bernasnews – Terdapat dua jenis tes dalam pelaksanaan PPG Dalam Jabatan tahun 2025, yaitu tes objektif dan esai.
Contoh studi kasus PPG PAI 2025 merupakan bagian dari tes esai yang harus dikerjakan oleh guru.
Mengenal Tes Esai dalam PPG Dalam Jabatan 2025
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan tahun 2025 dirancang untuk memperkuat profesionalisme guru.
Dalam pelaksanaannya, peserta tidak hanya akan menghadapi soal-soal objektif, tetapi juga akan diuji melalui tes esai. Tes esai ini menjadi bagian penting dari evaluasi, terutama karena mengukur kemampuan guru dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan pembelajaran nyata di kelas.
Waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes esai adalah 30 menit. Dalam waktu singkat ini, peserta harus menyusun jawaban sepanjang minimal 500 kata. Oleh karena itu, memahami contoh studi kasus yang relevan, khususnya untuk jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), menjadi bekal yang sangat penting agar guru dapat merancang respons yang logis dan terstruktur.
Pentingnya Studi Kasus dalam Tes PPG PAI
Mengutip isi buku Kumpulan Super Lengkap PPG karya Taufik Hidayat, program PPG Dalam Jabatan bertujuan mencetak pendidik yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang, kemampuan pedagogik, profesionalitas, serta kecakapan sosial.
Sebelum masuk pada tahap tes akhir seperti esai, peserta terlebih dahulu mengikuti pretest yang mengukur empat aspek utama tersebut.
PPG Dalam Jabatan tahun ini dimulai pada 10 Maret 2025, dan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) serta telah memenuhi persyaratan nasional.
Salah satu aspek penting dalam penilaian akhir adalah kemampuan peserta dalam menganalisis studi kasus pembelajaran sesuai jurusan masing-masing.
Contoh Studi Kasus PPG PAI 2025: Narasi dan Analisis
Berikut ini adalah contoh narasi studi kasus dari jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), yang dapat dijadikan referensi untuk menghadapi tes esai PPG Dalam Jabatan tahun 2025:
A. Permasalahan di Ruang Kelas
Ketika saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di salah satu sekolah menengah, saya menghadapi tantangan serius: rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak siswa tampak pasif dan tidak menunjukkan minat ketika materi disampaikan, terutama jika materi tersebut tidak mereka anggap relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Saya pun mulai menyadari bahwa pendekatan mengajar saya terlalu konvensional. Pemaparan materi secara tekstual tanpa kontekstualisasi membuat siswa merasa bahwa pelajaran PAI hanya sebatas teori agama yang tidak terkait dengan realitas mereka.
B. Strategi Mengatasi Masalah
Melihat situasi tersebut, saya memutuskan untuk mengubah pendekatan pembelajaran agar lebih menarik dan menyentuh aspek kehidupan nyata siswa. Saya memanfaatkan media digital, khususnya platform pembuat video animasi, untuk membuat materi ajar yang lebih interaktif.
Materi yang sebelumnya kaku, saya kemas ulang dalam bentuk cerita visual dengan tokoh dan latar yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, saya mengemas topik zakat dan infak dalam skenario kegiatan di lingkungan sekolah dan keluarga. Hal ini membantu siswa memahami konsep dengan cara yang lebih konkret.
C. Dampak dari Solusi yang Diterapkan
Transformasi dalam metode pembelajaran membawa hasil yang menggembirakan. Siswa mulai menunjukkan ketertarikan yang lebih tinggi terhadap pelajaran. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga aktif bertanya dan berdiskusi.
Beberapa siswa bahkan mampu mengaitkan nilai-nilai ajaran Islam yang dipelajari dengan praktik di lingkungan sekitarnya.
Misalnya, setelah mempelajari bab tolong-menolong, beberapa siswa menginisiasi kegiatan amal sederhana di sekolah. Ini menunjukkan bahwa pemahaman mereka terhadap materi mulai berkembang dan berdampak nyata.
D. Refleksi dan Pembelajaran yang Didapat
Pengalaman ini memberikan saya pelajaran penting bahwa guru harus fleksibel dan kreatif dalam merancang pembelajaran.
Metode yang efektif bukan hanya yang mengacu pada buku ajar, tetapi yang mampu menyentuh realitas dan kebutuhan siswa.
Saya juga menyadari bahwa teknologi dapat menjadi jembatan untuk menghidupkan materi PAI yang selama ini dianggap sulit dan monoton.
Guru PAI di era digital perlu memadukan nilai-nilai agama dengan pendekatan visual, naratif, dan kontekstual agar siswa merasa lebih dekat dengan ajaran yang mereka pelajari.
Penutup: Persiapan yang Matang Adalah Kunci
Tes esai dalam PPG Dalam Jabatan, khususnya pada jurusan PAI, bukan hanya menilai kemampuan menulis, tetapi juga menilai kedalaman pemahaman guru terhadap tantangan pembelajaran dan kreativitas dalam memberikan solusi.
Oleh karena itu, mempelajari contoh studi kasus seperti di atas dapat membantu peserta menyusun strategi menjawab yang matang.
Dengan memahami struktur kasus, menganalisis secara logis, dan menyampaikan solusi secara konkret, guru dapat lebih siap dalam menghadapi ujian esai PPG tahun 2025.
Persiapan yang matang dan kemampuan refleksi atas pengalaman nyata di kelas akan menjadi bekal utama untuk menyusun jawaban yang unggul.
***