News  

Apa Itu Lebaran Ketupat? Ketahui Makna, Cara dan Kapan Dirayakan

Makna Lebaran Ketupat. (Pixabay.com)

bernasnews – Salah satu tradisi yang paling dinanti setelah Idul Fitri di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Jawa, adalah Lebaran Ketupat.

Perayaan ini tidak hanya identik dengan hidangan khas berupa ketupat, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai spiritual dan sosial yang tinggi.

Apa itu Lebaran Ketupat? Kapan perayaannya? Dan bagaimana tradisinya berkembang di tengah masyarakat? Mari kita telusuri lebih dalam.

Kapan Lebaran Ketupat Dirayakan?

Lebaran Ketupat, atau juga dikenal sebagai Riyoyo Kupat atau Kupatan, merupakan tradisi tahunan yang jatuh pada 8 Syawal, tepat sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Menurut Sidang Isbat Kementerian Agama, 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Dengan begitu, Lebaran Ketupat akan diperingati pada Senin, 7 April 2025.

Meskipun tidak termasuk dalam hari besar Islam secara resmi, Lebaran Ketupat telah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Jawa karena maknanya yang dalam dan sejarahnya yang erat dengan proses Islamisasi di Nusantara.

Sejarah Lebaran Ketupat: Warisan Sunan Kalijaga

Tradisi Lebaran Ketupat dipercaya berasal dari ajaran Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang dikenal karena pendekatannya yang bijak dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Beliau memperkenalkan konsep “Bakda Lebaran” (setelah Idul Fitri) dan “Bakda Kupat” (setelah Lebaran Ketupat), sebagai dua fase penting dalam perayaan Syawal.

Dengan menggabungkan unsur-unsur budaya lokal seperti penggunaan janur (daun kelapa muda) dan ketupat sebagai simbol, Sunan Kalijaga berhasil menciptakan tradisi Islam yang mudah diterima oleh masyarakat Jawa kala itu. Akulturasi budaya dan agama ini menjadikan Lebaran Ketupat sebagai warisan budaya yang lestari hingga sekarang.

Makna Filosofis di Balik Ketupat

Kata “kupat” dalam bahasa Jawa merupakan singkatan dari dua frasa penuh makna:

  • Ngaku Lepat: Mengakui kesalahan

  • Laku Papat: Empat laku atau tindakan, yaitu:

    • Lebaran: Telah selesai menjalankan ibadah puasa.

    • Luberan: Melimpahnya rezeki dan berbagi dengan sesama.

    • Leburan: Hancurnya dosa-dosa melalui saling memaafkan.

    • Laburan: Mensucikan diri secara lahir dan batin.

Ketupat itu sendiri, dengan bentuk anyaman segi empat, melambangkan hati yang bersih dan jujur. Isi ketupat yang berupa nasi putih yang padat menunjukkan kesucian dan kebersihan jiwa setelah melewati bulan Ramadhan.

Tradisi Lebaran Ketupat di Berbagai Daerah

1. Jawa Tengah dan Jawa Timur

Di wilayah ini, masyarakat akan membuat ketupat dalam jumlah besar untuk dibagikan kepada tetangga dan sanak saudara.

Acara selamatan atau doa bersama kerap dilakukan di masjid atau rumah-rumah warga. Hidangan ketupat biasanya disajikan dengan sayur opor ayam, sambal goreng ati, dan telur pindang.

2. Madura

Di Madura, Kupatan dirayakan dengan festival rakyat, termasuk balap perahu, pentas seni tradisional, hingga pawai budaya. Ini menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan sebagai bentuk syukur atas rezeki yang diterima.

3. Lombok (Nusa Tenggara Barat)

Di Lombok, dikenal dengan sebutan Lebaran Topat. Warga Muslim berziarah ke makam leluhur, lalu makan bersama keluarga dan tetangga di area makam atau lapangan umum. Ada juga persembahan hasil bumi, sebagai bentuk rasa syukur atas panen dan keberkahan.

Cara Merayakan Lebaran Ketupat

Bagi yang ingin turut melestarikan tradisi Lebaran Ketupat, berikut adalah beberapa cara sederhana namun bermakna untuk merayakannya:

  • Membuat dan membagikan ketupat kepada keluarga, tetangga, dan orang yang membutuhkan.

  • Mengadakan doa bersama untuk mendoakan keselamatan, rezeki, dan kedamaian.

  • Ziarah kubur untuk mendoakan leluhur dan refleksi diri.

  • Silaturahmi dan saling memaafkan, sebagai bentuk penyucian hati dan penguatan hubungan sosial.

  • Mengajarkan makna tradisi ini kepada anak-anak agar nilai-nilainya tetap terjaga lintas generasi.

Lebaran Ketupat di Era Modern

Meski zaman terus berubah dan modernisasi merambah semua aspek kehidupan, Lebaran Ketupat tetap bertahan sebagai tradisi yang bermakna dan relevan. Di beberapa kota, pemerintah daerah bahkan menjadikan perayaan ini sebagai agenda wisata budaya, untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Perayaan ini membuktikan bahwa ajaran Islam dapat berjalan harmonis dengan budaya lokal, menciptakan sebuah perayaan yang bukan hanya memperkuat spiritualitas, tetapi juga menyatukan masyarakat.

Lebaran Ketupat adalah lebih dari sekadar tradisi makan-makan. Ini adalah momen untuk memperkuat ikatan sosial, menyucikan hati, dan merefleksikan perjalanan spiritual selama Ramadhan.

Warisan dari Sunan Kalijaga ini merupakan bukti nyata betapa Islam bisa disebarkan dengan damai dan penuh kearifan lokal.

Di tengah gemuruh dunia modern, Lebaran Ketupat mengajak kita untuk kembali pada esensi kemanusiaan: saling memaafkan, berbagi, dan mempererat silaturahmi. Maka, mari rayakan Lebaran Ketupat bukan hanya dengan ketupat, tetapi juga dengan hati yang lapang dan jiwa yang bersih.

***