bernasnews – Sebanyak 70 desainer meramaikan acara Fashion On the Street Prawirotaman 2024 yang digelar di sepanjang kampung wisata internasional Yogyakarta.
Mereka menampilkan karya terbaik bertema wastra batik dengan kemasan kekinian. Acara itu sukses menuai animo masyarakat hingga wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berada di kawasan Prawirotaman Yogyakarta.
Project Officer Prawirotaman Fashion On The Street, Lia Mustafa mengatakan kegiatan itu sudah digelar sejak 2013 dengan tujuan mengangkat karya anak-anak muda di Prawirotaman.
Namun berjalannya waktu banyak insan kreatif yang ingin ikut berkarya hingga berkembang lebih besar.
“Ini karya anak muda, kami menekankan untuk lebih kenal wastra khususnya Yogyakarta. Kami konsisten kenalkan wastra terutama batik. Banyak hal yang akan dikreasikan dari batik nanti, pastinya seru. Harapannya acara ini membawa dampak positif bagi masyarakat, dan event ini bisa lebih besar lagi,” kata Project Officer Prawirotaman Fashion On The Street, Lia Mustafa, Sabtu (24/8/2024), malam.
Lia menjelaskan FOS Prawirotaman tahun ini tak hanya menampilkan pagelaran mode dan trend semata, tetapi juga menjadi panggung ekspresi bagi generasi millenial dalam berkolaborasi untuk menciptakan perubahan positif.
Dalam perhelatan kali ini, keterlibatan desainer mancanegara dari negara bagian Victoria, Australia juga semakin meramaikan FOS Prawirotaman itu.
Mereka adalah Josh Deane, Nikki Edgar dan Zhao Canwen.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menjelaskan, Festival Prawirotaman menjadi agenda tahunan untuk menarik wisatawan lokal maupun internasional.
“Kami berharap Festival Prawirotaman 2024 bisa menjadi contoh integrasi pemberdayaan masyarakat dengan potensi lokal yang dimiliki. Sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, serta memperkuat daya tarik Prawirotaman sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan,” ungkap Wahyu.
Salah satu desainer Zhao Canwen asal China yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral bidang fesyen di Kota Melbourne, Victoria Australia, mengatakan gelaran Fashion on The Street menjadi cara baru untuk menampilkan ragam busana dalam dunia fesyen.
Apalagi dipusatkan di jalan sehingga membuat lebih banyak orang untuk menyaksikan.
“Ini menjadi hal baru dan sangat menyenangkan bagi saya, menjadi cara yang menarik untuk dikembangkan dalam dunia peragaan busana. Pastinya hal seperti ini harus terus diadakan dan dikembangkan ke depannya,” kata dia.
Sementara desianer Zahirah Ayya mengaku baru pertama kali terlibat dalam FOS Prawirotaman. Pada kesempatan ini, Ayya menampilkan total enam desain hasil karyanya.
Ayya mengaku sangat antusias dengan gelaran FOS ini, karena selain bisa menjadi wadah penyaluran karyanya. Dia juga berharap akan ada multiplier effect yang terjadi. Salah satunya adalah aspek ekonomi.
“Kurang lebih persiapannya tiga bulan membersamai gelaran ini. Tapi yang benar-benar intens itu dua minggu terakhir,” imbuhnya.
Sementara Wisatawan mancanegara, Audrey yang ikut menyaksikan FOS Prawirotaman mengaku cukup takjub dengan busana yang ditampilkan pasalnya mencerminkan tren anak muda saat ini.
“Ini karya yang luar biasa, saya cukup terpukau,” pungkasnya. (lan)