News  

KADIN DIY bersama ISEI Jogja Luncurkan JERCO, Guna Kewaspadaan yang Berpotensi Mempengaruhi Perekonomian DIY

Suasana peluncuran Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta (Jogja Ekonomic Resillient Committee/ JERCO) secara simbolis dilakukan oleh Asistn Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Tri Saktiyana. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — KADIN DIY dan ISEI Cabang Yogyakarta serta didukung oleh Steakholder secara resmi meluncurkan Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta (Jogja Ekonomic Resillient Committee/ JERCO), bertempat di Poenokawan Café Resto & Gallery, Jalan KHA Dahlan, Yogyakarta, Rabu (14/5/2025).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Jajaran Pimpinan dan Pengurus KADIN DIY, Perwakilan KADIN Tingkat Kota/ Kabupaten se-DIY, Steakholder, Ketua dan Jajaran Pengurus ISEI Yogyakarta, beberapa perwakilan OPD Pemda DIY, Bank Indonesia, OJK, dan Bank BPD DIY, serta perwakilan pelaku UMKM.

Sebelum peluncuran JERCO, acara diawali dengan diskusi dengan narasumber Amirullah Setya Hardi, Ph.D dari ISEI Cabang Yogyakarta; Irsyad Thamrin, Wakil Ketua KADIN DIY Bidang Advokasi & Regulasi; Robby Kusumaharta, Wakil Ketua KADIN DIY Bidang Organisasi & Keanggotaan. Bertindak sebagai moderator Tim Apriyanto, Wakomtap KADIN DIY Bidang Kesekretariatan.

Ketua Umum KADIN DIY GKR. Mangkubumi dalam sambutannya yang diwakili oleh Wakil Ketua KADIN DIY Bidang Bidang Organisasi & Keanggotaan Robby Kusumaharta mengemukakan, bahwa pembentukan Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta atau JERCO ini merupakan lembaga nir laba sebagai wadah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dinamika eksternal dan internal yang berpotensi mempengaruhi kemampuan perekonomian DIY.

Menurut Robby yang juga seorang pengusaha senior, terdapat tiga kegiatan utama dalam komite ini, yaitu 1) monitoring dan analisis, 2) advokasi, 3) kemanusiaan. Kegiatan monitoring dan analisis dilakukan oleh pelaku usaha dan akademisi yang akan memberikan informasi atas fenomena yang sedang dan akan terjadi sebagai early warrning bagi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya.

“Kegiatan advokasi merupakan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh komite apabila terjadi hal-hal yang mempengaruhi kinerja usaha untuk dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait,” bebernya.

Dan kegiatan kemanusiaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membantu masyarakat maupun pelaku usaha yang terdampak jika kondisi ekonomi tidak menujukkan arah perubahan yang positif.  “Komite akan bersama-sama dengan pihak lain untuk membantu dalam hal pelaksanaan teknis di lapangan dengan bantuan unsur-unsur dalam komite maupun masyarakat luas secara sukarela,” tandas Robby Kusumaharta.

Selanjutnya dalam paparannya, Amirullah Setya Hardi mengungkapkan, bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari perekonomian nasional dan global tentu terpengaruh dampak dari ketidakpastian dan perlambatan ini.  Meskipun saat ini DIY masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11% (year on year) pada kuartal I 2025, namun dilihat dari kinerja neraca perdagangan DIY saat ini mengalami penurunan.

Pada Maret 2025 BPS DIY mencatat neraca perdagangan sebesar US$ 31,73 juta yang lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi neraca perdagangan pada Februari 2025 sebesar US$ 32,6 juta atau mengalami penurunan 2,6% (month to month). Kinerja perdagangan DIY semakin terlihat keterpurukannya bila dibandingkan dengan Maret 2024 yang tercatat sebesar US$ 34,04 juta yang berarti telah terjadi penurunan sebesar 6,78% (year on year).

“Hingga saat ini, perdagangan internasional masih menjadi tulang punggung perekonomian DIY untuk meningkatkan nilai tambah dari produk strategis di sektor industri pengolahan,” terang Amirullah.

Menurutnya, sektor indstri pengolahan hingga kuartal I tahun 2025 masih menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian DIY yang disusul oleh sektor pertanian dan sektor akomodasi dan makanan minuman. Diantara produk yang dihasilkan sektor industri dan memiliki kemampuan ekspor adalah produk minuman jadi, pakaian jadi bukan rajutan, barang dari kulit dan kertas karton.

Suasana Jumpa Pers dan acara peluncuran Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta (Jogja Ekonomic Resillient Committee/ JERCO) oleh KADIN DIY bersama ISEI Cabang Yogyakarta. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Sektor industri pengolahan ini tercatat sebagai sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi ketiga di DIY. Data BPS DIY kuartal 2025 menyebutkan bahwa distribusi penduduk bekerja tertinggi ada di pertanian sebesar 24,,82%, disusul sektor perdagangan dengan penyerapan tenaga kerja 18,31%, serta sektor industri pengolahan sebesar 15,10%.

Ketiga sektor ini hingga Februari 2025 tercatat memiliki pertumbuhan positif dalam penyerapan tenaga kerja yang berarti masih memiliki kemampuan untuk menambah jumlah tenaga kerja meskipun dengan persentase yang relatif kecil.

“Dari 2,17 juta orang yang bekerja di DIY, terdapat 42,21% yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dan sekitar 18,37% yang berusaha sendiri. Artinya terdapat lebih dari satu juta tenaga kerja yang memiliki potensi terganggu aktifitas pekerjaannya ketika ketidakpastian dan perlambatan ekonomi benar-benar mempengaruhi perekonomian DIY,” ujar Amirullah Setya Hardi.

Tidak hanya sektor sekunder, sektor tersier perlu mendapat perhatian agar kinerjanya tetap dapat dipertahankan. Perdagangan, pendidikan dan pariwisata menjadi pilar penting dalam menopang perekonomian DIY di bidang jasa.

“Sumbangan sektor perdagangan dan jasa pendidikan relatif cukup besar pada kisaran 8%. Sementara kegiatan pariwisata yang di-proxy melalui sektor akomodasi dan makanan minuman juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi DIY yaitu sebesar 10,65% pada kuartal I tahun 2025,” pungkasnya.

Sementara itu, acara peluncuran Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta (Jogja Ekonomic Resillient Committee/ JERCO) secara simbolis dilakukan oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Tri Saktiyana, dengan pemukulan bende dan disaksikan oleh para tamu undangan yang hadir. (ted)