News  

FKUB Pulang Pisau Belajar Kerukunan Beragama di DIY

BERNASNEWS.COM — Pada Minggu (24/11/2109) pagi, Gereja Katolik Kidul Loji di Jalan Panembahan Senopati 22 Yogyakarta baru saja menyelesaikan misa kedua. Satu dua umat masih berada di pelataran gereja. Ada yang berbincang satu sama lain, ada yang menunggu ojek online atau taksi online.

Saat itu, serombongan orang dengan naik satu bus berukuran sedang memasuki pelataran gereja. Jumlah mereka sekitar 20 orang. Mereka adalah rombongan dari Provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya dari Kabupaten Pulang Pisau yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Rombongan dipimpin Ketua FKUB Pulang Pisau sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pulang Pisau Haji Suriyadi SPdi MM.

Romo Yohanes Maryono Pr dari Paroki Kidul Loji ditemani beberapa pengurus Dewan Paroki Kidul Loji dan Pengurus Komisi Keadilan dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Kevikepan DIY menerima rombongan FKUB Kabupaten Pulang Pisau di ruang pertemuan paroki. Pertemuan berlangsung sekitar satu jam, mulai pukul 10.00 hingga pukul 11.00 WIB.

Romo Yohanes Maryono Pr (tengah) selaku tuan rumah saat menerima kunjungan FKUB Pulang Pisau, (24/11/2019). Perbedaan agama tidak menghalangi untuk menjalin hubungan baik. Foto: Anton Sumarjana

FKUB Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, berkunjung ke Yogyakarta karena tertarik dengan toleransi masyarakat Yogyakarta.

Studi banding toleransi

Ketua FKUB Kabupaten Pulang Pisau Haji Suriyadi mengatakan, kehadiran mereka di DIY untuk belajar tentang kerukunan umat beragama. “Selain bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh umat beragama di DIY, kamii, juga bermaksud untuk belajar tentang kerukunan hidup beragama di Yogyakarta,” kata Suriyadi.

Di Kabupaten Pulang Pisau sendiri, menurut Suriyadi, pernah mengalami konflik etnis antara Dayak dan Madura, pada tahun 2001. Di Kabupaten Pulang Pisau ada korban dua jiwa meninggal dunia. Konflik di kabupaten ini merupakan rentetan konflik besar di Kabupaten Sampit, yang menimbulkan korban ribuan jiwa melayang. Sampit sekitar enam jam perjalanan darat dari Pulang Pisau. Awalnya, kata Suriyadi, konflik terjadi di Ketingan, lalu melebar ke Sampit, merembet ke Palangkaraya dan sampai di Pulang Pisau.

Ketua FKUB sekaligus Ketua MUI Kabupaten Pulang Pisau H Suriyadi didampingi Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Pulang Pisau H Marsani Arsyad dan tokoh agama H Hasbuloh memaparkan maksud dan tujuan berkunjung ke DIY di ruang pertemuan Gereja Kidul Loji Yogyakarta, Minggu (24/11/2019). Foto: Anton Sumarjana

Konflik etnis Dayak dan Madura tersebut, kata Suriyadi, nyaris merembet ke persoalan antaragama. Beruntung para tokoh agama bisa cepat meredam sehingga tidak membesar dan menimbulkan banyak korban.

Dalam wawancara dengan penulis di akhir pertemuan, Suriyadi menjelaskan upaya meredam konflik anteretnis Dayak dan Madura pada tahun 2001 itu. Ia berkisah, para tokoh agama dan tokoh masyarakat segera berkumpul. Mereka dengan penuh keikhlasan mengatakan, bahwa Kabupaten Pulang Pisau adalah milik bersama. Apapun agamanya, apapun sukunya boleh tinggal di wilayah ini. Yang penting, demikian kata Suriyadi, semua harus berprinsip, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Para tokoh beragama, kata Suriyadi, saat itu melakukan tindakan dengan mengajak umat masing-masing untuk melihat ke dalam, di internal sesama pemeluk agamanya. “Setelah itu kami saling berkomunikasi antartokoh umat beragama. Kami menyadari kuncinya ada di komunikasi. Itu yang sampai sekarang terus kami lakukan,” tambahnya.

Sebelum berkunjung di Gereja Kidul Loji, rombongan FKUB Kabupaten Pulang Pisau bertandang di Masjid Jogokaryan dan candi Borobudur. Pada Senin (25/11/2019) mereka mengunjungi Candi Prambanan. Rombongan ini terdiri dari tokoh-tokoh semua agama yang ada di Kabupaten Pulang Pisau, yakni tokoh Muslim, Protestan, Katolik, dan kepercayaan lokal Hindu Kaharingan. Rombongan juga didampingi Ketua Wilayah Kementrian Agama Kabupaten Pulang Pisau H Marsani Arsyad.

Melalui kunjungan yang didanai APBD setempat ini, FKUB Kabupaten Pulang Pisau berharap kebersamaan antartokoh umat beragama di Pulang Pisau semakin erat. “Berawal dari atas, para tokohnya, kami berharap kebersamaan ini akan menular ke bawah, ke masyarakat sehingga kian tercipta kerukunan hidup beragama di Kabupaten Pulang Pisau,” tegas Suriyadi.

Bukan hambatan

Romo Yohanes Maryono Pr dari Gereja Kidul Loji Yogyakarta menyambut hangat kunjungan FKUB Kabupaten Pulang Pisau ini. Ia mengungkapkan, sebelumnya, telah berkunjung ke Gereja Kidul Loji beberapa rombongan baik Katolik dan non Katolik, di antaranya pelajar sekolah Katolik di Ketapang-Kalbar, pelajar SMA Maarif dan Santri Ponpes Gontor Jawa Timur. “Perbedaan agama bukan hambatan untuk saling menjalin hubungan,” tegas Romo Maryono.

Romo Maryono lalu memperkenalkan kompleks Gereja Kidul Loji. Ia juga menjelaskan seputar tatacara peribadatan dan simbol-simbol Katolik, dan struktur Gereja Katolik. Romo Maryono juga memperkenalkan Komisi Keadilan dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Kevikepan DIY sebagai pihak yang bergerak menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan persoalan intoleransi dan kemanusiaan.

Dalam sesi tanya jawab, pihak FKUB banyak melontarkan pertanyaan seputar kehidupan antarumat beragama di DIY. Ketua KKPKC Kevikepan DIY Agus Sumaryoto memaparkan visi misi KKPKC dan membagikan pengalaman bagaimana menangani sejumlah kasus intoleransi dan kemanusiaan yang pernah terjadi di DIY.

Elisabeth Setyaningsih, Bendahara KKPKC menambahkan, salah satu cara menangani kasus dan sekaligus mencegah terjadinya kasus intoleransi dan kemanusiaan adalah dengan menjalin jaringan di antara unsur-unsur masyarakat yang ada di DIY. Di antaranya dengan pihak keamanan (TNI dan Polri), Banser NU, organisasi lintas iman semacam Srili, Perguruan Tinggi dan lain-lain. (Anton Sumarjana, Bidang Litbang KKPKC Kevikepan DIY)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *