bernasnews — Dalam gelaran Festival Jeron Beteng #3, tahun 2025, dengan tema “Masangin” Menari Bersama-sama di Destinasi Ngangeni, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata, berkolabelarasi dengan 3 Pokdarwis dan Paguyuban Hindu Dharma Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PHDI DIY), pada hari Sabtu (12/4/2025).
Selain berupa gelaran tari baik oleh dari sanggar tari yang mewakili sanggar tari yang terdapat di Pokdarwis Panembahan Grumegah, Pokdarwis Patehan dan Pokdarwis Kadipaten. Juga ada gelaran menari bersama, workshop dan permainan layang-layang, serta pawai bregada dan Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh menurut sumber adalah sebuah tradisi budaya di Bali, merupakan patung atau boneka berukuran raksasa yang dibuat untuk menggambarkan makhluk-makhluk mitologi atau sebuah simbol-simbol keagamaan.
Tradisi Ogoh-ogoh biasanya dilakukan pada perayaan Hari Raya Nyepi menyambut Tahun Baru Saka. Hari raya umat Hindu di Bali, yang dirayakan sebagai hari kesunyian tiada kegiatan dalam bentuk apapun untuk sarana intropeksi diri.
Tujuan pembuatan Ogoh-ogoh, 1. Mengusir roh-roh jahat, ogoh-ogoh dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat dan kekuatan negatif lainnya. 2. Membersihkan lingkungan, Ogoh-ogoh juga dipercaya dapat membersihkan dari kekuatan negatif, serta dapat membawa kesucian. 3. Meningkatkan kesadaran spiritual, pembuatan Ogoh-ogoh juga dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan instropeksi diri.
Lantas apa saja bentuk Ogoh-ogoh berserta maknanya, yang ditampilkan oleh komunitas dari PHDI DIY, yang diarak dari halaman Gedung DPRD DIY melalui Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo, serta berakhir di Halaman Taman Pintar, Jalan Pangeran Senopati.
Berikut 4 Ogoh-ogoh karya dari PHDI DIY yang terlibat dalam gelaran budaya Festival Jeron Beteng #3 Tahun 2025, Ogoh-ogoh “Catur Netra” sebagai ogoh-ogoh yang hadir sebagai simbol kerakusan dan keserakahan yang menguasai jiwa manusia.
Ogoh-ogoh “Subali” (tokoh dalam pewayangan), mengkisahkan konflik Subali dan Sugriwa yang mengajarkan rendah hati, menjaga hubungan keluarga, sertai menghargai nilai-nilai kejujuran dan persaudaraan.
Ogoh-ogoh “Dadong Melik Durga”, ogoh-ogoh menggambarkan perjalanan antara menjaga keseimbangan keuatan baik dan jahat. Juga tantangan besar dalam memilih jalan yang benar untuk menyelamatkan desa atau wilayah.
Ogoh-ogoh “Sang Jagor Manik”, ogoh-ogoh sebagai simbol pengingat untuk bijak menggunakan teknologi, menjaga keseimbangan hidup, dan tetap berpegang pada ajaran agama.
Itulah empat bentuk dan makna Ogoh-ogoh karya PHDI DIY yang ikut memeriahkan gelaran seni dan budaya Festival Jeron Beteng #3, tahun 2025, dengan tema “Masangin” Menari Bersama-sama di Destinasi Ngangeni. Semoga bermakna dan menjadi kesan bagi wisatawan yang berkunjung ke Jogja. (ted)