Ketika Ibu-ibu PKK Mendadak “Kartinian”

Ibu-ibu PKK RT 26 Suryoputran foto bersama usai kegiatan rutin bulanan Pertemuan dan Arisan, sekaligus peringati Hari Kartini 2025. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal sebagai RA Kartini, lahir pada tanggal 21 April 1879, di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan dan pendidikan perempuan di Indonesia.

Hari lahir RA Kartini, 21 April diperingati sebagai Hari Kartini di Indonesia untuk menghormati jasa-jasanya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan. Dalam memperingati Hari Kartini telah menjadi semacam tradisi bahwa khususnya kaum perempuan akan mengenakan busana daerah seperti memakai kain dan berkebaya.

Hal itu seperti yang dilakukan oleh kelompok Ibu-ibu PKK RT 26 Suryoputran yang menggelar kegiatan rutin Pertemuan dan Arisan, bertempat di nDalem Probodikaran, Jalan Pesindenan, Kampung Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta, Senin sore (21/4/2025).

Puluhan ibu-ibu tersebut mendadak Kartinian, kegiatan rutin bulanan yang semestinya jatuh setiap bulannya pada tanggal 15 namun atas kesepakatan bersama untuk bulan April diputuskan kegiatan tersebut diundur pada tanggal 21 April 2025.

Selain mengenakan busana daerah berkain dan berkebaya, acara pertemuan rutin serta arisan itu juga bernuansa peringatan Hari Kartini. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Mars PKK dan lagu Ibu Kita Kartini. Berikutnya diisi pemaparan berkenaan kesehatan bagi ibu, serta program-program kesehatan dari pemerintah untuk ibu secara gratis.

Suasana acara tukar kado silang dengan cara beranting dengan menyanyikan tembang dolanan Jawa “Menthok menthok”. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Acara mendadak Kartinian itu juga diisi dengan acara tukar kado silang berupa makanan ringan dengan varian dua rasa, gurih dan manis. Cara pembagiannya pun bikin heboh, kado silang ditukarkan secara beranting melingkar dengan mendendangkan tembang dolanan Jawa “Menthok-menthok”. Juga permainan tebak profesi seorang ibu, serta tebak nama tokoh kampung zaman dulu.

“Yang pasti saat ini cita cita RA Kartini sudah terwujud atau tecapai, bahwa perempuan tidak hanya sebagai konco wingking (ibu rumah tangga) tapi ikut terlibat di dalam kancah pembangunan dan aktif pada berbagai kegiatan di daerah hingga tingkat nasional,” terang Ketua PKK RT 26 Suryoputran Dra. Sri Hudani, di sela-sela kegiatan.

Ibu pensiunan BKKBN Bantul ini menambahkan, dalam kehidupan berkeluarga seorang ibu atau perempuan mempunyai peran strategis yakni memberikan arahan dan kesempatan kepada putra putrinya secara seimbang serta berkeadilan.

“Meskipun demikian, jangan sampai dalam tugas dan kinerjanya meninggalkan kodratnya sebagai perempuan. Itulah istimewanya seorang ibu dalam mendampingi suami dalam kehidupan berumah tangga,” tegas ibu berputra dua, yang telah puluhan tahun menjadi aktifis di Kampung Suryoputran, baik dalam sosial kemasyarakatan maupun keagamaan. (ted)