Srimulat Tidak Pernah Tamat

Dua orang pengunjung pameran “Nostalgia Srimulat” di Mojokerto, Jawa Timur sedang menyaksikan salah satu boneka tokoh drakula. (Foto : Kiriman Herry GJ)

bernasnews – Bergembiralah, hari-hari ini rombongan lawak Srimulat kembali menggeliat. Mereka kini terlihat liat dan sehat. Tak kurang suatu apa. Bahkan, boleh dibilang mereka tak bakal pernah tamat.

Itu tampak jelas ketika hari-hari ini mereka “berkumpul dan manggung bersama” di Alun-alun Surabaya. Tepatnya, dari tanggal 20 September hingga 10 Oktober 2022. Ya, kejenakaan dan kelucuan mereka benar-benar tergambar gamblang dalam acara bertajuk  Pameran “Nostalgia Srimulat”. Tak perlu heran, hari lepas hari pengunjung pameran terus mengarus dan kian meningkat jumlahnya.

Hal yang menggembirakan, pengunjung pameran tidak hanya para orang tua yang pernah mengalami masa kejayaan Srimulat di panggung THR Surabaya,  namun justru sebagian besar kawula muda. Tidak hanya mereka yang berusia remaja, tapi juga anak-anak, baik yang berseragam sekolah maupun yang tidak. Semua berbaur menyatu untuk sama-sama menikmati pameran.

Pameran “Nostalgia Srimulat” digelar oleh Museum Gubug Wayang, Mojokerto  bekerja sama dengan Herry Gendut Janarto, penulis buku Teguh Srimulat, Berpacu dalam Komedi dan Melodi. Materi pameran cukup unik dan beragam, berupa boneka wayang golek tokoh-tokoh pelawak Srimulat, termasuk tentu Teguh Slamet Raharjo  dan Raden Ayu Srimulat. Selain itu ada parade foto, buku, kaset, piringan hitam, kostum, alat musik, dan pernik-pernik lainnya yang terkait erat dengan pemanggungan Srimulat.

Salah satu sudut pameran “Nostalgia Srimulat” di Mojokerto, Jawa Timur (Foto : Kiriman Herry GJ)

Berada di tengah pameran tersebut, para pengunjung seperti dibawa masuk ke masa keemasan panggung Srimulat di era Johny Gudel, Bandempo, Edi Geyol, Totok Hidayat, Paimo, Bambang Gentolet, Nunuk Murdono, Rudjilah, Sumiati, dan sebagainya. Tak luput juga ke generasi pelawak Srimulat berikutnya yang kental diwarnai oleh sepak terjang Asmuni, Gepeng, Tarzan, Timbul, Basuki, Kadir, Tessy, Paul,  Mamik Prakoso, Gogon, Jujuk, Sofia, dan seterusnya.

Perlu dicatat, rombongan Srimulat yang dipimpin Teguh pernah berjaya di empat kota sekaligus, yaitu di Surabaya, Solo, Jakarta, dan Semarang. Itu terjadi di tahun 1980-an. Namun, begitu memasuki tahun 1990-an Srimulat mengalami deklinasi, menurun tanpa ampun bahkan dinyatakan bubar. Meski demikian, mereka kemudian coba berkiprah kembali dengan jalan bereuni.

Ya, sedikit banyak pameran “Nostalgia Srimulat” menggambarkan perjalanan rombongsn lawak legendaris tersebut. Tak salah, menurut rencana, pameran itu akan dikelilingkan pula ke  Solo, Jakarta, dan Semarang. Katakanlah, itu semacam perjalanan napak tilas. Tak pelak, Srimulat memang tak pernah tamat. (Herry Gendut Janarto, Biografer dan Novelis di Jakarta).