edy, dalam giat Sosialisasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Pemaparan Laporan Kemajuan Pemenang Hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM), Sabtu (6/11/2021), di Tugu Meeting Room Hotel 101 Yogyakarta.
“Kondisi tersebut mengisyaratkan agar kita mendidik atau mengajar anak maupun mahasiswa sesuai konteks jamannya karena mereka akan menghadapi masa depan yang berbeda dengan para pengajar dan senior mereka,”papar Prof Edy.
Dikatakan, persiapkan diri bagi perguruan tinggi untuk mendidik mahasiswa mengikut kurikulum merdeka belajar sangat strategis agar implementasi kurikulum MBKM dapat berjalan sesuai jalur yang tepat. “Berkaitan dengan MBKM tersebut, Fakultas Sains dan Teknologi. Program Studi Arsitektur UWM telah meraih hibah PPKM,” beber Prof Edy.
Sementara itu, Ketua Tim Task Force PPKM Prof. Dr. Ir. Ambar Rukmini, M.P menyatakan, bahwa program studi tersebut mengajukan kegiatan berbasis empat Indikator Kinerja Utama (IKU), meliputi lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak, mahasiswa difasilitasi mendapat pengalaman di luar kampus, praktisi mengajar di kampus.
“Dan kampus menyedikan kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Empat indikator kinerja tersebut diaplikasikan dalam bentuk 25 kegiatan,” papar Prof Ambar.
Lanjutnya, dalam menyiapkan mahasiswa yang siap mendapatkan pekerjaan layak diwujudkan dalam program peningkatan relevansi lulusan, yang dikondisikan dengan proses pembelajaran yang mendorong mereka mampu merancang dan melaksanaan proyek. Dengan demikian mereka berani berkompetisi dalam kancah nasional di bidangnya.
Terkait pengembangan kurikulum MBKM, imbuh Prof Ambar Rukmini, manajemen program studi mengadakan kegiatan pertukaran mahasiswa Program Studi Arsitek UWM dan mahasiswa Program Sosiatri dan Teknik Sipil Universitas Gunung Kidul. Juga mahasiswa program arsitek magang di beberapa perusahaan serta pembangunan desa dengan membantu proses mendesain ruang budaya di Argomulyo Cangkringan, Sleman, DIY.
“Kegiatan studi banding terkait kurikulum MBKM telah dilaksanakan dengan ITB, Udayana, UTP dan Warmadewa,” ujar Prof Ambar.
Dua program tersebut dilengkapi dengan pengembangan kompetensi dosen Program Studi Arsitek dalam kegiatan penulisan akademik dan jurnal ilmiah, pelatihan merancang bangunan ramah lingkungan. Juga pelatihan penggunaan alat survei untuk penelitian dan proyek lapangan, pengembangan metode pembelajaran berbasis case method melalui workshop metode pembelajaran, penyusunan RPS.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Jumadi, SE, MM mengungkapkan, bahwa merdeka belajar harus didesain dari awal dengan baik, utamanya membangun kesadaran mahasiswa terkait program MBKM dan membangun kerelaan dosen untuk memperbolehkan mahasiswanya aktivitas belajar di luar kampus.
Bagi mahasiswa, elemen sangat penting, mereka mendapat kurikulum yang terintegrasi antara kurikulum regular dan kesempatan kuliah di luar program studi atau fakultas selama tiga semester. “Mereka boleh memilih program kurikulum reguler dan kuliah di luar kampus selama tiga semester,” ujar Jumadi. (nun/ ted)