News  

Optimisasi Pemasaran Digital Produk Halal

Peserta Ambdimas yang diselenggarakan oleh LPPM UAD foto bersama. (Foto: Istimewa)

bernasnews — LPPM UAD, didukung beberapa Dosen, Mahasiswa UAD, Pelaku UMKM, Ranting Muhammadiyah, dan Bank Bantul menggelar kegiatan pengabdian masyarakat (abdimas) pada bulan Februari dan Mei 2025. Kegiatan tersebut sebagai bentuk kolaborasi nyata antara akademisi dan komunitas lokal, dalam upaya memperkuat pemberdayaan ekonomi umat dan mendukung pengembangan produk halal.

“Dalam abdimas ini menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi digital sebagai media pemasaran yang efektif bagi produk halal, terutama yang memiliki ciri khas budaya lokal.” kata Dr. Zunan Setiawan, MM selaku Koordinator Abdimas, dalam keterangan tertulis yang dikirim, Jumat (30/5/2025).

Menurutnya, di tengah derasnya arus perkembangan teknologi digital, produk-produk lokal, khususnya produk halal, menghadapi tantangan sekaligus peluang baru untuk berkembang dan menjangkau pasar lebih luas. “Kesempatan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa bersaing di era digital tanpa kehilangan identitas budaya yang melekat pada produk,” ungkap Zunan.

Sebagai ketua pengusul, Zunan Setiawan mengemukakan, bahwa kegiatan pengabdian masyarakat bertemakan ‘Optimisasi Pemasaran Digital Produk Halal Berbasis Kearifan Lokal’, mengedepankan sinergi antara teknologi dan nilai-nilai tradisi lokal. “Program abdimas ini menjadi langkah strategis yang menggabungkan ilmu pengetahuan dari dunia akademik dengan realitas dan potensi masyarakat di lapangan,” jelas dosen Prodi MM UAD itu.

“Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemasaran digital pelaku UMKM, melainkan juga untuk menjaga dan memperkuat kearifan lokal yang menjadi warisan budaya,” tambah Zunan. Produk halal yang dipasarkan bukan sekadar memenuhi standar kualitas dan syariah, namun, membawa nilai-nilai budaya yang unik dari Yogyakarta dan sekitarnya.

Dalam pelaksanaannya, program ini mendapat dukungan penuh dari ranting Muhammadiyah yang aktif membangun jaringan komunitas serta Bank Bantul yang memberikan akses permodalan. Kolaborasi ini menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi umat adalah usaha bersama yang memerlukan dukungan lintas sektor, baik dari komunitas sosial, dunia usaha, maupun lembaga keuangan.

Selanjutnya Zunan menegaskan, bahwa integrasi antara pemasaran digital dan kearifan lokal harus dijalankan dengan hati-hati dan penuh rasa tanggung jawab. “Teknologi harus menjadi alat untuk melestarikan budaya, bukan sebaliknya,” ujarnya. Melalui program ini, diharapkan UMKM di Yogyakarta dan daerah sekitarnya mampu mengoptimalkan pemasaran produk halal berbasis kearifan lokal secara efektif dan berkelanjutan.

Pada akhirnya, kegiatan ini bukan hanya soal bisnis, namun akan membangun ekosistem ekonomi yang kuat, berlandaskan budaya dan nilai-nilai sosial yang luhur. Berbasis pendekatan yang mengedepankan nilai budaya dan identitas lokal, program pengabdian memberikan ruang bagi produk halal untuk dikenal dan diterima oleh masyarakat yang lebih luas, tanpa kehilangan jati diri.

“Digitalisasi bukan menjadi alat yang menggantikan tradisi, melainkan menjadi sarana yang memperkuat dan memperluas jangkauan kearifan lokal tersebut,” ungkap Zunan. Lebih dari sekadar kegiatan bisnis, pengabdian ini juga mengandung makna sosial yang mendalam.

Keterlibatan ranting Muhammadiyah dan Bank Bantul menunjukkan betapa sinergi antara berbagai elemen masyarakat mampu mengkreasikan ekosistem yang mendukung keberlanjutan usaha dan memperkokoh solidaritas sosial. Keterlibatan ini juga menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi umat merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan kerja sama lintas sektor.

Dengan menggabungkan keahlian akademisi dan kearifan masyarakat, program ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk halal di pasar yang semakin kompetitif sekaligus menjaga nilai-nilai tradisi yang melekat.

Dr. Zunan Setiawan dan anggota tim abdimas menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari aspek pemasaran semata, tetapi juga dari dampak sosial dan budaya yang dihasilkan. “Produk halal berbasis kearifan lokal harus menjadi kekuatan ekonomi sekaligus pelestari budaya,” ujar Zunan.

Kerja sama dengan ranting Muhammadiyah dan Bank Bantul turut memperkuat jaringan dukungan yang penting dalam memperluas akses permodalan dan pengembangan usaha para pelaku UMKM.

Program abdimas ini tidak hanya memberikan ilmu dan strategi pemasaran digital, namun akan membangun ekosistem usaha yang berkelanjutan. “Ke depan, dari kegiatan seperti ini diharapkan mampu menginspirasi lebih banyak pelaku usaha dan komunitas lain untuk berinovasi dan memanfaatkan digitalisasi dalam memperkuat usaha”, tambah Zunan Setiawan.

Menurut Zunban, menjadi jembatan penting dalam menghubungkan dunia akademik dengan kebutuhan riil masyarakat, sehingga pengabdian masyarakat tidak hanya berhenti sebagai teori, melainkan menjadi langkah nyata dalam pemberdayaan umat. (*/ ted)