bernasnews – Hujan deras yang mengguyur kawasan selatan Gunungkidul sejak Senin siang (19/5/2025) mengakibatkan sejumlah wilayah terendam banjir.
Salah satu titik terdampak paling parah adalah SMK Negeri 1 Tanjungsari yang berlokasi di Jalan Baron, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari, hanya dua kilometer dari Pantai Baron.
SMKN 1 Tanjungsari Banjir
Guyuran hujan tanpa jeda sejak pukul 11.30 WIB membuat air meluap dengan cepat. Sekitar pukul 13.00 WIB, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan para siswa lebih awal.
Namun, kepulangan itu tidak berlangsung tenang. Kepanikan justru merebak ketika genangan air mulai naik ke lingkungan sekolah.
Sejumlah siswa yang basah kuyup bahkan bertelanjang dada, tampak berjuang menyelamatkan sepeda motor mereka. Dalam video yang viral di akun Instagram @updatedisini, para pelajar terlihat mendorong motor keluar dari halaman sekolah yang sudah seperti kolam.
Air menggenangi jalan hingga setinggi lutut orang dewasa. Sementara itu, genangan di depan ruang guru mencapai setinggi pinggang.
Sunarto, S.Pd, M.Pd, Kepala SMKN 1 Tanjungsari, membenarkan insiden tersebut. Ia mengungkap bahwa intensitas hujan mencapai puncaknya sekitar pukul 13.30 WIB.
“Tadi setengah dua belas mulai hujan. Tapi deras-derasnya itu jam setengah dua sampai sekarang,” ujar Sunarto ketika dihubungi sekitar pukul 14.30 WIB.
Proses Evakuasi
Pihak sekolah bersama para guru dan staf langsung berjibaku menyelamatkan dokumen penting serta peralatan elektronik. Mereka mengevakuasi barang-barang ke tempat yang lebih tinggi. Air mulai masuk ke ruang UKS, ruang guru, dan asrama siswa.
“Saat ini kami siaga satu. Hujan masih sangat deras, kami terus evakuasi barang agar tidak rusak,” tegas Sunarto dengan suara tegang.
Menurutnya, banjir yang terjadi kali ini berpotensi lebih besar daripada insiden sebelumnya. Air dari perbukitan belakang sekolah terus mengalir deras ke lingkungan sekolah.
Ia menduga aliran air menuju luweng (gua vertikal khas karst) tersumbat karena kondisi laut selatan yang tengah dilanda gelombang tinggi.
“Air yang seharusnya mengalir masuk ke luweng tak bisa masuk dengan lancar. Air pun meluap ke lingkungan sekolah,” jelasnya.
Sunarto juga mengingatkan bahwa lokasi sekolah memang rawan banjir ketika hujan ekstrem datang. Pada banjir beberapa tahun lalu, tembok pembatas sekolah bahkan sempat ambruk akibat tekanan air.
Meski banjir tak sampai meluas ke lapangan upacara—karena pagar sekolah telah diperkuat sejak kejadian sebelumnya—situasi di dalam sekolah tetap genting.
Para siswa yang tinggal di asrama memilih tetap bertahan, membantu satu sama lain menyelamatkan barang-barang pribadi.
“Anak-anak tidak langsung pulang. Mereka bantu teman-teman yang tinggal di asrama untuk amankan barang ke lantai dua,” tutur Sunarto.
Hingga berita ini diturunkan, hujan belum menunjukkan tanda-tanda reda. Pihak sekolah terus berjaga sepanjang malam, khawatir air kembali naik dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. (ef linangkung)