News  

Pemda DIY Didorong Hadirkan Museum Tokoh Bangsa untuk Lestarikan Sejarah

Kunjungan DPRD DIY ke Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Mengingat ada banyak peninggalan sejarah di Yogyakarta, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY kembali didorong untuk bisa serius melestarikan sejarah tokoh bangsa melalui kehadiran museum.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto saat berkunjung ke Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong yang terletak di Dusun Kalijaya I, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang.

Eko menerangkan kehadiran museum ini penting sebagai upaya menghargai dedikasi, pengorbanan, serta semangat juang para pendiri bangsa. Selain itu banyak peristiwa penting yang terjadi di Yogyakarta seperti pernah menjadi Ibukota Republik Indonesia, peran Sultan HB IX bersama KGPAA Paku Alam VIII yang membantu Pemerintahan saat penjajah Belanda masih berada di Indonesia, hingga lahirnya Keistimewaan DIY.

“Kami meminta Pemda DIY agar mengoordinasikan pemerintah kabupaten dan kota untuk membangun museum-museum bersejarah,” ujar Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto.

Kata dia, Pemerintah dapat mengoordinasikannya pemerintah kabupaten dan kota dalam membangun museum tokoh bangsa. Banyak tokoh berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan, seperti Bung Karno, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sri Paduka Alam VII, Prof Ahmad Kahar Muzakir, dan Ki Bagus Hadikusumo yang bisa diceritakan lewat museum.

Sehingga kedepan, museum-museum itu diharapkan menjadi pusat pembelajaran, riset, sekaligus rekreasi.

“Di Jogja peran para tokoh dalam kemerdekaan sangat besar. Museum-museum ini bisa menjadi tempat belajar, penelitian, dan juga rekreasi,” tambahnya.

Napak Tilas ke Rengasdengklok 

Napak tilas Komisi A DPRD DIY ke Rengasdengklok ini juga menjadi salah satu bagian dalam rangkaian kegiatan tapak tilas Bung Karno untuk mendalami nilai-nilai Pancasila.

Meski Bung Karno berada di Rengasdengklok kurang dari 24 jam, namun peristiwa yang terjadi disana menjadi sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia.

Selain menguri-uri sejarah, semangat juang para tokoh pahlawan yang memperjuanglan kemerdekaan Republik Indonesia termasuk Bung Karno dan Bung Hatta ini haruss dicontoh oleh generasi muda saat ini. Eko juga menyoroti peran para pemuda yang andil dalam mendukung Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebardjo, dan Sukarni dalam memperjuangkan kemerdekaan tanpa memikirkan keselamatan pribadi.

“Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Sukarni rela hati tanpa mempertimbangkan keselamatan diri berjuang untuk bangsa. Bagaimana kehendak untuk merdeka, memperkuat kehendak yang didukung anak-anak muda, menunjukkan bagaimana kepahlawanan lahir dari niat dan kehendak memerdekakan Indonesia, tanpa mempertimbangkan keselamatan diri dan keluarga. Bagaimana menjaga Indonesia, itu juga sangat penting,” terangnya.

Sejarah Rumah Djiauw Kie Siong

Jika dilihat latar belakangnya, Djiauw Kie Siong yang lahir 1880 dan wafat 1964 merupakan seorang petani keturunan Tionghoa yang bergabung dalam tentara Pembela Tanah Air (Peta). 

Janto, pria berusia 75 tahun itu, menceritakan seluk beluk rumah yang kini ditinggalinya. Lokasi rumah saat ini sudah bergeser beberapa meter untuk menghindari abrasi Sungai Citarum.

Rumah itu menjadi tempat Bung Karno dan Bung Hatta diamankan oleh golongan muda sebelum memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Pengamanan tersebut dilakukan oleh sejumlah pemuda, antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh. 

Di rumah itu juga naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia mulai dibahas dan dipersiapkan. Kedua “Bapak Bangsa’ di rumah itu ditemani oleh Sukarni, Yusuf Sukanto, dr Sutjipto, Ibu Fatmawati serta Guntur Soekarnoputra yang masih bayi.

Sementara Wakil Ketua DPRD DIY, Ummarudin Masdar, yang turut serta dalam kunjungan ini menegaskan bahwa Rengasdengklok adalah tempat yang bersejarah bagi Indonesia.

Dia berharap pembangunan museum di berbagai wilayah termasuk di Yogyakarta dapat memperkuat pemahaman sejarah dan mempertegas nilai-nilai nasionalisme bagi generasi mendatang.

“Tanpa sejarah itu, kita tidak akan menjadi bangsa seperti sekarang,” tandasnya. (lan)