Mahasiswa UNY Berhasil Ciptakan Alat Deteksi Dini Lahar dan Banjir Berbasis Internet of Things

BERNASNEWS.COM — Adanya potensi bahaya pasca erupsi gunung berapi yaitu banjir lahar dingin yang terbentuk dari abu dan batu vulkanik yang disemburkan gunung saat erupsi bercampur dengan air hujan, lahar dingin bisa menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar karena lahar dingin mempunyai bentuk dan tekstur campuran pasir-batu seperti semen basah.

Melihat fenomena tersebut mahasiswa prodi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari, Riza Atika, Anung Endra Raditya dan Rohsan Nur Marjianto, tergerak untuk menuangkan ide yaitu menciptakan sistem peringatan dini banjir lahar dingin.

Rancangan Alat Deteksi Dini Lahar dan Banjir karya Mahasiswa UNY. (Foto: Kiriman Humas UNY)

Alat tersebut berbasis internet of things pasca erupsi gunung berapi terintegrasi pengeras suara tempat ibadah, agar dapat menyampaikan informasi bahaya kepada masyarakat yang berpotensi terdampak dengan sesegera mungkin, sehingga masyarakat dapat segera berevakuasi ke tempat yang lebih aman dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.

Riza Atika menjelaskan, keunggulan alat ini yaitu menggunakan sensor mekanik pelampung yang lebih tahan lama dibanding sensor ultrasonik pada alat-alat yang sudah ada, serta memanfaatkan pengeras suara tempat ibadah dengan tujuan untuk mempercepat informasi adanya bahaya banjir lahar dingin sekaligus menciptakan alat yang murah dan efisien, sehingga dapat dijangkau berbagai segmen masyarakat.

“Selain itu, dengan berbasiskan Internet of Things maka alat peringatan dini banjir lahar dingin ini akan terhubung dengan mudah ke perangkat ponsel maupun komputer melalui jaringan internet yang akan menciptakan interkoneksi data,” jelas Riza melalui rilis yang dikirim ke Bernasnews.com beberapa waktu lalu.

Alat deteksi menggunakan tenaga surya yang ramah lingkungan dan praktis. (Foto: Kiriman Humas UNY)

Dengan adanya interkoneksi ini, lanjut Riza, akan membuat semakin cepat dan mudah dalam penyebaran informasi peringatan dini banjir lahar dingin serta memudahkan masyarakat dalam memantau kondisi terkini data cuaca dan kondisi sungai rawan banjir lahar dingin.

“Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber daya utamanya. Sehingga selain cepat dan akurat, alat ini juga hemat energi dan ramah lingkungan, sekaligus membuat alat ini dapat dipasang di titik-titik yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN,” ungkap Riza Atika.

Anung Endra Raditya menambahkan, alat-alat yang diperlukan diantaranya solder sebagai alat utama menyambung berbagai komponen elektronik, multimeter untuk melakukan pengecekan maupun hubungan kerja antar komponen elektronik, tool set untuk merakit setiap komponen penyusunan sistem ini.

“Sedangkan handtool lainnya untuk perakitan pada sistem mekaniknya. Bahan-bahan yang akan digunakan yaitu sensor mekanik pelampung untuk mendeteksi ketinggian permukaan air sungai yang naik secara tiba- tiba. Dilengkapi pula kawat sling baja 0,5 mm untuk mendeteksi jika terjadi longsoran sisa erupsi yang berpotensi masuk dalam aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir lahar dingin,” jelas Anung.

Lanjut Anung, modul GSM SIM900A yang berfungsi untuk mengirimkan data ketinggian air sungai dan pesan kondisi longsoran sisa erupsi terkini dalam bentuk SMS (Short Message Service) ke sisi client untuk memicu pengeras suara di sisi server berbunyi dan memberi peringatan dini bagi masyarakat untuk waspada.

Sementara Rohsan Nur Marjianto menjelaskan cara kerja alat itu, di mana terdapat dua sisi alat. Sisi yang bertindak sebagai client untuk mengambil data dan server untuk menyampaikan informasi potensi banjir lahar dingin hasil olahan data. “Sisi client akan dipasang di beberapa titik sepanjang sungai untuk memastikan pasang surut air sungai sekitar gunung berapi dengan memanfaatkan sling baja  yang disambungkan pada  rotary encoder,katanya.

Alat pelampung sebagai sensor ketinggian air sungai. (Foto: Kiriman Humas UNY)

Jika terjadi pergeseran tanah, imbuh Rohsan, secara otomatis rotary encoder akan berputar dan mendeteksi pergeseran tanah hingga ketelitian 1 cm. Sensor mekanik pelampung berfungsi untuk mendeteksi nilai perubahan ketinggian air. “Apabila terdeteksi adanya longsoran dan ketinggian di atas ambang batas yang ditentukan, maka akan memicu sisi client untuk mengirimkan pesan melalui modul GSM ke sisi server. Server akan mengkolaborasikan data dari client dengan data prakiraan cuaca dari BMKG yang bisa diakses secara umum,” ujarnya.

Dikatakan, setiap satu menit sekali sisi client akan mengambil sampel data untuk dikirim ke server, kemudian server akan mengirim ke database untuk simpan dan diolah yang selanjutnya data tersebut dapat diakses melalui aplikasi berbasis android dan website oleh masyarakat.

Data yang dapat dipantau oleh masyarakat berupa monitoring status cuaca, curah hujan, dan informasi terkini ketinggian muka air sungai. Keterbukaan informasi ini untuk mendukung transparansi informasi kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat siap tanggap bencana lebih dini. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2020. (ted)