bernasnews – Simak rute perjalanan biksu thudong 2025 dengan kegiatan sosial menuju Borobudur.
Perjalanan spiritual para biksu thudong dari berbagai negara tengah menjadi sorotan hangat masyarakat Indonesia, khususnya umat lintas agama yang turut menyambut mereka dengan penuh hormat.
Thudong merupakan ritual kuno dalam ajaran Buddha Theravāda yang dijalankan oleh para bhikkhu (biksu) dengan berjalan kaki jarak jauh.
Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga latihan spiritual yang penuh disiplin dan pengendalian diri. Para biksu hanya membawa perlengkapan sederhana, yakni jubah, semangkuk alm (patta), sepasang sandal, dan kaus kaki.
Rombongan biksu ini berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur, Jawa Tengah, untuk merayakan Hari Raya Waisak 2569 BE yang jatuh pada 12 Mei 2025.
Salah satu kota penting yang mereka singgahi adalah Kota Semarang, yang menjadi pusat berbagai kegiatan spiritual dan toleransi antarumat beragama.
Kehadiran para biksu thudong ini membawa pesan damai dan keharmonisan, serta menunjukkan bahwa nilai-nilai spiritual bisa menyatukan keragaman budaya dan agama.
Perjalanan Biksu Thudong di Semarang: Menjalin Toleransi dan Kedamaian
Kehadiran 36 biksu ini disambut hangat di Semarang. Menurut relawan kegiatan, Sulityawan dari komunitas Gunung Turun, mereka memasuki Kota Semarang dari arah Kendal pada 6 Mei 2025 dan langsung menuju Candi Tugu sebagai tujuan awal.
Beberapa kegiatan utama mereka di Semarang, antara lain:
1. Kunjungan ke Masjid Kauman Semarang
Rombongan biksu mengikuti kegiatan lintas iman di Masjid Kauman Semarang Tengah. Ini menjadi momen penting yang menandai semangat toleransi dan dialog antaragama di Indonesia.
2. Menginap di Kelenteng Tay Kak Sie
Setelah dari Masjid Kauman, para biksu berjalan ke Kelenteng Tay Kak Sie di kawasan Gang Lombok, Kauman. Mereka menginap di kompleks yayasan Tjie Lam Tjay pada malam tanggal 6 Mei 2025.
3. Kegiatan di Wihara Mahabodhi dan Kantor Gubernur Jateng
Pada 7 Mei pagi, para biksu mengikuti kegiatan internal di Wihara Mahabodhi, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kantor Gubernur Jawa Tengah di Jalan Pahlawan. Acara ini akan dihadiri Gubernur Jateng dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), serta ditutup dengan santap siang bersama.
4. Menuju Vihara Watugong dan Gunung Kalong
Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke Vihara Watugong di Kecamatan Banyumanik untuk acara ramah-tamah dan ritual puja yang disambut dengan penampilan barongsai. Kemudian rombongan berjalan menuju Vihara Gunung Kalong di Ungaran untuk bermalam dan melakukan puja singkat.
5. Puncak Ramah-Tamah di Pendapa Kabupaten Semarang
Kegiatan terbuka untuk masyarakat akan digelar pada 8 Mei 2025 di Pendapa Kabupaten Semarang. Inilah kesempatan masyarakat menyambut dan berdialog langsung dengan para biksu thudong.
Jadwal Lengkap Rute Thudong 2025 Menuju Candi Borobudur
Berikut ini adalah jadwal resmi perjalanan biksu thudong 2025 dari Batam hingga Borobudur:
April 2025
- 16-17 April: Tiba di Batam, Kepri – aktivitas awal.
- 18 April: Tiba di Jakarta.
- 19 April: Ritual di Bekasi.
- 20 April: Bekasi – Cikarang (bermalam).
- 21 April: Menuju Karawang (Vihara Sanghamitta).
- 22-30 April: Melewati Karawang, Cikampek, Pamanukan, Losarang, Jatibarang, Winong, Cirebon, Losari, hingga Brebes.
Mei 2025
- 1 Mei: Brebes – Kota Tegal (Kelenteng Tek Hay Kiong).
- 2 Mei: Tegal – Pemalang (Kelenteng Tjeng Gie Bio).
- 3 Mei: Pemalang – Pekalongan (Vihara Vajra Bumi).
- 4 Mei: Pekalongan – Batang (Hotel Wikost Premiere INN).
- 5 Mei: Batang – Kendal (Gereja Katolik St Antonius Padua).
- 6 Mei: Kendal – Semarang (Kelenteng Tay Kak Sie).
- 7 Mei: Semarang – Gubernuran – Vihara Watugong – Gunung Kalong.
- 8 Mei: Ungaran – Ambarawa (Kelenteng Hok Tik Bio).
- 9 Mei: Ambarawa – Bedono – Terminal Secang – Kelenteng Liong Hok Bio, Magelang.
- 10 Mei: Pindapata di Magelang – makan siang di Polresta Magelang – diterima resmi di Candi Borobudur.
Perjalanan thudong 2025 bukan hanya tentang fisik, melainkan juga tentang perjalanan batin dan penyebaran nilai damai.
Dengan menyusuri jalur dari Batam hingga Magelang, para biksu menjadi pengingat hidup bahwa keberagaman bisa menjadi kekuatan, bukan perpecahan.
Kehadiran para biksu di berbagai titik lintasan seperti masjid, gereja, kelenteng, dan vihara menunjukkan kuatnya nilai pluralisme dan toleransi di tanah air.
Ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia adalah rumah bersama bagi semua umat beragama.
***